Home / Fantasi / Sang Pengubah Takdir / Chapter 81 - Chapter 90

All Chapters of Sang Pengubah Takdir: Chapter 81 - Chapter 90

164 Chapters

Sudah Mulai Bekerja Di Istana

Rangga sudah resmi menjadi wakil mentri pembangunan dan kini ia menyibukkan diri dalam proyek pembangunan bendungan sungai Langger. Ia ditunjuk sebagai pemimpinnya oleh Eyang Sudibya dan memiliki wewenang penuh untuk mengatur segala bentuk pengadaan kebutuhan dan keuangan.Seminggu lamanya Rangga menggodok konsep itu bersama para pejabat terkait dan rencana itu disetujui oleh semua pihak termasuk Sang Raja.Banyak yang tercengang saat Rangga memimpin rapat penggodokan konsep itu. Rangga masih muda, namun seolah ia sudah matang dan banyak pengalaman layaknya pejabat-pejabat yang sudah berusia 50an tahun lebih. Pengalaman dari masa depan sungguh sangat berguna untuk hal itu.Proyek itu akan dikerjakan oleh 50 tukang batu ahli dengan 500 prajurit sebagai kulinya yang dipimpin oleh dua orang senopati. Dalam hal ini, Rangga adalah pemimpin proyek yang memiliki kuasa penuh untuk memerintah.Selama dua hari, istana sibuk untuk melakukan persiapan pemberangkatan itu. Karena kabar dan kegiatan
last updateLast Updated : 2023-11-25
Read more

Nawang Masih Belum Ingin Menyerah

Suasana ceria itu mendadak memburuk bagi Rangga dan Citra yang telah melihat Nawang di dalam kedai itu.“Kita ke sana saja, istriku…” kata Rangga sengaja mengajak Citra mencari tempat yang jauh dari meja Nawang dan kedua temannya itu.“Kenapa dia ada di sini!” gerutu Citra. Ia tak memungkiri Nawang sudah melakukan salah satu jasa besar yang membuat saat itu Teja datang pada waktu yang tepat dan menyelamatkannya. Namun tetap saja Citra selalu merasa tidak nyaman dengan keberadaan Nawang; ia merasa tidak aman pula karena ia menganggap Nawang itu cantik dan bertubuh bagus serta punya aura pemikat yang kuat.Nawang pun juga melihat Rangga, Citra dan Maharani. Dua teman Nawang, Tyas dan Dian pun menatap mereka, terutama Rangga.“Lelaki tampan! Dua wanita cantik itu… mencurigakan sekali. Jangan-jangan dua wanita itu juga sama seperti kita; wanita sewaan…” kata Tyas.“Iya. Jika pasangan resmi sepertinya tidak mungkin. Saudara pun juga tak mungkin. Wajah mereka berbeda. Tak ada mirip-miripnya
last updateLast Updated : 2023-11-26
Read more

Tiba Di Gunung Kelir

Hari keberangkatan Rangga tiba juga. Citra mengantarkan sang suami di gerbang istana dengan ditemani Maharani. Meski Rangga mengatakan akan sering pulang, namun rasanya tetap berat juga. Sebab ia tinggal di rumah sang Eyang yang bagaimana pun tentu tetap membuatnya merasa sungkan jika tak ada Rangga.Jika perjalanan itu dilakukan sendirian dengan berkuda, hanya butuh dua hari saja. Namun lain soal jika mereka berangkat dalam rombongan besar mengawal pedati-pedati berisi perlengkapan dan peralatan untuk membuat bendungan.Proyek besar itu tak akan disetujui jika tak membawa keuntungan bagi istana. Namun dengan adanya bendungan itu akan ada banyak desa yang makmur dan hal itu jelas akan membawa banyak keuntungan pula bagi istana.Ujung-ujungnya, Eyang Sudibya tidak ingin ikut karena sudah tua. Jadi, Rangga adalah satu-satunya orang tertinggi pangkatnya dalam rombongan itu yang berhak mengatur para senopati dan prajurit yang ikut serta dalam proyek tersebut.Bukan hal sulit untuk mewujud
last updateLast Updated : 2023-11-27
Read more

