Briany menutup pintu kamarnya, kemudian berbaring menatap ke langit – langit. Saat ia tiba di rumah, Kakek dan Wisnu sedang membahas sesuatu di ruang santai. Briany hanya tersenyum dan melewati mereka tanpa mengucapkan apapun.
Pikirannya menerawang memikirkan bagaimana cara dia menjebak Luca gadungan itu untuk keluar bersamanya, sementara ia tidak begitu akrab dengan Wisnu sejak Wisnu sadar dari operasinya.
Luca yang ditemuinya di apartemen tadi sore memang benar adalah abang kandungnya. Sikap dinginnya yang malah tidak menawarkan minuman apapun apalagi makan malam bersama membuat Briany sedikit kesal. Perut Briany tiba – tiba berbunyi.
Merasa sedikit lapar, Briany yang sudah lelah menguatkan dirinya untuk berdiri dan bergerak ke dapur untuk mencari makanan yang ada.
Briany pun memutuskan memasak mie instan karena gampang.
“Lapar?” ucap Wisnu tiba – tiba membuat Briany terperanjat kemudian menjatuhkan sendoknya.
“George tidak mempunyai sosok seorang ayah. Dia hanya punya kamu sebagai pamannya,” lanjut Briany.“Tapi kamu ikut jugalah, bukankah kita ingin memperbaiki hubungan Abang dengan Adik?” tanya Wisnu.“Baiklah, minggu ini,” jawab Briany kemudian.“Asyik, baiklah saya tidur dulu. Silahkan menikmati makan malamnya. Ketemu di hari Minggu ya,” ucap Wisnu sambil bergerak meninggalkan dapur.Briany buru – buru menghabiskan makanannya, kemudian bergegas kembali ke kamar.Diambilnya ponselnya untuk menghubungi Luca.“Hmm,” Luca mengangkat ponselnya.“Hari Minggu di Amazone,” ujar Briany singkat.“Baiklah, usahakan tidak membawa pengawal,”“Ya”“Tidurlah,” ucap Luca langsung mematikan ponselnya.“Hufff…, bilang terimakasih atau selamat malam !!! “ Briany kesal dengan sikap ketus Luc
Briany menatap George yang masih mengendari mobil – mobilan di Amazone Park, wahana bermain untuk anak – anak. Briany terbengong menatap ke depan dengan mata kosong seakan sedang merenungi keadaan hidup, merasa kasihan karena George hidup tanpa kasih sayang seorang ayah. Suaminya mengalami kecelakaan jalan raya saat kandungan Briany berusia lima bulan. Akibat pertengkaran yang melibatkan Kakek juga. Suaminya yang bekerja sebagai seorang CEO di salah satu perusahaan Kakek terlibat dalam suatu proyek yang gagal dipertahankan olehnya, sehingga cek cok mulut pun tidak dapat dihindarikan. Kejadian yang begitu singkat, dimana suaminya mengendarai motor dengan kecepatan tinggi setelah merasa emosi yang tidak terkendalikan akibat selisihfahamnya dengan Kakek, sang mertua. Suaminya tertabrak dan meninggal di tempat tanpa sempat dilakukan pertolongan apapun. “Sudah lama menunggu?” tanya Wisnu membuyarkan lamunan Briany. “Ohhh, tidak eh,
“Sedang menunggu chat pacar?” tanya Wisnu sambil tersenyum setelah menyadari Briany yang bolak balik melihat ponselnya.“Tidak, hanya melihat jam,” jawab Briany dengan gelisah.Ting… pesan masuk dari Luca.“Suruh dia ke toilet pria” tertera pesan singkat yang dijawab dengan smile jempol oleh Briany.“Geroge kok lama ya? Bolehkan kamu membantu saya melihatnya sebentar? Itu toilet pria,” ucap Briany dengan tersenyum malu – malu.“Tentu saja, tunggu kami ya.., jangan kemana – mana, nanti cewek secantik kamu diculik orang lho,” ujar Wisnu mengedipkan sebelah matanya sambil tersenyum.Ia pun bergerak ke toilet pria untuk mencari Michael, tanpa ia sadari. Pengawal Luca sudah menunggu dengan obat bius yang sudah ditumpahkan ke handuk kecil.Wisnu disekap dengan handuk sampai ia pingsan. Dengan segera ia ditempatkan ke kursi roda yang sudah disediakan.
