“Bukan saya yang menyuruh Sarah pergi, tapi kamu !” lanjutnya.
“Kamu ingin melenyapkan Sarah, makanya aku hanya menyuruhnya bersembunyi sementara waktu, hanya sementara. Tidak menyuruh dia pergi selamanya,” jawab Melya kembali.
“Saya tidak berniat melenyapkan Sarah !..., Ok, Kakek akui pertama memang saya berniat melenyapkannya, tapi setelah Luca setuju menikah dengan Melya, maka Sarah bukan halangan yang membutuhkan tindakan besar. tidak usah sampai mengotori tanganku untuk membunuhnya.”
“Ya, tapi mengapa Kakek juga ikutan memburu Sarah sampai ke kota X?” tanya Melya dengan mata masih melotot.
Kakek terdiam sejenak, dia terkejut karena ternyata menantunya mengetahui sebanyak ini. Kakek itu mendengkus sebelum menjawab, “Saya hanya ingin mengontrolnya.”
“Tuh kan, akhirnya ketahuan maksud jahatmu !” Melya memalingkan wajahnya dengan kesal.
“Maksud jahat?
Bram memasukkan sepotong Apel ke mulutnya, melanjutkan kalimatnya.“Kamu yang tidur terus disana merasa tidak ada penderitaan lagi, sementara aku setiap hari harus melayani Melya yang haus belaian Akibat tidak pernah kamu sentuh menjadi istrimu.”“Dan Andrew yang bertanya dan bertanya terus seperti robot dengan solar panel. Hanya kehilangan energi bila matahari sudah tenggelam.”“Lihat, diriku saja sampai tidak punya niat lagi melihat wanita lain. Karena terlalu capek melayani napsu Melya.”“Kadang dalam kondisi tertidur panjang sepertimu ini, membuatku ingin membunuhmu saja karena tidak bisa berkelahi seperti dulu. Baku hantam sampai kecapekan.”“Misalnya dengan sepotong pisau kecil ini, ingin aku menggorok nadimu dalam 3 detik daripada kamu tidak seperti hidup dan tidak juga mati. Karena sesungguhnya aku sangat marah.”“Hanya karena seorang Sarah kamu menjadi tidak bisa berp
“Kamu tahu, saya tidak pernah main – main dalam pekerjaan saya,” lanjut Bram kemudian bergerak ke meja kecil untuk menuangkan air putih.“Saya akan menemukan Sarah dan anakku,” ucap Luca melihat ke langit – langit kemudian menutup matanya.“Saya pasti akan menemukan mereka secepat mungkin,” lanjutnya.Bram meneguk habis minumannya.“Jadi apa rencanamu?” tanya Bram kemudian.“Penggantiku bisa menggantikan selama 6 bulan. Dokter akan memberikan Vonis bahwa Ia koma total sehingga bisa memberi waktu setidaknya 6 bulan.”“Saya akan mulai mencari di luar negara ini,” jawab Luca sambil masih memejamkan matanya.“Di luar negara ini? Dimana? Dan bukankah sudah lima tahun? Entah apakah mereka masih hidup?” tanya Bram.Luca membuka matanya kemudian melotot ke arah Bram.”Masih hidup. Saya yakin tentang itu. Karena rasa itu ada di sin
Sekali lagi Bram menganggukkan kepalanya tanda mengerti.“Ohya, bagaimana penyakitmu?” tanya Bram kemudian.“Penyakitku akan sembuh seiring waktu.”“Mulai besok akan melakukan fisiotherapy yang ketat untuk melatih daya gerakku.”“Mungkin membutuhkan 1 bulan maka daya gerak dan penglihatanku akan sembuh .”“Jadi kamu sudah bisa melihat dengan jelas?” tanya Bram sambil mengoyangkan tangannya ke arah Luca.“Ya, Cuma sedikit menyakitkan bila terkena cahaya.”“Ohhh, berarti operasinya berhasil ya. Hebat juga Dokter Muda yang menanganimu di Indonesia itu,” seru Bram kembali bersemangat.“Ya, jangan lupa kirim reward untuknya,” ucap Luca.“Baik Bos,”“Pergilah, kamu tidak bisa meninggalkan mereka terlalu lama”Bram menganggukkan kepalanya. Hendak berlalu pergi.“Eh, bagaimana c
