Briany menatap George yang masih mengendari mobil – mobilan di Amazone Park, wahana bermain untuk anak – anak.
Briany terbengong menatap ke depan dengan mata kosong seakan sedang merenungi keadaan hidup, merasa kasihan karena George hidup tanpa kasih sayang seorang ayah.
Suaminya mengalami kecelakaan jalan raya saat kandungan Briany berusia lima bulan.
Akibat pertengkaran yang melibatkan Kakek juga. Suaminya yang bekerja sebagai seorang CEO di salah satu perusahaan Kakek terlibat dalam suatu proyek yang gagal dipertahankan olehnya, sehingga cek cok mulut pun tidak dapat dihindarikan.
Kejadian yang begitu singkat, dimana suaminya mengendarai motor dengan kecepatan tinggi setelah merasa emosi yang tidak terkendalikan akibat selisihfahamnya dengan Kakek, sang mertua.
Suaminya tertabrak dan meninggal di tempat tanpa sempat dilakukan pertolongan apapun.
“Sudah lama menunggu?” tanya Wisnu membuyarkan lamunan Briany.
“Ohhh, tidak eh,
“Sedang menunggu chat pacar?” tanya Wisnu sambil tersenyum setelah menyadari Briany yang bolak balik melihat ponselnya.“Tidak, hanya melihat jam,” jawab Briany dengan gelisah.Ting… pesan masuk dari Luca.“Suruh dia ke toilet pria” tertera pesan singkat yang dijawab dengan smile jempol oleh Briany.“Geroge kok lama ya? Bolehkan kamu membantu saya melihatnya sebentar? Itu toilet pria,” ucap Briany dengan tersenyum malu – malu.“Tentu saja, tunggu kami ya.., jangan kemana – mana, nanti cewek secantik kamu diculik orang lho,” ujar Wisnu mengedipkan sebelah matanya sambil tersenyum.Ia pun bergerak ke toilet pria untuk mencari Michael, tanpa ia sadari. Pengawal Luca sudah menunggu dengan obat bius yang sudah ditumpahkan ke handuk kecil.Wisnu disekap dengan handuk sampai ia pingsan. Dengan segera ia ditempatkan ke kursi roda yang sudah disediakan.
Bram memperlihatkan rekaman video dari ponselnya, kedua mata Wisnu melotot dengan besar melihat adik perempuannya yang sudah menginjak dewasa itu dalam kondisi terikat, mulutnya tersumpal kain. Pakaiannya sudah sebagian terkoyak. Gadis itu meringkuk di sudut ruangan dengan ketakutan.“Kami akan bermain bagus bila Anda bermain dengan bagus juga,” ucap Bram.Dengan sedih dan lesu, Wisnu menandatangani semua dokumen yang diberikan juga memberikan stempel jari bukti sahnya.“Jadilah anjing yang pintar, maka semua baik – baik saja.”“Jangan sakiti adikku,” Wisnu memohon belas kasihan Luca.“Hmmm, saya harus melihat seberapa patuh dirimu,” jawab Luca.“Lepaskan dia setelah satu minggu, beri makan dan minum hanya sekali saja karena begitulah anjing diperlakukan” lanjut Luca.“Tapi, apakah tidak sebaiknya dibunuh saja?” tanya Bram agak ragu.“Tidak, Say
Melya yang kebingungan kembali memakai bathrobenya dengan patuh.“Kamu kenapa sih, kok galak sekali?” ucap Melya dengan merengut.“Ennnggg… Saya sedang sakit kepala memikirkan proyek..”“Kamu…, kamu tidur dengan Andrew saja hari ini. Saya butuh istirahat !! “ lanjut Luca sambil tetap memalingkan wajahnya tidak berniat melihat Melya sama sekali.“Tapi kamu sudah janji tadi,” jawab Melya dengan raut kecewa.“Dasar binatang si Wisnu, Dia menodai kehormatanku dengan tidur bersama jalang ini,” geram Luca dalam hatinya.“Iy-Iya.., tapi saat ini Saya sedang tidak mampu, pergilah… pergilah terlebih dahulu,” lanjut Luca dengan kikuk.“Tapi-”“Tidak ada tapi–tapi. PERGI !!!” teriak Luca dengan marah dan memalingkan wajahnya melihat Melya dengan marah.Melya pun ketakutan karena wajah yang dilihatnya bukan waja
Luca tidak menyahut, melainkan terus melangkah pergi kemudian masuk ke dalam mobil.Kakek membanting peralatan makannya,” Ada apa lagi dengan anak itu !!!” Kakek melihat ke arah Melya bergantian dengan Andrew yang gemetaran.Mereka hanya terdiam karena memang tidak tahu kenapa perubahan Luca menjadi begitu dingin. Kakek lalu menghubungi seseorang melalu ponselnya.“Selidiki Luca bertemu siapa semalam,” ucap Kakek di ponselnya kemudian ia bangkit berdiri,“Kakek tidak mau sarapan lagi?” tanya Melya yang sudah mengoleskan srikaya ke roti.“Tidak, hilang seleraku, Kakek berangkat ke kantor dulu!”Kakek tidak menoleh lagi, hanya buru – buru masuk ke dalam mobilnya.Luca bekerja dengan keras sepanjang hari ini, Memberesi pekerjaan yang ditinggalkan Wisnu.Dia tidak sarapan tadi pagi bahkan melewatkan waktu makan siangnya. Tak terasa waktu sudah menunjukkan pukul lima sore.