Bertapa Meminta Restu Leluhur

Di malam harinya, Rangga kembali bertemu dengan para warga. Mereka membahas tentang makam leluhur yang ada di tempat itu yang pasti akan terendam banjir ketika bendungan dibuat.Lalu Ki Seneng, tokoh paling tua yang juga paham dengan hal-hal ghaib akhirnya angkat bicara.“Raden mungkin bisa memulai pembangunan bendungan ini dengan mengadakan upacara dulu. Bagaimana pun, kami memang tak bisa menolak sebab pembangunan ini adalah rencana Gusti Prabu. Tapi soal makam itu, bukan hanya kami saja yang akan kena nantinya, namun juga semua pihak yang membangun bendungan!” ucap Ki Senang.“Kami akan dengan senang hati mengikuti saran Eyang…” kata Rangga.“Den Rangga selaku pemimpin dalam pengerjaan bendungan ini harus bertapa dulu di makam kuno. Tiga hari tiga malam kurang lebihnya, untuk meminta izin kepada leluhur. Apakah Raden sanggup?” tanya Ki Senang.Rangga tak lekas menjawab. Semua pun terdiam hening. Tapa tiga hari tiga malam itu berat untuk dilakukan di mana yang bertapa tentu saja tid
last updateLast Updated : 2023-11-28
Read more

Menjajal Kesaktian

Pekerjaan pertama yang akan dilakukan adalah membantu para warga pindahan dari bawah menuju ke atas. Orang-orang desa itu dibuatkan rumah baru dan ternyata prosesnya tidak semudah yang dibayangkan.Tidak semua bisa langsung setuju saat dipilihkan lahan tertentu. Kadang hal itu diwarnai juga dengan perdebatan.“Lihat itu Ki Lurah! Masak tanah untuk kami ada batu besarnya seperti itu. Yang muncul dipermukaan memang hanya seperti itu. Tapi bagaimana dengan bagian bawahnya! Kami jadi tak akan punya kebun seperti yang lainnya!” Seseorang protes keras dengan tanah yang dia dapatkan.Rangga yang saat itu menemani Ki Lurah mengatur pembagian tanah pun ikut pusing mendengar keluhan demi keluhan. Memang tanah di atas tampak lebih tandus. Dan semakin mereka ditempatkan di atas, mereka juga semakin protes karena sebelum bendungan jadi, jika butuh air, mereka harus turun sangat jauh ke bawah sana untuk mengambil air sungai yang hanya mengalir sangat kecil di musim kemarau itu.“Ya namanya memulai
last updateLast Updated : 2023-11-29
Read more

Banyak Godaan

Tiga hari lamanya para prajurit itu membantu membuatkan rumah baru untuk para warga. Terhitung cepat memang, karena tenaga kerjanya banyak dan rumah yang harus didirikan tidaklah banyak. Hanya tiga puluh rumah.Memang sedikit warga yang tinggal di sana. Kebanyakan adalah lelaki tua dan istrinya serta anak perempuannya sebab sebagian besar anak lelaki memilih untuk turun gunung mencari pekerjaan di tempat lain yang lebih menjanjikan.Para pemuda cenderung malas tinggal di desa terpencil dan bertanah tandus jika kemarau tiba, lalu tanah itu berubah menjadi tanah liat yang lengket saat musim hujan datang.Para warga bertahan di sana karena memang itulah tanah yang mereka miliki. Toh jika musim hujan tiba, tanah di gunung itu sangat subur dan menghasilkan banyak sekali sayuran dan tanaman pangan lainnya. Hanya saja jika kemarau tiba, mereka hidup sengsara karena harus turun ke bawah sana untuk mengambil air dari sungai Langger yang mengalir sangat kecil dan kadang pernah juga tak mengalir
last updateLast Updated : 2023-11-30
Read more

Seorang Lelaki Tampan

Maharani mulai menyadari jika ada yang membuntuti di belakang. Ia menoleh dan melihat tiga lelaki muda yang berjalan mengikuti, bersiul-siul sambil menyunggingkan senyum sok akrab.“Mbakyu, ada pengganggu lagi…” kata Maharani sambil tetap melangkah seiring dengan langkah Citra.“Tak usah dihiraukan. Jika mereka benar-benar kurang ajar, kau boleh memberi mereka pelajaran, Rani!” kata Citra.Ketiga lelaki itu setidaknya tak terlihat seperti berandal. Mereka mungkin tiga pemuda pekerja di kotaraja yang kebetulan berpapasan lalu iseng ketika melihat dua orang wanita cantik yang sedang berjalan.Ketiga lelaki itu mempercepat langkah dan sengaja mengapit di sebelah kanan-kiri Maharani dan Citra.“Hei cantik, boleh berkenalan?”“Kalian berdua hendak kemana?”Mereka bertanya.“Jangan ganggu kami. Pergilah. Kami sedang tidak ingin bersama siapapun!” kata Maharani tegas.“Aduh-aduh… galak sekali… hihihi… jangan seperti itu, kami hanya ingin berkenalan,” balas si lelaki di sebelah kiri Maharani.
last updateLast Updated : 2023-12-01
Read more