Dengan perlahan Bram keluar sebagai dokter gadungan. Aksinya dan cara berjalannya sungguh percaya diri sebagai seorang dokter asli.“Hei kalian, sini sebentar…. Bantu Saya mengangkat kardus ini ke mobil,” ujarnya kepada kedua petugas tadi.Kedua petugas yang merasa harus selalu patuh kepada dokter yang bekerja, tanpa curiga membantu Bram mengangkat kardus yang luMelyan berat menuju ke tempat parkir.Akibat beban yang berat, sesampainya di tempat parkir, keduanya sudah kecapekan mengatur nafasnya.Bram memanfaatkan kesempatan ini untuk membius mereka berdua.Petugas yang satu lagi ingin melawan setelah melihat temannya dibius Bram, tapi Bram sudah dengan lihai memutar tangannya sehingga pantat petugas itu yang tertusuk.Hanya butuh beberapa detik, mereka berdua sudah pingsan di sekitar mobil.Bram segera mengangkat mereka masuk ke dalam mobil sambil tertawa kecil dan bersiul. Mobil pun dijalankan perlahan keluar dari
Sebelum berangkat, Bram memeluk Bunga sebentar, menciumnya bibirnya dengan lembut. Bunga memang tinggal bersama dengannya selama ini.“Tunggu aku pulang ya, “ ucap Bram lembut dan mengelus pipi Bunga.Bunga menjawab dengan anggukan kecil. Kembali Bram mencium lembut keningnya karena ia sangat menyukai sifat Bunga yang sangat patuh, tidak seperti Melya yang lebih suka mendominasi dan melawan.Melya memandang dengan cemburu di dalam mobil kemudian memalingkan wajahnya.Bram duduk di depan kemudi tanpa memperdulikan sikap Melya yang menyebalkan, Bram membantu memasangkan sabuk pengaman Melya kemudian mobil pun dikemudikan menuju ke bandara.Tanpa ada percakapan, Mereka masuk ke dalam pesawat pribadi yang membawa mereka menuju Jerman.Bram cukup kaya sehingga ia juga mempunyai pesawat pribadi.Di dalam pesawat, Bik Imah sudah menempatkan Andrew di tempat tidur kecil sehingga Andrew melanjutkan tidurnya dengan nyaman.Br
“Terus mengenai daya penglihatannya, pasien cuma akan mengalami gejala pandangan kabur saat terkena cahaya yang menyilaukan.”“Dan yang terakhir, mengenai ingatan yang hilang, sungguh dalam hal ini, kami dari tim kedokteran tidak dapat berbuat apa – apa. Kehilangan daya ingat permanen adalah resiko dari bedah otak.”Kakek sepertinya dapat menerima dengan baik pernyataan yang disebut sang dokter.“Tapi…, mengapa Luca masih juga belum sadar?” tanya Kakek sesaat kemudian.Dokter hanya menelan salivanya dengan pahit.“Dokter, sudah 1 minggu Luca tidak sadar juga, tidak bisakah Anda membuatnya sadar? Entah menyuntikkan sesuatu?” ulang Kakek.“Tidak, dunia medis tidak bisa kita perlakukan sesuka hati,” jawab sang dokter sambil tertawa kecil.“Saya sudah memberi informasi bahwa mungkin pasien akan koma selama beberapa minggu. Kalian pulanglah dulu ke N
Wisnu berasal dari keluarga miskin yang tinggal di pinggiran pulau kecil di Malaysia. Merantau secara mandiri meninggalkan ibunda dan tiga orang adiknya yang masih kecil. Tujuannya untuk memperbaiki nasib dengan mengantongi visa izin kuliah. Tapi baru jalan setengah tahun, biaya hidup sudah menipis, sehingga tidak jarang ia tidak makan malam akibat kekurangan perkerjaan freelance.Saat ini, Ia merasa mempunyai kesempatan menjadi seorang anak Sultan dengan kekayaan yang super, menimbulkan niat buruk dalam hatinya detik itu juga.Wisnu mulai menyusun rencana busuknya. Otaknya yang termasuk pintar dalam sekolahnya, saat ini dimanfaatkan dengan buruk.Satu jam kemudian, ia menepuk dadanya sendiri.“Aku tidak akan membuang kesempatan emas ini,” gumamnya.Segala skenario dipikirkannya seperti sebuah jalan yang berliku dan panjang, sampai akhirnya Ia pun tertidur dan melanjutkan mimpinya sebagai pangeran dalam suatu kerajaan yang mewah.
