"Jadi, apakah yang membuatmu memantapkan keinginanmu untuk pergi?" tanya Matteo dengan herannya.
"Saya merasa sudah saatnya saya mandiri. Saya ingin berusaha tidak selalu terikat dengan keluarga Matteo dan Michael yang sudah sangat memperlakukan Kami dengan baik. "
"Sungguh, saat ini, saya hanya berkeinginan untuk dapat mandiri. saya merasa bahwa sudah saatnya saya membuktikan kemampuan saya untuk membangun perusahaan sendiri. "
Matteo berhenti sejenak memikirkan sesuatu.
"Rencananya kamu ingin membangun perusahaan di negara mana?"
"Saya akan memulai di Perancis," Jawab Sarah dengan mantap.
Matteo menghela nafas panjang.
"Persaingan di sana sangat ketat. Apakah Sarah yakin tidak membutuhkan bantuan Matteo?"
Sarah menundukkan kepalanya.
"Maaf, Matteo tidak bermaksud merendahkan kemampuan Sarah."
Matteo terdiam sebentar kemudian baru melanjutkan.
"Tapi Matteo sendiri sudah pernah mencoba masuk ke sana d
Sarah menggenggam tangan kecil Deon untuk mulai beranjak ke gerbang tunggu keberangkatan.Dengan wajah sedihnya, Mina melambaikan tangan kepada Mina, putri kecil Matteo yang sedang berusaha menahan airmatanya sehingga tidak menetas.Setelah bayangan mereka tidak nampak lagi, Deon baru meneteskan airmatanya.Matteo meminta tissue kepada Michael untuk diberikan kepada Mina tapi kemudian ditolaknya."Dia bukan siapa-siapa. Aku tidak akan menangis, mataku hanya kemasukkan debu, Mina akan membersihkannya di toilet,” ucap Mina kecil sambil berlari ke arah toilet.Michael hendak mengejarnya namun di cegah Matteo, “Biarkan dia, dia tidak ingin dilihat oleh kita saat menangis.”“Iya, Michael juga sedih,” ucap Michael sambil menyeka airmatanya sendiri. "Dia, tidak pernah memberikan hatinya kepadaku."“Maafkan Matteo, ada kemungkinan Sarah pergi karena Michael selalu mengharapkan untuk memilikinya. Ada k
“Singkatnya, Wisnu memindahkan sejumlah dana dan proyek kita ke perusahaan barunya. Ada sebagian karyawan dari kita yang sudah dibajaknya dan ditempatkan di sana dengan gaji dua kali lipat.”“Wisnu bekerja sungguh cepat dan lihai. Dia hanya butuh 2 hari untuk belajar meniru tanda tanganmu, kemudian memalsukan sidik jarinya dengan jari palsu.”“Wajahnya sudah dioperasi plastik sedemikian rupa sehingga sangat menyerupaimu.”“Melya dan Andrew juga sudah kembali ke sisinya, karena Kakek membantu melacak mereka.”“Aku… , aku kurang berhasil dalam misi kali ini.”“Aku tidak tahu bagaimana menghubungimu dan juga bagaimana melawan Kakek.”“Para pengawal keluarga mafia Castello milikmu saat ini tunduk kepadanya karena mereka menganggap dia adalah kamu.”Luca mengernyitkan dahinya, kemudian bertanya,” Jadi apa yang sudah kamu lakukan?”
Segera setelah Luca masuk ke dalam apartemen, ia mengangkat ponsel menghubungi Briany, sang adik.“Briann,” panggil Luca melalui ponselnya.“Luca?” Jawab Briany dengan bingungnya karena ia sedang melihat dari dapur bahwa Luca sedang bermain dengan Andrew dan Melya dengan terbahak – bahak. Disampingnya Kakek dan dirinya sedang menonton acara televisi.Briany mengenal suara Luca dengan baik.“Dengarkan saya, ““Hmm…” Briany berusaha mendengar dengan baik karena rasa herannya dan juga penasaran yang dia rasakan semenjak Luca sadar dari operasinya, sikapnya berubah menjadi sangat baik. Sangat lain dengan Luca yang dia kenal.“Luca yang ada di sana adalah Wisnu yang dicari oleh Bram untuk menggantikanku sementara. Supaya saya bisa dengan leluasa mencari Sarah,” ucap Luca.“Ke apartemen saya di Gading Mas, Luca akan menceritakan semuanya,” lanjutnya.