Bram memperlihatkan rekaman video dari ponselnya, kedua mata Wisnu melotot dengan besar melihat adik perempuannya yang sudah menginjak dewasa itu dalam kondisi terikat, mulutnya tersumpal kain. Pakaiannya sudah sebagian terkoyak. Gadis itu meringkuk di sudut ruangan dengan ketakutan.“Kami akan bermain bagus bila Anda bermain dengan bagus juga,” ucap Bram.Dengan sedih dan lesu, Wisnu menandatangani semua dokumen yang diberikan juga memberikan stempel jari bukti sahnya.“Jadilah anjing yang pintar, maka semua baik – baik saja.”“Jangan sakiti adikku,” Wisnu memohon belas kasihan Luca.“Hmmm, saya harus melihat seberapa patuh dirimu,” jawab Luca.“Lepaskan dia setelah satu minggu, beri makan dan minum hanya sekali saja karena begitulah anjing diperlakukan” lanjut Luca.“Tapi, apakah tidak sebaiknya dibunuh saja?” tanya Bram agak ragu.“Tidak, Say
Melya yang kebingungan kembali memakai bathrobenya dengan patuh.“Kamu kenapa sih, kok galak sekali?” ucap Melya dengan merengut.“Ennnggg… Saya sedang sakit kepala memikirkan proyek..”“Kamu…, kamu tidur dengan Andrew saja hari ini. Saya butuh istirahat !! “ lanjut Luca sambil tetap memalingkan wajahnya tidak berniat melihat Melya sama sekali.“Tapi kamu sudah janji tadi,” jawab Melya dengan raut kecewa.“Dasar binatang si Wisnu, Dia menodai kehormatanku dengan tidur bersama jalang ini,” geram Luca dalam hatinya.“Iy-Iya.., tapi saat ini Saya sedang tidak mampu, pergilah… pergilah terlebih dahulu,” lanjut Luca dengan kikuk.“Tapi-”“Tidak ada tapi–tapi. PERGI !!!” teriak Luca dengan marah dan memalingkan wajahnya melihat Melya dengan marah.Melya pun ketakutan karena wajah yang dilihatnya bukan waja
Luca tidak menyahut, melainkan terus melangkah pergi kemudian masuk ke dalam mobil.Kakek membanting peralatan makannya,” Ada apa lagi dengan anak itu !!!” Kakek melihat ke arah Melya bergantian dengan Andrew yang gemetaran.Mereka hanya terdiam karena memang tidak tahu kenapa perubahan Luca menjadi begitu dingin. Kakek lalu menghubungi seseorang melalu ponselnya.“Selidiki Luca bertemu siapa semalam,” ucap Kakek di ponselnya kemudian ia bangkit berdiri,“Kakek tidak mau sarapan lagi?” tanya Melya yang sudah mengoleskan srikaya ke roti.“Tidak, hilang seleraku, Kakek berangkat ke kantor dulu!”Kakek tidak menoleh lagi, hanya buru – buru masuk ke dalam mobilnya.Luca bekerja dengan keras sepanjang hari ini, Memberesi pekerjaan yang ditinggalkan Wisnu.Dia tidak sarapan tadi pagi bahkan melewatkan waktu makan siangnya. Tak terasa waktu sudah menunjukkan pukul lima sore.
