Semua Bab Sang Pengubah Takdir: Bab 71 - Bab 80

164 Bab

Akal-akalan Sukma

Rangga mulai tengkurap pasrah. Namun ternyata itu tidak cukup.“Maaf, Raden… kalau bisa, bajunya dilepas. Saya bisa leluasa membaluri minyaknya…” kata Sukma.Tak mau banyak berdebat agar semua itu lekas selesai, Rangga melepas bajunya dan kembali tidur tengkurap lagi.“Tubuh Raden bagus. Raden senang berolah raga?” ucap Sukma berbasa-basi sambil mulai menyiapkan racikan minyak rempah-rempah untuk membaluri tubuh Rangga. Aroma cengkehnya yang kuat itu membuat pikiran Rangga merasa lebih rileks.“Tidak juga… tidak pernah malahan…” balas Rangga.“Berarti Raden beruntung. Jika Raden rajin olah raga, tubuh ini akan lebih terbentuk keras. Pasangan Raden pasti akan menyukainya…” ucap Sukma.Ajaibnya, ucapan itu membuat Rangga mulai memiliki niat untuk berolah raga. Demi menyenangkan Citra tentu saja.“Apakah sudah terlalu terlambat jika aku belajar kanuragan untuk berolah raga?” tanya Rangga.“Bukankah tak ada kata terlambat untuk yang namanya belajar, Raden? Lagipula kan tujuannya agar seha
last updateTerakhir Diperbarui : 2023-11-15
Baca selengkapnya

Tawaran Menarik Dari Eyang Kartareja

“Tidak perlu. Aku sehat dan baik-baik saja. Aku tadi hanya bertanya dan sedikit penasaran saja…” kata Rangga menolak tawaran untuk diperiksa Sukma.Rangga tak mau salah langkah. Ia harus tahu dari ahli lain; bagaimana sebenarnya seorang lelaki harus diperiksa kesuburannya.“Oh… baik Raden…” Sukma menelan kekecewaannya. Ternyata tidak mudah juga menggodai cucu Eyang Kartareja. Maka ia lanjutkan fokusnya untuk memijit saja sambil sedikit jahil tipis-tipis dengan harapan Rangga berubah pikiran. Namun sampai acara pijit itu selesai, Rangga tetap tak tergoda. Namun sebenarnya, ada sesuatu yang benar-benar keras di bawah sana dan tertekan. Rangga sedari tadi hanya berusaha menahan diri saja sambil menenggelamkan wajahnya di bantal.“Sudah selesai Raden… silakan dilanjut tidurnya saja. Saya pamit keluar untuk menemui Eyang…” kata Sukma.“Baik. Terimakasih pijitannya…” kata Rangga datar. Begitu Sukma keluar kamar, Rangga segera mengenakan bajunya dan lanjut tidur. Ia benar-benar mengantuk. Ra
last updateTerakhir Diperbarui : 2023-11-16
Baca selengkapnya

Ancaman Dan Peluang

Dua hari telah berlalu dengan cepat. Akhirnya yang ditunggu Rangga datang juga; kabar.Dua orang dari istana, entah siapa itu, datang melaporkan hasil kerja pemburuan Kusuma kepada Eyang Kartaraja. Rangga diam menguping pembicaraan itu dari dalam kamarnya.“Jadi bagaimana hasilnya?” tanya Eyang Kartareja.“Sebelumnya kami mohon maaf, Eyang…” ucap salah satu orang itu. Di istana, Kartareja memang akrab dipanggil sebagai Eyang karena usianya yang sudah senja. “Kusuma ternyata mendapatkan perlindungan dari kerajaan musuh. Dia melarikan diri ke wilayah Wonobhumi!”“Hah? Bagaimana bisa?” tanya Kartareja.“Kami sudah berhasil menangkap Kusuma dan orang-orangnya. Namun beberapa telik sandi istana yang membantu kami mengenali beberapa orang dari kelompok itu. Mereka tak lain adalah orang-orang Wonobhumi. Sehingga kasus ini menjadi lebih rumit. Kami menyiksa mereka sampai akhirnya mereka mau bicara. Kusuma memang orang Tirtapura, namun ia menerima banyak uang dari Wonobhumi karena menjual kaba
last updateTerakhir Diperbarui : 2023-11-17
Baca selengkapnya