Rangga Pulang

Citra mengambil tas belanjanya yang diulurkan oleh lelaki tampan itu. Jika dilihat dari penampilannya, dia seperti keturunan bangsawan atau setidak-tidaknya orang kaya.Pakaian lelaki tampan itu cukup bagus dan terbuat dari kain mahal. Kulitnya juga bersih. Rambutnya tergelung rapi dan sikapnya sopan; tak ada tatapan kurang ajar dari sorot matanya.“Terimakasih bantuannya, Raden…” ucap Citra.“Hati-hati jika di tempat ramai. Belakangan ini ada banyak kejahatan entah yang ringan atau yang berat…” kata lelaki itu.“Iya…” balas Citra.“Baiklah. Silakan dilanjut…” kata lelaki itu sambil berlalu meninggalkan Citra dan Maharani.Sang pencopet sudah lari entah kemana.Dalam hati Maharani berkata, tumben sekali ada lelaki yang tidak menyebalkan. Bahkan Maharani merasa ia dilirik pun tidak oleh lelaki itu.“Maaf Mbakyu, aku terlena…” kata Maharani.“Tidak apa-apa. Santai saja. Aku tahu kau pasti bisa mengejar pencopet itu. Hanya saja lelaki itu tadi kebetulan ada di depannya dan melihat kejadi
last updateLast Updated : 2023-12-02
Read more

Mulai Jualan Di Kedai

Baru kali ini Rangga akan menghadap sang Prabu. Ia ditemani Eyang Kartareja dan Eyang Sudibya untuk menyampaikan laporan seputaran progres proyek pembangunan bendungan.Seharusnya Rangga berdebar-debar saat bertemu dengan Sang Prabu. Namun entah kenapa, ia merasa biasa saja. Ia merasa tak ada yang istimewa dalam pertemuan itu.Rangga tahu dari kehidupan yang sebelumnya, bahwa Prabu Siliwangka, raja dari negri Tirtapura itu bukanlah raja yang taktis dalam menentukan keputusan. Ia malah terkesan plin-plan dan hanya mengandalkan apa yang dilakukan oleh para bawahannya.Satu hal lain yang diketahui Rangga, sang raja memiliki banyak selir dan banyak keturunan. Hal itu bukan lah hal bagus sebab di masa depan pasti akan ada ketegangan perebutan kekuasaan yang tidak akan berdampak bagus bagi rakyat.Selama Rangga mulai menjabat sebagai wakil Eyang Sudibya, ia memikirkan banyak hal. Yang ia lakukan itu bukan untuk menyenangkan Sang Prabu, namun semata-mata untuk menolong banyak orang, termasuk
last updateLast Updated : 2023-12-03
Read more

Diajak Kenalan

Citra dan Rani sejenak melongo menatap lelaki itu.“Sudah habis…” kata Citra. Bersamaan dengan itu, Rani juga menjawab, “Masih ada…”Jawaban Citra dan Rani yang tidak kompak itu membuat lelaki tersebut terkekeh. “Kita bertemu lagi. Ternyata kalian berjualan makanan di kedai ini. Jadinya yang benar apa? masih ada atau sudah habis?”“E—sebenarnya sudah habis. Tapi, Raden Muda ingin makan apa? Kami bisa membuatkannya untuk satu porsi…” kata Citra.“Wah… kalau sudah habis ya lain kali saja. Saya tidak ingin merepotkan Nyai…” kata Lelaki itu.“Mbakyu, bukankah masih ada dendeng di belakang? Sayuran juga masih ada sedikit. Cukup jika hanya untuk satu porsi…” kata Rani.“Tapi kurang lengkap, Rani… tidak pantas menghidangkan sesuatu yang kurang lengkap… aku bisa memasak cepat…” kata Citra.“Aduh, saya jadi merepotkanmu… dendeng dan sayur yang dikatakan adik Nyai saja tadi… biar tidak repot. Saya bisa makan apa saja jika sudah lapar. Semua pasti enak…” kata lelaki itu.“Tunggu sebentar, Den… R
last updateLast Updated : 2023-12-04
Read more
PREV
1
...
7891011
...
17
Scan code to read on App
DMCA.com Protection Status