“Apa niatnya?”“Tidak ada niatnya, hanya penasaran karena wanita itu cantik sekali.”“Ya, dia memang cantik. Kita ke Korea Selatan sekarang.”“Baik…”“Singkirkan dia langsung bila dia mempunyai niat,” ujar Luca ketus sambil melangkah.“Iya-Iya, basmi saja semua pria yang menikmati kecantikan Sarah,” gumamnya dengan kesal.Tanpa menyiapkan koper atau apapun, mereka langsung menuju bandara, naik pesawat pribadi. Ke Korea.***Sarah menatap layar monitornya dengan wajah aneh, dibukanya email yang dikirim Luca kepadanya.Luca meminta waktu untuk bertemu, untuk membicarakan tentang acara fashion Show yang akan diselenggarakan olehnya di Perancis.Sarah menghubungi asistennya, “Erika, perusahaan yang ingin bekerjasama dengan PIC sebelum kita menang proyek itu siapa saja?”“Sebentar Bu,…”Erik
“Apakah kamu akan patuh?” tanya Bram kepada Wisnu melalui sambungan jarak jauh.“Ya. Tuan,” jawab Wisnu dengan patuh.“Apa tugasmu?” tanya Bram memancing.“Menggantikan Tuan Luca dalam acara makan malam di Perancis. Tidak membahas dan menyetujui apapun.”“Pastikan chip yang berada di kantongmu dapat bekerja dengan baik. Saya tidak mau ada kesalahan sama sekali.”“Baik Tuan”“Sudah tahu resiko apa yang akan kamu ambil bila kali ini masih juga berani membangkang,” ucap Bram.“Ya, saya tidak akan membangkang lagi. Jangan sentuh adikku.”“Pengawal akan ditempatkan di sisimu 24 jam,” ucap Bram.“Apakah Adikku akan dilepaskan setelah acara di Perancis selesai?” tanya Wisnu dengan takut.“Tidak, adikmu hanya akan dilepas saat Luca sudah tidak memerlukanmu. Kamu akan diantarkan pengawal kesan
Taman yang indah, hijau dan luas tempat pernikahan Luca dan Sarah akan dilaksanakan.“Bunga ini seharusnya diletakkan disana,” ucap Bunga menunjuk ke arah panggung. Pemain musik dan penyanyi sudah disiapkan dan sedang mengalunkan beberapa lagu mellow .Acara akan dilakukan dengan mewah tanpa kehadiran pemuka agama. Karena Castello pasti tidak bersedia hadir untuk merestui pernikahan mereka. Castello masih menentang dengan keras pernikahan Luca. Castello masih merasa terganggu dengan masa lalunya terhadap Kanya. Cinta pertama yang tidak dapat dimilikinya.“Meja untuk menandatangani Akte pernikahan sudah dihias dengan indah,” ucap Bunga kepada Bob.“Baik, terimakasih, Sayang,” jawab Bob sambil memberikan kecupan kecil di kening Bunga kemudian ia beralih sibuk mengurus hal yang lain.Segala jenis makanan yang menggugah selera sudah disusun rapi disepanjang taman.“Bikin lapar,” gumam Bunga sambil
Tidak ada yang tahu bahwa Luca pulang untuk menyelesaikan semuanya. Dia berada di rumah saat ini dan Sarah berada dalam pelukannya“Luca,” sapa Sarah dengan suara kecil.“Hmm…” Terlihat Luca sudah mulai mengantuk. Sarah terdiam tidak ingin melanjutkan pertanyaan yang ingin diutarakannya. Melihat Luca yang sudah pasti lelah bekerja sepanjang harinya.Tapi Sarah tidak dapat terlelap sama sekali walau sudah membalikkan tubuhnya beberapa kali untuk mendapatkan posisi nyaman.Akhirnya Sarah bergerak menuju ke dapur untuk mencari makanan yang bisa menahan rasa laparnya.Luca yang memang sudah tertidur tapi merasa pergerakkan tidak nyaman sang istri akhirnya dengan malas berdiri untuk menyusul istrinya karena khawatir. Memikirkan istrinya sedang hamil tua.Luca menatap Sarah dari jauh. “Malam – malam cari makanan, jangan bilang itu bawaan Rahim,” celutuk Luca ringan.“Mas…&r