Nawang Diinterogasi

Nawang masih tertahan di Balai Keamanan Istana meski sebagian dari para pekerja pemuas nafsu itu sudah dibebaskan. Namun yang jelas, mereka sudah tak bisa lagi kembali ke rumah itu. Rumah hiburan milik Kusuma tersebut sudah ditutup dan disita oleh pihak keamanan istana.Dan hari itu, Nawang kembali akan diinterogasi. Salah satu orang yang, menginterogasinya adalah Teja. Dan saat itu, Teja menjemput Nawang di penjara.Teja sendiri terkejut mendengar perkembangan situasi itu. Ia sungguh tidak tahu soal keterlibatan Eyang Kartareja yang meminta para petinggi keprajuritan untuk mengerahkan pasukan khusus mengejar Kusuma.Teja hanya mendengar bagian besarnya saja bahwa Kusuma adalah mata-mata kerajaan musuh dan kini dia berstatus buronan. Lalu ia juga mendapati seluruh tempat usaha milik Kusuma di kotaraja telah ditutup dan disita.“Kang Teja… tolong Kang… kau sudah tahu jika aku adalah korban. Sungguh aku tidak tahu apa-apa. Yang aku lakukan hanyalah bekerja kotor seperti itu dan terakhir
last updateTerakhir Diperbarui : 2023-11-18
Baca selengkapnya

Orang Tua Yang Tak Menyenangkan

Selama Maharani menemani Citra, kebetulan sekali tak ada masalah apapun yang datang.Namun kemudian selama tinggal di sana, pada akhirnya Maharani tahu kehidupan Citra dan tahu juga jika kedua orang tuanya itu sama sekali tak menyukai Rangga.Ki Suryo dan istrinya selalu mengeluh bahwa semua ketegangan itu gara-gara Rangga. Mereka seolah melupakan bahwa andai Kusuma menikahi Citra, maka apa jadinya?Meski situasinya tidak aman, Ki Suryo dan istrinya belakangan itu sibuk bepergian. Tujuannya bukan semata-mata untuk bisnis, namun mereka masih saja mencoba mencarikan calon suami untuk Citra. Keduanya masih berharap Citra mau meninggalkan Rangga demi kehidupan yang lebih baik.Peliknya, mereka menuduh Rangga mandul dan tak bisa memberi anak. Maharani kadang tak habis pikir dengan jalan pikiran kedua orang tua Citra. Sungguh keras kepala. Dan hal itu mengingatkan Rani akan si Teja yang meninggalkan kesan tidak menyenangkan dalam benak Rani.Hari itu pun, lagi-lagi Maharani mendengarkan oce
last updateTerakhir Diperbarui : 2023-11-19
Baca selengkapnya

Mempermalukan Diri Sendiri

Citra berhambur dan memeluk suaminya seperti anak kecil yang sudah lama ditinggal orang tuanya.“Aku senang kangmas datang… kangen…” kata Citra tanpa melepaskan pelukannya.“Aku juga kangen, Nimasku… di rumah ada tamu?” ucap Rangga saat sejak ia masuk ke halaman itu sudah melihat sebuah kereta bagus yang ditunggui oleh seorang kusir.“Iya. Kangmas datang di saat yang tepat. Ayah dan ibu berulah lagi ingin menjodohkan aku dengan orang lain. Aku tidak mau di sini, kangmas… aku tersiksa oleh ucapan-ucapan mereka yang selalu menghinamu dan selalu memaksaku untuk meninggalkanmu…” kata Citra.“Iya. Lagipula aku datang untuk menjemputmu, Nimasku sayang…”“Sungguh?” ucap Citra senang.“Iya…” balas Rangga sambil semakin mengeratkan pelukannya.Pada saat yang sama, Nyi Suryo menengok keluar untuk melihat siapa yang datang dan apa yang dilakukan Citra. Betapa geram ia melihat anaknya sedang berpelukan dengan Rangga di halaman.“Citra! Lekas masuk! Tinggalkan lelaki itu!” teriak Nyi Suryo dengan
last updateTerakhir Diperbarui : 2023-11-20
Baca selengkapnya

Putus Hubungan Keluarga?

Citra meneteskan air mata melihat sikap ibunya dan mendengar apa yang dia katakan. Tanpa kata, Citra tetap melanjutkan langkahnya mendekati Rangga.“Kita pergi, Kangmas. Anggap saja aku sudah tak punya tempat bernaung di sini. Kedepannya, jangan lagi bawa aku kemari!” kata Citra dengan suara bergetar penuh emosi.Di depan para tetangga dan di depan Nyi Suryo, Rangga memasang semua barang bawaan Citra di atas pelana kuda. Lalu mereka bertiga menuntun kuda itu menjauh dari rumah.“CITRAAA!!! CITRAAAA!!!” Nyi Suryo memanggil. Namun Citra, Rangga dan Maharani tidak menoleh ke belakang.Rangga berpikir, ia harus membeli kereta kuda. Atau setidaknya satu ekor kuda lagi untuk Maharani, sementara Citra bisa satu kuda dengannya. Ia menyesal kenapa tak mampir dulu ke rumah dan mengambil kereta kuda miliknya.Rangga ingat, di dekat gapura masuk desa, ada seorang juragan kereta. Ia segera mengajak Citra dan Maharani untuk ke sana. Niat awalnya adalah untuk membeli kuda atau kereta. Namun ternyata
last updateTerakhir Diperbarui : 2023-11-21
Baca selengkapnya

