Semua Bab Gadis Pengantar Makanan Vs Mafia Kejam: Bab 71 - Bab 80
169 Bab
69. Menjodohkan Deon dengan Mina
Tak lama kemudian, Sarah bergerak keluar dari keramaian, memilih menghirup udara segar di balkon.Angin sepoi – sepoi menerpa wajahnya yang cantik sehingga rambutnya berterbangan. Pada saat yang sama seorang fotografer yang sedang bertugas di sebelah ruangan pesta langsung memanfaatkan kesempatan baik ini membidikkan kamera.Fotografer itu melihat hasil jepretannya, mendecak kagum karena kecantikan Sarah yang alami berhasil memukaunya.Angin malam menerpa rambutnya yang terurai, gaunnya dipakainya berwarna hitam dan terlihat sederhana sehingga kecantikkannya begitu sempurna. Tidak ada yang tahu bahwa dia hanyalah seorang gadis pengantar makanan yang terjerumus dalam konflik keluarga besar dari para mafia.“Sungguh cantik bagai dewi,” gumamnya. Sesaat ia ingin membidik lagi, tapi Sarah sudah menghilang. Ia hendak mencari keberadaan Sarah, akan tetapi seseorang memanggilnya untuk melanjutkan pekerjaannya karena acara sudah dimulai.
Baca selengkapnya
70 Melya tahu rahasia Kakek
“Ya, kita lihat saja nanti. Waktu masih panjang. Biarkan mereka menikmati masa anak – anaknya.”“Trus mengenai Deon yang tinggal bersama kami gimana?” tanya Michael kepada Matteo.“Biarlah Deon tetap berada di asramanya. Di sana  dia sudah banyak berteman,” jawab Sarah dengan tetap tersenyum ramah.“Baiklah,” jawab Matteo dan Michael secara bersamaan dengan nada kecewa.Sarah tetap dalam keputusannya untuk tidak terlalu bergantung kepada Matteo dan Michael.“Aku harus lebih giat mencari simpanan untuk dapat pergi segera pergi dari sini dan membuka perusahaan baru,” gumam Sarah sambil meneguk minumannya kembali.Sementara Michael menggelengkan kepalanya, “Entah apa yang kamu pikirkan, heran aku…,” sahutnya sambil berlalu menuju ke stand makanan.Michael memegang kantong celananya, di mana dia menyimpan sebuah kotak kecil berisi sebuah cincin.
Baca selengkapnya
71. Luca memang Aneh
“Bukan saya yang menyuruh Sarah pergi, tapi kamu !” lanjutnya. “Kamu ingin melenyapkan Sarah, makanya aku hanya  menyuruhnya bersembunyi sementara waktu, hanya sementara. Tidak menyuruh dia pergi selamanya,” jawab Melya kembali.“Saya tidak berniat melenyapkan Sarah !..., Ok, Kakek akui pertama memang saya berniat melenyapkannya, tapi setelah Luca setuju menikah dengan Melya, maka Sarah bukan halangan yang membutuhkan tindakan besar. tidak usah sampai mengotori tanganku untuk membunuhnya.”“Ya, tapi mengapa Kakek juga ikutan memburu Sarah sampai ke kota X?” tanya Melya dengan mata masih melotot.Kakek terdiam sejenak, dia terkejut karena ternyata menantunya mengetahui sebanyak ini. Kakek itu mendengkus sebelum menjawab, “Saya hanya ingin mengontrolnya.”“Tuh kan, akhirnya ketahuan maksud jahatmu !” Melya memalingkan wajahnya dengan kesal.“Maksud jahat?