“Akan kuhabiskan istrinya kalau dia tidak menepati janjinya untuk melamar dan menikah denganku,” gumam Aninda dalam hati.Wisnu tidak mengerti sedang berhadapan dengan adik mafia yang kejam. Alfredo terkenal dengan kekejamannya dan Aninda terkenal dengan sifat egoisnya. Tidak ada yang tidak bisa dia miliki.Kesabarannnya menunggu Luca sudah cukup lama. Ini adalah saat yang tepat untuk memiliki Luca seutuhnya, Aninda membathin hingga terlelap.Mereka tertidur dengan posisi saling memalingkan tubuhnya secara berlawanan seperti sepasang suami istri yang sedang bertengkar.Drttt. Drt… pagi sekali ponsel Wisnu sudah berbunyi panggilan dari Luca yang membangunkannya. Wisnu meraih ponselnya dengan malas sambil diliriknya Aninda yang masih terlelap disampingnya.“Ya,…” sapa Wisnu sambil menguap.“Apakah dia sudah menandatangani kontrak?” tanya Luca.“Belum,” jawab Wisnu singkat.
“Lapor Tuan, Sir Louis meminta izin bertemu,” sapa seorang asisten Castello dengan sopan.Sir Louise adalah seorang pebisnis di bagian fashion yang sudah memiliki nama di dunia.“Iya, persilahkan masuk saja.”Tak lama kemudian Sir Louis masuk ke dalam ruangan kerja Castello.“Apa kabar, Sir Louis?” sapa Castello kemudian mereka saling berpelukan dengan ramah.“Mohon maaf sebelumnya atas kelancangan saya. Kedatangan saya ke Indonesia adalah karena saya ingin mengadakan event di Bali. Saya ingin menghadirkan produk dari Luca Coorperation. Tapi sudah seminggu ini Luca tidak menjawab email saya. Saya ragu apakah ada hal yang terjadi dengan sahabat saya itu,” tanya Sir Louis.“Tidak…, tidak ada yang terjadi. Luca kuutus ke San Fransisco untuk menyelesaikan sesuatu proyek. Itu saja, nothing special. Mungkin dia sedang sibuk sehingga tidak sengaja mengabaikan Anda. Tapi tidak usah k
Aninda sudah sampai di lobby bawah hotel.“Mas Luca, Aninda sudah dibawah. Mas sudah siap atau Aninda ke atas menunggu?” sapa Aninda melalui ponselnya.“Mas turun aja, tunggu disana,” ucap Leo sambil mengikat dasinya.Melya membantu membetulkan dasi Wisnu yang masih tidak rapi karena terburu – buru.“Mas pergi kencan dulu ya,” ucap Wisnu kemudian memberikan ciuman ke bibir Melya dan perut Melya.“Mas balik malam ini?” tanya Melya penuh harap.“Entahlah, tidak usah menunggu. Mas tidak tahu apa yang akan Mas alami hari ini. Kamu tidur saja, besok kita sarapan bersama ,ok?” ucap Wisnu kemudian menghilang di balik pintu.Wisnu keluar dari lift dan langsung dipeluk oleh Aninda dengan erat.Wisnu masih kebingungan tapi kemudian terpana dengan kecantikan Aninda yang berdiri di depannya saat ini dengan pakaian seksi yang menonjolkan semua lekuk tubuhnya dan belahan terbu