"Jadi, apakah yang membuatmu memantapkan keinginanmu untuk pergi?" tanya Matteo dengan herannya."Saya merasa sudah saatnya saya mandiri. Saya ingin berusaha tidak selalu terikat dengan keluarga Matteo dan Michael yang sudah sangat memperlakukan Kami dengan baik. ""Sungguh, saat ini, saya hanya berkeinginan untuk dapat mandiri. saya merasa bahwa sudah saatnya saya membuktikan kemampuan saya untuk membangun perusahaan sendiri. "Matteo berhenti sejenak memikirkan sesuatu."Rencananya kamu ingin membangun perusahaan di negara mana?""Saya akan memulai di Perancis," Jawab Sarah dengan mantap.Matteo menghela nafas panjang."Persaingan di sana sangat ketat. Apakah Sarah yakin tidak membutuhkan bantuan Matteo?"Sarah menundukkan kepalanya."Maaf, Matteo tidak bermaksud merendahkan kemampuan Sarah."Matteo terdiam sebentar kemudian baru melanjutkan."Tapi Matteo sendiri sudah pernah mencoba masuk ke sana d
Taman yang indah, hijau dan luas tempat pernikahan Luca dan Sarah akan dilaksanakan.“Bunga ini seharusnya diletakkan disana,” ucap Bunga menunjuk ke arah panggung. Pemain musik dan penyanyi sudah disiapkan dan sedang mengalunkan beberapa lagu mellow .Acara akan dilakukan dengan mewah tanpa kehadiran pemuka agama. Karena Castello pasti tidak bersedia hadir untuk merestui pernikahan mereka. Castello masih menentang dengan keras pernikahan Luca. Castello masih merasa terganggu dengan masa lalunya terhadap Kanya. Cinta pertama yang tidak dapat dimilikinya.“Meja untuk menandatangani Akte pernikahan sudah dihias dengan indah,” ucap Bunga kepada Bob.“Baik, terimakasih, Sayang,” jawab Bob sambil memberikan kecupan kecil di kening Bunga kemudian ia beralih sibuk mengurus hal yang lain.Segala jenis makanan yang menggugah selera sudah disusun rapi disepanjang taman.“Bikin lapar,” gumam Bunga sambil
Tidak ada yang tahu bahwa Luca pulang untuk menyelesaikan semuanya. Dia berada di rumah saat ini dan Sarah berada dalam pelukannya“Luca,” sapa Sarah dengan suara kecil.“Hmm…” Terlihat Luca sudah mulai mengantuk. Sarah terdiam tidak ingin melanjutkan pertanyaan yang ingin diutarakannya. Melihat Luca yang sudah pasti lelah bekerja sepanjang harinya.Tapi Sarah tidak dapat terlelap sama sekali walau sudah membalikkan tubuhnya beberapa kali untuk mendapatkan posisi nyaman.Akhirnya Sarah bergerak menuju ke dapur untuk mencari makanan yang bisa menahan rasa laparnya.Luca yang memang sudah tertidur tapi merasa pergerakkan tidak nyaman sang istri akhirnya dengan malas berdiri untuk menyusul istrinya karena khawatir. Memikirkan istrinya sedang hamil tua.Luca menatap Sarah dari jauh. “Malam – malam cari makanan, jangan bilang itu bawaan Rahim,” celutuk Luca ringan.“Mas…&r
