"Tentu saja Papa ingin kamu bahagia, tapi tidak dengan cara ini, Nak. Ayo kita pulang!" bujuk sang ayah menarik lembut lengan putrinya. Namun detik berikutnya tubuh sang ayah terhempas ke lantai, kala Laura mendorongnya kasar."Cukup, Pa! Jika kamu tidak mau menjadi waliku, aku akan menghubungi orang lain!" maki Laura meninggikan suara. Kedua matanya melotot tajam ke arah pria paruh baya yang tengah menangis sesenggukan.Dengan tubuh terhuyung, ayah Laura kembali pada posisi duduknya. Memandang Deo dengan penuh rasa bersalah. "Nak, Deo. Atas kejadian ini, tolong maafkan Laura. Bapak menggantikannya untuk menebus seluruh kesalahannya. Setelah ini, Anda bisa melakukan apa pun pada saya," ujar ayah Laura. Namun Deo bersikap acuh tak acuh, seolah tak mendengar penyesalan itu sama sekali."Saya tidak punya banyak waktu. Bisa kita mulai segera ijab kabulnya?" sahut penghulu yang beberapa kali terlihat mengamati arloji yang melingkar di pergelangan tangannya."Kita bisa mulai sekarang, Pak!"
Last Updated : 2024-02-04 Read more