“Dia? Dia siapa?” tanya Wisnu dengan polos.“Sarah dan Aninda…”“Uhh, Mas memilih tidak menjawab. Untuk saat ini masih kamu istriku. Itu saja. Yang lain nanti kuurus, diamlah, biarkan Mas tidur sebentar,” jawab Wisnu sambil memejamkan matanya yang memang sangat mengantuk.Sementara di tempat lain, Luca sedang mengadakan rapat dengan beberapa bawahannya untuk menganalisa semua langkah yang harus dilakukan dalam mendapatkan proyek di San Fransisco. Tidak akan mudah untuk menantang Alfredo Augusta yang sudah menguasai hampir 90% bisnis di San Fransisco.Alfredo tidak akan segan – segan menggunakan jasa kotor untuk menghabisi lawannya. Dengan menguasai adiknya Aninda Augusta, maka setidaknya 50 % saham perusahaan akan menjadi milik bersama, sehingga Luca dapat memperoleh peluang kerjasama bukan menjatuhkan Alfredo.Keinginan Luca adalah menjatuhkan Castello, sang ayah. Maka kerjasama dengan Alfredo adala
Kalau hanya seorang Sarah, Melya tidak takut untuk menghadapinya, tapi dia masih punya kepala untuk memikirkan hal yang membuat ia tidak berani menyentuh cucu Mafia Castello.Akhirnya Melya menyimpan kembali ponselnya dan membatalkan niatnya untuk mengancam Luca. Padahal tadi ia berniat mengancam supaya Luca menuruti dan tidur bersamanya malam ini. Ternyata ambisinya gagal. Melya hanya bisa menelan ludah.Sesampainya di dalam kamar, Luca membaringkan tubuhnya yang lelah. Kemudian ia mencoba untuk menghubungi Sarah kembali. Berharap panggilan sudah diterima dan bisa melakukan video call sejenak untuk melepas kerinduan.….“Halo,” terdengar suara Sarah yang merdu menyapanya. Betapa hati Luca menjadi sangat lega dan terhibur.“Hallo Sarah, bagaimana kabarmu? Saya mencoba menghubungi dari semenjak tiba di sini,” sapa Luca dengan semua perasaan rindunya.“Saya pergi berbelanja kebutuhan rumah dan lupa me
“Hmm,” jawab Melya dengan singkat tanda mengerti.Mobil dibawa sampai ke restaurant mewah di pertengahan San Fransisco yang indah. Luca keluar duluan disusul dengan Aninda.Luca mengandeng tangan Aninda sampai ke restaurant yang sudah dibooking sehingga hanya tinggal mereka sebagai pengujung eksklusif.Makan malam disajikan. Mereka sungguh menikmati makan malam yang lezat dengan mengabaikan keberadaan Melya yang berjarak dua meter dari posisi mereka.Selesai makan malam, Luca dan Aninda berdansa ringan sejenak. Mereka saling berpelukan dan bercengkrama. Sesekali Aninda tertawa ringan dan membisikkan sesuatu di telinga Luca.“Aninda menginginkanmu Luca,” bisiknya halus di telinga Luca saat Luca mengengamnya erat dalam dansanya.Musik yang halus seolah sudah diatur demikian oleh Luca sehingga menciptakan suasana penuh keromantisan.“Saya sudah mempunyai istri,” jawab Luca dengan sopan sambil tersenyum
"Semua perhiasan yang diberikan oleh Nyonya mendiang hilang, astaga ... bagaimana ini bisa terjadi?"“Dia menolak kalung pemberianku tadi, bukan dia… siapa yang mengikuti kita tadi ya?” tanya Pelayan tua kepada dirinya sendiri dengan bingung.s“Pelayan kecil, ada seorang pelayan kecil yang mengikuti kami tadi…” teriak Pelayan tua setelah mengingat – ingat.“Panggil dia sekarang juga !!!” teriak Castello kepada bawahannya yang dari tadi tidak berani masuk ke dalam kamar mereka.“Periksa CCTV,” lanjut Castello.Tak lama kemudian, pelayan bernama Heidi diseret pengawal Castello untuk berlutut di hadapan Pelayan tua dan Castello dengan lutut gemetaran.“Katakan apa yang sudah kamu lihat?” teriak Castello.“Saya tidak melihat apa – apa Tuan.”“Bukan saya yang mengambil Tuan, Tuan boleh memeriksa kamar saya,” jawab Heidi deng