“Apa niatnya?”“Tidak ada niatnya, hanya penasaran karena wanita itu cantik sekali.”“Ya, dia memang cantik. Kita ke Korea Selatan sekarang.”“Baik…”“Singkirkan dia langsung bila dia mempunyai niat,” ujar Luca ketus sambil melangkah.“Iya-Iya, basmi saja semua pria yang menikmati kecantikan Sarah,” gumamnya dengan kesal.Tanpa menyiapkan koper atau apapun, mereka langsung menuju bandara, naik pesawat pribadi. Ke Korea.***Sarah menatap layar monitornya dengan wajah aneh, dibukanya email yang dikirim Luca kepadanya.Luca meminta waktu untuk bertemu, untuk membicarakan tentang acara fashion Show yang akan diselenggarakan olehnya di Perancis.Sarah menghubungi asistennya, “Erika, perusahaan yang ingin bekerjasama dengan PIC sebelum kita menang proyek itu siapa saja?”“Sebentar Bu,…”Erik
“Apakah kamu akan patuh?” tanya Bram kepada Wisnu melalui sambungan jarak jauh.“Ya. Tuan,” jawab Wisnu dengan patuh.“Apa tugasmu?” tanya Bram memancing.“Menggantikan Tuan Luca dalam acara makan malam di Perancis. Tidak membahas dan menyetujui apapun.”“Pastikan chip yang berada di kantongmu dapat bekerja dengan baik. Saya tidak mau ada kesalahan sama sekali.”“Baik Tuan”“Sudah tahu resiko apa yang akan kamu ambil bila kali ini masih juga berani membangkang,” ucap Bram.“Ya, saya tidak akan membangkang lagi. Jangan sentuh adikku.”“Pengawal akan ditempatkan di sisimu 24 jam,” ucap Bram.“Apakah Adikku akan dilepaskan setelah acara di Perancis selesai?” tanya Wisnu dengan takut.“Tidak, adikmu hanya akan dilepas saat Luca sudah tidak memerlukanmu. Kamu akan diantarkan pengawal kesan
“Ayo berangkat, Kita tidak ingin terlambat. Waktu perjalanan hampir satu jam,” kata Sarah. Mereka pun masuk ke dalam mobil yang sudah disediakan untuk menjemput. Wisnu juga sedang bersiap untuk berangkat, ia merapikan dasi dan kemeja, tidak lupa ia mengaitkan kamera kecil di kantong jasnya sesuai perintah dari Bram untuk selalu membawanya. Kemudian meletakkan alat bantu di telinganya untuk dapat mendengar arahan Luca atau Bram untuk hal yang perlu dilakukannya ataupun di jawabnya. Sesekali ia melirik ke pengawal yang berdiri di sampingnya, kemudian menggerutu dengan kesal. “Saya mau ke kamar mandi,” ucapnya sambil menuju ke toilet pria, pengawal berbadan besar itu tetap mengikutinya sampai masuk ke dalam kamar mandi. “Seperti tawanan saja, kalian bahkan melihatku mandi dan buang air besar,” ujar Wisnu dengan kesal sambil menuntaskan hajatnya. “Kami tidak tertarik kepada barangmu, hanya tertarik pada keselamatan kita masing
“Tanyakan apakah keputusannya masih bisa dirubah dengan cara dan syarat yang dia kehendaki,” seru Luca yang kemudian diteruskan Bram kepada Wisnu melalui earphone yang terpasang di telinga Wisnu.Wisnu pun mengatakan sesuai arahan.“Ohh, mohon maaf sekali lagi, Sungguh saya sangat berharap dapat bekerjasama dengan Anda kembali, akan tetapi saya juga sudah telanjur menandatangani kontrak kerjasama dengan Miss Aurel. Ohh iya… mari kuperkenalkan Anda dengan Miss Aurel kita yang cantik,” ucap PIC sambil menggandeng Wisnu menuju ke dalam pesta sambil mencari keberadaan Miss Aurel.Bram menegakkan posisi duduknya karena sangat penasaran dengan kecantikkan Miss Aurel yang digaung–gaungkan. Bram menfokuskan kedua matanya melihat ke kamera yang terpasang di kantong Wisnu.Luca yang melihat tingkah Bram hanya menggeleng–gelengkan kepalanya sedikit.Berhubung karena kameranya kecil dan kondisi Wisnu sedang berj