“Akan kuhabiskan istrinya kalau dia tidak menepati janjinya untuk melamar dan menikah denganku,” gumam Aninda dalam hati.Wisnu tidak mengerti sedang berhadapan dengan adik mafia yang kejam. Alfredo terkenal dengan kekejamannya dan Aninda terkenal dengan sifat egoisnya. Tidak ada yang tidak bisa dia miliki.Kesabarannnya menunggu Luca sudah cukup lama. Ini adalah saat yang tepat untuk memiliki Luca seutuhnya, Aninda membathin hingga terlelap.Mereka tertidur dengan posisi saling memalingkan tubuhnya secara berlawanan seperti sepasang suami istri yang sedang bertengkar.Drttt. Drt… pagi sekali ponsel Wisnu sudah berbunyi panggilan dari Luca yang membangunkannya. Wisnu meraih ponselnya dengan malas sambil diliriknya Aninda yang masih terlelap disampingnya.“Ya,…” sapa Wisnu sambil menguap.“Apakah dia sudah menandatangani kontrak?” tanya Luca.“Belum,” jawab Wisnu singkat.
“Lapor Tuan, Sir Louis meminta izin bertemu,” sapa seorang asisten Castello dengan sopan.Sir Louise adalah seorang pebisnis di bagian fashion yang sudah memiliki nama di dunia.“Iya, persilahkan masuk saja.”Tak lama kemudian Sir Louis masuk ke dalam ruangan kerja Castello.“Apa kabar, Sir Louis?” sapa Castello kemudian mereka saling berpelukan dengan ramah.“Mohon maaf sebelumnya atas kelancangan saya. Kedatangan saya ke Indonesia adalah karena saya ingin mengadakan event di Bali. Saya ingin menghadirkan produk dari Luca Coorperation. Tapi sudah seminggu ini Luca tidak menjawab email saya. Saya ragu apakah ada hal yang terjadi dengan sahabat saya itu,” tanya Sir Louis.“Tidak…, tidak ada yang terjadi. Luca kuutus ke San Fransisco untuk menyelesaikan sesuatu proyek. Itu saja, nothing special. Mungkin dia sedang sibuk sehingga tidak sengaja mengabaikan Anda. Tapi tidak usah k
Aninda sudah sampai di lobby bawah hotel.“Mas Luca, Aninda sudah dibawah. Mas sudah siap atau Aninda ke atas menunggu?” sapa Aninda melalui ponselnya.“Mas turun aja, tunggu disana,” ucap Leo sambil mengikat dasinya.Melya membantu membetulkan dasi Wisnu yang masih tidak rapi karena terburu – buru.“Mas pergi kencan dulu ya,” ucap Wisnu kemudian memberikan ciuman ke bibir Melya dan perut Melya.“Mas balik malam ini?” tanya Melya penuh harap.“Entahlah, tidak usah menunggu. Mas tidak tahu apa yang akan Mas alami hari ini. Kamu tidur saja, besok kita sarapan bersama ,ok?” ucap Wisnu kemudian menghilang di balik pintu.Wisnu keluar dari lift dan langsung dipeluk oleh Aninda dengan erat.Wisnu masih kebingungan tapi kemudian terpana dengan kecantikan Aninda yang berdiri di depannya saat ini dengan pakaian seksi yang menonjolkan semua lekuk tubuhnya dan belahan terbu
“Dia? Dia siapa?” tanya Wisnu dengan polos.“Sarah dan Aninda…”“Uhh, Mas memilih tidak menjawab. Untuk saat ini masih kamu istriku. Itu saja. Yang lain nanti kuurus, diamlah, biarkan Mas tidur sebentar,” jawab Wisnu sambil memejamkan matanya yang memang sangat mengantuk.Sementara di tempat lain, Luca sedang mengadakan rapat dengan beberapa bawahannya untuk menganalisa semua langkah yang harus dilakukan dalam mendapatkan proyek di San Fransisco. Tidak akan mudah untuk menantang Alfredo Augusta yang sudah menguasai hampir 90% bisnis di San Fransisco.Alfredo tidak akan segan – segan menggunakan jasa kotor untuk menghabisi lawannya. Dengan menguasai adiknya Aninda Augusta, maka setidaknya 50 % saham perusahaan akan menjadi milik bersama, sehingga Luca dapat memperoleh peluang kerjasama bukan menjatuhkan Alfredo.Keinginan Luca adalah menjatuhkan Castello, sang ayah. Maka kerjasama dengan Alfredo adala