Baca selengkapnya
72. Luca sudah sadar
Bram memasukkan sepotong Apel ke mulutnya, melanjutkan kalimatnya.“Kamu yang tidur terus disana merasa tidak ada penderitaan lagi, sementara aku setiap hari harus melayani Melya yang haus belaian Akibat tidak pernah kamu sentuh menjadi istrimu.”“Dan Andrew yang bertanya dan bertanya terus seperti robot dengan solar panel. Hanya kehilangan energi bila matahari sudah tenggelam.”“Lihat, diriku saja sampai tidak punya niat lagi melihat wanita lain. Karena terlalu capek melayani napsu Melya.”“Kadang dalam kondisi tertidur panjang sepertimu ini, membuatku ingin membunuhmu saja karena tidak bisa berkelahi seperti dulu. Baku hantam sampai kecapekan.”“Misalnya dengan sepotong pisau kecil ini, ingin aku menggorok nadimu dalam 3 detik daripada kamu tidak seperti hidup dan tidak juga mati. Karena sesungguhnya aku sangat marah.”“Hanya karena seorang Sarah kamu menjadi tidak bisa berp
Baca selengkapnya
73. Rencana Luca
“Kamu tahu, saya tidak pernah main – main dalam pekerjaan saya,” lanjut Bram kemudian bergerak ke meja kecil untuk menuangkan air putih.“Saya akan menemukan Sarah dan anakku,” ucap Luca melihat ke langit – langit kemudian menutup matanya.“Saya pasti akan menemukan mereka secepat mungkin,” lanjutnya.Bram meneguk habis minumannya.“Jadi apa rencanamu?” tanya Bram kemudian.“Penggantiku bisa menggantikan selama 6 bulan. Dokter akan memberikan Vonis bahwa Ia koma total sehingga bisa memberi waktu setidaknya 6 bulan.”“Saya akan mulai mencari di luar negara ini,” jawab Luca sambil masih memejamkan matanya.“Di luar negara ini?  Dimana? Dan bukankah sudah lima tahun? Entah apakah mereka masih hidup?” tanya Bram.Luca membuka matanya kemudian melotot ke arah Bram.”Masih hidup. Saya yakin tentang itu. Karena rasa itu ada di sin
Baca selengkapnya
74. Pembalasan
Sekali lagi Bram menganggukkan kepalanya tanda mengerti.“Ohya, bagaimana penyakitmu?” tanya Bram kemudian.“Penyakitku akan sembuh seiring waktu.”“Mulai besok akan melakukan fisiotherapy yang ketat untuk melatih daya gerakku.”“Mungkin membutuhkan 1 bulan maka daya gerak dan penglihatanku akan sembuh .”“Jadi kamu sudah bisa melihat dengan jelas?” tanya Bram sambil mengoyangkan tangannya ke arah Luca.“Ya, Cuma sedikit menyakitkan bila terkena cahaya.”“Ohhh, berarti operasinya berhasil ya. Hebat juga Dokter  Muda yang menanganimu di Indonesia itu,” seru Bram kembali bersemangat.“Ya, jangan lupa kirim reward untuknya,” ucap Luca.“Baik Bos,”“Pergilah, kamu tidak bisa meninggalkan mereka terlalu lama”Bram menganggukkan kepalanya. Hendak berlalu pergi.“Eh, bagaimana c