10 Hari Lagi

Rangga melanjutkan ceritanya dan Citra terus menyimak. Meski demikian, Rangga tak menyebut lebih dahulu jika kakeknya adalah orang penting di istana kotaraja. Ia hanya mengatakan jika kakeknya masih hidup dan ia sempat menemuinya untuk meminta bantuan.“Jika kita ke sana, maka kita akan aman. Lagipula ada Maharani yang bisa kita andalkan, dan juga Kang Teja…” kata Rangga.“Sejujurnya aku malas bertemu kang Rangga. Dia selalu patuh dan mendukung kemauan ibuku…” kata Citra.“Ya sudah kalau begitu. Tapi yang jelas saat ini, Kusuma menjadi buronan prajurit istana karena dia adalah mata-mata kerajaan musuh. Jadi, dia tak akan berani menunjukkan batang hidungnya di kotaraja. Selama Kusuma belum tertangkap, akan lebih aman jika kita tinggal di kotaraja!” kata Rangga.“Di rumah kakekmu?” tanya Citra.“Iya. Tapi jika kau tidak nyaman, kita bisa menyewa sebuah rumah dan tinggal sementara di sana. Bagaimana menurutmu?” tanya Rangga.“Terserah Kangmas saja. Di mana pun asal dekat denganmu aku tak
last updateTerakhir Diperbarui : 2023-11-22
Baca selengkapnya

Aku Bahagia!

Rangga tak bisa menyanggupi tawaran kakeknya. Tanggung jika ia memikirkan waktu yang ia miliki. “Beri saya waktu untuk berpikir Eyang. Sepuluh hari lagi. Jika posisi itu diambil orang lain ya sudah. Tidak apa-apa…” kata Rangga.Eyang Kartareja hanya bisa menghela nafas. Namun ia tak mau memaksa. Ia tak mau kehilangan satu-satunya keturunan yang ia miliki dan ia sudah kapok kehilangan putranya karena dulu ia suka memaksakan kehendak.Namun di hari-hari berikutnya, Eyang Kartareja sengaja mengajak Rangga untuk ke istana; sekadar jalan-jalan dan yang terpenting adalah mengenalkan Rangga kepada kalangan pejabat istana.Kadang Rangga juga diajak Eyang Kartaraja bertemu dengan orang-orang penting istana dan mau tak mau kadang ia juga mendengarkan pembicaraan mereka semua.Rangga berpikir, sebab ia tahu apa yang terjadi di masa depan, bahwa Tirtaloka memiliki banyak potensi yang bisa diolah dan dikembangkan dengan tepat untuk mendatangkan manfaat optimal.Saat ini Rangga sedang diajak Eyangn
last updateTerakhir Diperbarui : 2023-11-23
Baca selengkapnya

Bertemu Lagi Dengan Sang Maut

Hari itu tiba juga. Seharian Rangga gelisah menunggu sesuatu terjadi padanya. Citra sampai bingung melihat suaminya yang bersikap tak biasa.“Kangmas sungguh tidak apa-apa?” tanya Citra.“Hanya masuk angin mungkin. Aku akan ke kamar saja…” kata Rangga.“Perlu aku pijit atau aku keroki?” tanya Citra.“Boleh…” balas Rangga. Di momen seperti itu, sentuhan Citra adalah satu-satunya hal yang membuatnya sedikit merasa lebih tenang.Malam pun tiba dan Rangga masih bertanya-tanya; bagaimana nasibnya selanjutnya?‘Apakah aku masih diberi waktu? Tapi sampai kapan? Jika seperti ini, yang ada aku malah tidak tenang sama sekali!’ ucap Rangga dalam hati.Citra sudah terbuai di alam mimpi. Sedari tadi Rangga hanya pura-pura tertidur. Lalu ia beranjak dari ranjang dengan sehalus mungkin. Ia ingin kebelakang untuk buang air kecil.Usai buang air kecil, Rangga mendongak ke atas untuk melihat bulan purnama yang tampak terang. Udara terasa dingin menusuk tulang.Rangga tak mengerti kenapa ia terpaku diam
last updateTerakhir Diperbarui : 2023-11-24
Baca selengkapnya
Sebelumnya
1
...
678910
...
17
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status