Kalau hanya seorang Sarah, Melya tidak takut untuk menghadapinya, tapi dia masih punya kepala untuk memikirkan hal yang membuat ia tidak berani menyentuh cucu Mafia Castello.Akhirnya Melya menyimpan kembali ponselnya dan membatalkan niatnya untuk mengancam Luca. Padahal tadi ia berniat mengancam supaya Luca menuruti dan tidur bersamanya malam ini. Ternyata ambisinya gagal. Melya hanya bisa menelan ludah.Sesampainya di dalam kamar, Luca membaringkan tubuhnya yang lelah. Kemudian ia mencoba untuk menghubungi Sarah kembali. Berharap panggilan sudah diterima dan bisa melakukan video call sejenak untuk melepas kerinduan.….“Halo,” terdengar suara Sarah yang merdu menyapanya. Betapa hati Luca menjadi sangat lega dan terhibur.“Hallo Sarah, bagaimana kabarmu? Saya mencoba menghubungi dari semenjak tiba di sini,” sapa Luca dengan semua perasaan rindunya.“Saya pergi berbelanja kebutuhan rumah dan lupa me
“Hmm,” jawab Melya dengan singkat tanda mengerti.Mobil dibawa sampai ke restaurant mewah di pertengahan San Fransisco yang indah. Luca keluar duluan disusul dengan Aninda.Luca mengandeng tangan Aninda sampai ke restaurant yang sudah dibooking sehingga hanya tinggal mereka sebagai pengujung eksklusif.Makan malam disajikan. Mereka sungguh menikmati makan malam yang lezat dengan mengabaikan keberadaan Melya yang berjarak dua meter dari posisi mereka.Selesai makan malam, Luca dan Aninda berdansa ringan sejenak. Mereka saling berpelukan dan bercengkrama. Sesekali Aninda tertawa ringan dan membisikkan sesuatu di telinga Luca.“Aninda menginginkanmu Luca,” bisiknya halus di telinga Luca saat Luca mengengamnya erat dalam dansanya.Musik yang halus seolah sudah diatur demikian oleh Luca sehingga menciptakan suasana penuh keromantisan.“Saya sudah mempunyai istri,” jawab Luca dengan sopan sambil tersenyum
"Semua perhiasan yang diberikan oleh Nyonya mendiang hilang, astaga ... bagaimana ini bisa terjadi?"“Dia menolak kalung pemberianku tadi, bukan dia… siapa yang mengikuti kita tadi ya?” tanya Pelayan tua kepada dirinya sendiri dengan bingung.s“Pelayan kecil, ada seorang pelayan kecil yang mengikuti kami tadi…” teriak Pelayan tua setelah mengingat – ingat.“Panggil dia sekarang juga !!!” teriak Castello kepada bawahannya yang dari tadi tidak berani masuk ke dalam kamar mereka.“Periksa CCTV,” lanjut Castello.Tak lama kemudian, pelayan bernama Heidi diseret pengawal Castello untuk berlutut di hadapan Pelayan tua dan Castello dengan lutut gemetaran.“Katakan apa yang sudah kamu lihat?” teriak Castello.“Saya tidak melihat apa – apa Tuan.”“Bukan saya yang mengambil Tuan, Tuan boleh memeriksa kamar saya,” jawab Heidi deng