Baca selengkapnya
75. Hei, kalian!
Dengan perlahan Bram keluar sebagai dokter gadungan. Aksinya dan cara berjalannya sungguh percaya diri sebagai seorang dokter asli.“Hei kalian, sini sebentar…. Bantu Saya mengangkat kardus ini ke mobil,” ujarnya kepada kedua petugas tadi.Kedua petugas yang merasa harus selalu patuh kepada dokter yang bekerja, tanpa curiga membantu Bram mengangkat kardus yang luMelyan berat menuju ke tempat parkir.Akibat beban yang berat, sesampainya di tempat parkir, keduanya sudah kecapekan mengatur nafasnya.Bram memanfaatkan kesempatan ini untuk membius mereka berdua.Petugas yang satu lagi ingin melawan setelah melihat temannya dibius Bram, tapi Bram sudah dengan lihai memutar tangannya sehingga pantat petugas itu yang tertusuk.Hanya butuh beberapa detik, mereka berdua sudah pingsan di sekitar mobil.Bram segera mengangkat mereka masuk ke dalam mobil sambil tertawa kecil dan bersiul. Mobil pun dijalankan perlahan keluar dari
Baca selengkapnya
76. Kehilangan daya ingat
Sebelum berangkat, Bram memeluk Bunga sebentar, menciumnya bibirnya dengan lembut. Bunga memang tinggal bersama dengannya selama ini.“Tunggu aku pulang ya, “ ucap Bram lembut dan mengelus pipi Bunga.Bunga menjawab dengan anggukan kecil. Kembali Bram mencium lembut keningnya karena ia sangat menyukai sifat Bunga yang sangat patuh, tidak seperti Melya yang lebih suka mendominasi dan melawan.Melya memandang dengan cemburu di dalam mobil kemudian memalingkan wajahnya.Bram duduk di depan kemudi tanpa memperdulikan sikap Melya yang menyebalkan, Bram membantu memasangkan sabuk pengaman Melya kemudian mobil pun dikemudikan menuju ke bandara.Tanpa ada percakapan, Mereka masuk ke dalam pesawat pribadi yang membawa mereka menuju Jerman.Bram cukup kaya sehingga ia juga mempunyai pesawat pribadi.Di dalam pesawat, Bik Imah sudah menempatkan Andrew di tempat tidur kecil sehingga Andrew melanjutkan tidurnya dengan nyaman.Br
Baca selengkapnya
77. Tidak sama
“Terus mengenai daya penglihatannya, pasien cuma akan mengalami gejala pandangan kabur saat terkena cahaya yang menyilaukan.”“Dan yang terakhir, mengenai ingatan yang hilang, sungguh dalam hal ini, kami dari tim kedokteran tidak dapat berbuat apa – apa. Kehilangan daya ingat permanen adalah resiko dari bedah otak.”Kakek sepertinya dapat menerima dengan baik pernyataan yang disebut sang dokter.“Tapi…, mengapa Luca masih juga belum sadar?” tanya Kakek sesaat kemudian.Dokter hanya menelan salivanya dengan pahit.“Dokter, sudah 1 minggu Luca tidak sadar juga, tidak bisakah Anda membuatnya sadar? Entah menyuntikkan sesuatu?” ulang   Kakek.“Tidak, dunia medis tidak bisa kita perlakukan sesuka hati,” jawab sang dokter sambil tertawa kecil.“Saya sudah memberi informasi bahwa mungkin pasien akan koma selama beberapa minggu. Kalian pulanglah dulu ke N
Baca selengkapnya
78. Tidak boleh membuang kesempatan emas
Wisnu berasal dari keluarga miskin yang tinggal di pinggiran pulau kecil di Malaysia. Merantau secara mandiri meninggalkan ibunda dan tiga orang adiknya yang masih kecil. Tujuannya untuk memperbaiki nasib dengan mengantongi visa izin kuliah. Tapi baru jalan setengah tahun, biaya hidup sudah menipis, sehingga tidak jarang ia tidak makan malam akibat kekurangan perkerjaan freelance.Saat ini, Ia merasa mempunyai kesempatan menjadi seorang anak Sultan dengan kekayaan yang super, menimbulkan niat buruk dalam hatinya detik itu juga.Wisnu mulai menyusun rencana busuknya. Otaknya yang termasuk pintar dalam sekolahnya, saat ini dimanfaatkan dengan buruk.Satu jam kemudian, ia menepuk dadanya sendiri.“Aku tidak akan membuang kesempatan emas ini,” gumamnya.Segala skenario dipikirkannya seperti sebuah jalan yang berliku dan panjang, sampai akhirnya Ia pun tertidur dan melanjutkan mimpinya sebagai pangeran dalam suatu kerajaan yang mewah.
Baca selengkapnya
Sebelumnya
1
...
678910
...
17
DMCA.com Protection Status