Briany menutup pintu kamarnya, kemudian berbaring menatap ke langit – langit. Saat ia tiba di rumah, Kakek dan Wisnu sedang membahas sesuatu di ruang santai. Briany hanya tersenyum dan melewati mereka tanpa mengucapkan apapun.Pikirannya menerawang memikirkan bagaimana cara dia menjebak Luca gadungan itu untuk keluar bersamanya, sementara ia tidak begitu akrab dengan Wisnu sejak Wisnu sadar dari operasinya.Luca yang ditemuinya di apartemen tadi sore memang benar adalah abang kandungnya. Sikap dinginnya yang malah tidak menawarkan minuman apapun apalagi makan malam bersama membuat Briany sedikit kesal. Perut Briany tiba – tiba berbunyi.Merasa sedikit lapar, Briany yang sudah lelah menguatkan dirinya untuk berdiri dan bergerak ke dapur untuk mencari makanan yang ada.Briany pun memutuskan memasak mie instan karena gampang.“Lapar?” ucap Wisnu tiba – tiba membuat Briany terperanjat kemudian menjatuhkan sendoknya.
“George tidak mempunyai sosok seorang ayah. Dia hanya punya kamu sebagai pamannya,” lanjut Briany.“Tapi kamu ikut jugalah, bukankah kita ingin memperbaiki hubungan Abang dengan Adik?” tanya Wisnu.“Baiklah, minggu ini,” jawab Briany kemudian.“Asyik, baiklah saya tidur dulu. Silahkan menikmati makan malamnya. Ketemu di hari Minggu ya,” ucap Wisnu sambil bergerak meninggalkan dapur.Briany buru – buru menghabiskan makanannya, kemudian bergegas kembali ke kamar.Diambilnya ponselnya untuk menghubungi Luca.“Hmm,” Luca mengangkat ponselnya.“Hari Minggu di Amazone,” ujar Briany singkat.“Baiklah, usahakan tidak membawa pengawal,”“Ya”“Tidurlah,” ucap Luca langsung mematikan ponselnya.“Hufff…, bilang terimakasih atau selamat malam !!! “ Briany kesal dengan sikap ketus Luc
Briany menatap George yang masih mengendari mobil – mobilan di Amazone Park, wahana bermain untuk anak – anak. Briany terbengong menatap ke depan dengan mata kosong seakan sedang merenungi keadaan hidup, merasa kasihan karena George hidup tanpa kasih sayang seorang ayah. Suaminya mengalami kecelakaan jalan raya saat kandungan Briany berusia lima bulan. Akibat pertengkaran yang melibatkan Kakek juga. Suaminya yang bekerja sebagai seorang CEO di salah satu perusahaan Kakek terlibat dalam suatu proyek yang gagal dipertahankan olehnya, sehingga cek cok mulut pun tidak dapat dihindarikan. Kejadian yang begitu singkat, dimana suaminya mengendarai motor dengan kecepatan tinggi setelah merasa emosi yang tidak terkendalikan akibat selisihfahamnya dengan Kakek, sang mertua. Suaminya tertabrak dan meninggal di tempat tanpa sempat dilakukan pertolongan apapun. “Sudah lama menunggu?” tanya Wisnu membuyarkan lamunan Briany. “Ohhh, tidak eh,
“Sedang menunggu chat pacar?” tanya Wisnu sambil tersenyum setelah menyadari Briany yang bolak balik melihat ponselnya.“Tidak, hanya melihat jam,” jawab Briany dengan gelisah.Ting… pesan masuk dari Luca.“Suruh dia ke toilet pria” tertera pesan singkat yang dijawab dengan smile jempol oleh Briany.“Geroge kok lama ya? Bolehkan kamu membantu saya melihatnya sebentar? Itu toilet pria,” ucap Briany dengan tersenyum malu – malu.“Tentu saja, tunggu kami ya.., jangan kemana – mana, nanti cewek secantik kamu diculik orang lho,” ujar Wisnu mengedipkan sebelah matanya sambil tersenyum.Ia pun bergerak ke toilet pria untuk mencari Michael, tanpa ia sadari. Pengawal Luca sudah menunggu dengan obat bius yang sudah ditumpahkan ke handuk kecil.Wisnu disekap dengan handuk sampai ia pingsan. Dengan segera ia ditempatkan ke kursi roda yang sudah disediakan.
Bram memperlihatkan rekaman video dari ponselnya, kedua mata Wisnu melotot dengan besar melihat adik perempuannya yang sudah menginjak dewasa itu dalam kondisi terikat, mulutnya tersumpal kain. Pakaiannya sudah sebagian terkoyak. Gadis itu meringkuk di sudut ruangan dengan ketakutan.“Kami akan bermain bagus bila Anda bermain dengan bagus juga,” ucap Bram.Dengan sedih dan lesu, Wisnu menandatangani semua dokumen yang diberikan juga memberikan stempel jari bukti sahnya.“Jadilah anjing yang pintar, maka semua baik – baik saja.”“Jangan sakiti adikku,” Wisnu memohon belas kasihan Luca.“Hmmm, saya harus melihat seberapa patuh dirimu,” jawab Luca.“Lepaskan dia setelah satu minggu, beri makan dan minum hanya sekali saja karena begitulah anjing diperlakukan” lanjut Luca.“Tapi, apakah tidak sebaiknya dibunuh saja?” tanya Bram agak ragu.“Tidak, Say