Home / Romansa / Istri Dadakan si Dosen Tampan / Chapter 71 - Chapter 80

All Chapters of Istri Dadakan si Dosen Tampan: Chapter 71 - Chapter 80

140 Chapters

Part 71 - Sakit Menahan Rindu?

Setelah Bina dan Elizha berangkat ke sekolah, Ayah menghampiriku di ruang tengah sambil membawa keripik pisang untukku. “Masih suka keripik pisang pedas, gak?” tanyanya. Aku mengangguk dengan wajah berbinar. “Suka. Ayah beli di mana?”“Mama kamu yang bikin,” jawabnya yang sukses membuat dahiku berkerut.Mama ‘kan sudah meninggal?“Mama?”Ayah menghela napas. “Tante Maya. Dia selalu berharap kamu juga bisa memanggilnya Mama, seperti Bina dan Elizha.”Aku tak merespons ucapan Ayah. Dia juga tak mendesak pun tidak memaksa. Malah membebaskan aku memanggil sesuka hati saja. “Kapan kamu rencana pulang ke Jakarta?” tanya Ayah.Aku menoleh menatapnya nanar. “Ayah ngusir Asha?”Sesaat kemudian, Ayah meletakkan jari telunjuk tepat di tengah dahiku lalu mendorong sedikit. “Bukan ngusir, Nak.”“Hanya saja, kasihan Nak Ezar kalau harus bolak balik terus Jakarta Makassar. Kalian juga masih pengan
last updateLast Updated : 2023-11-26
Read more

Part 72 - Berbaikan

Seketika aku terperanjat saat Mas Ezar menggoyangkan tangan ini.Aku menunduk menatapnya yang juga tengah menatapku dengan tatapan memohon di hospital bad-nya. “Kenapa bengong? Udah dimaafin belum?” Mas Ezar mengulang pertanyaannya sambil menaikkan satu alis. Bisa kulihat, tatapannya penuh pengharapan. Hingga sebuah helaan napas kuberikan sebagai respons, lalu mengalihkan pandangan ke arah lain.“Kenapa aku harus memaafkanmu?” tanyaku.“Karena kamu bagaikan manajemen yang efisien dalam hidupku, selalu membuat setiap tantangan terlihat seperti peluang dan setiap masalah seperti proyek yang dapat diselesaikan bersama.”“Asha Sayang, kamu tau gak? Kalau ibarat skripsi, cintaku ke kamu tuh menggunakan metode penelitian kuantitatif, hasilnya pasti.”‘Bisa aja ini cowok bikin meleleh,’ jerit batinku.Senyum ini terkulum mendengar ungkapan-ungkapannya yang bahkan lebih manis dari janji mantan. Percaya atau
last updateLast Updated : 2023-11-27
Read more

Part 73 - Membantai Pelakor

‘Kenapa dia ada di sini?’‘Siapa yang beritahu kalau Mas Ezar masuk ke rumah sakit?’Aku masih membisu, sedangkan ia menatapku nyalang dari atas ke bawah. "Ezar mana? Gue mau liat keadaan dia.” Manda sedikit menggeser tubuh ini, tetapi aku juga tak mau kalah mendorongnya agar menjauh dari pintu. “Mas Ezar gak bisa diganggu, Mbak. Dia sedang istirahat,” ucapku berusaha sopan dan ramah padanya. Padahal, ingin sekali aku mengumpat dan memakinya yang terang-terangan masih berani mendatangi suami orang. Ah, singkatnya ... dia wanita tak tahu malu.Bukankah, pernyataan Mas Ezar di instagram sudah cukup menjawab kalau kami sudah menikah? Lalu, mengapa masih juga dia mengejar? Apa dia memang berniat menjadi pelakor? “Heh, gak usah sok berkuasa lu, Jalang!” bentaknya.Tangan ini mengepal keras mendengarnya menyebutku ‘jalang’. Gigiku ber-gemeletuk bersama hawa panas yang menyeruak seakan
last updateLast Updated : 2023-11-27
Read more

Part 74 - Wejangan Mertua dan Kakak Ipar

Hadeuh! Ini cewek sebenarnya maunya apa sih? Lama-lama, bikin darting alias darah tinggi. “Gue gak peduli, Manda! Intinya gue udah bilang ke lu kalau gue udah gak cinta lu semenjak kita putus pertama kali. Selama ini gue balik ke lu karena terpaksa,” ujar Mas Ezar. “Sekarang gue gak peduli, lu mau bunuh diri atau selingkuh sama laki-laki manapun? Ke hotel bareng, ketemu di villa berdua bareng. Gue gak peduli, Manda! Gue minta ke lu berhenti ngusik hidup gue!”Paling tidak, aku melihat mata Manda kembali berkaca-kaca.“Lu gak usah nangis. Gue gak bakal iba.”‘Njir, suami gue omongannya pedas banget. Gue jadi keingat waktu gue nangis gara-gara skripsi.’Tak berselang lama, Freya datang dan terlihat kebingungan melihat kami dalam suasana yang menegangkan. Dia menatap tak suka pada Manda, lalu beralih menoleh ke arahku seolah bertanya, ‘ada apa?’. “Dek, boleh pinjam hape kamu, gak?” tanyaku pada Freya. Freya melongo, tetapi juga mengangguk. Aku tahu hati kecilnya pasti bertanya-tanya
last updateLast Updated : 2023-11-27
Read more

Part 75 - Gunung Eksklusif?

“Selamat datang kembali ke rumah kita, Sayang,” bisik Mas Ezar begitu kami sudah berada di dalam rumah.Tangannya sedari turun dari mobil tadi tak lepas memegang erat-erat tanganku.Padahal bukan balon yang mesti dipegang erat-erat. Walaupun, sesekali aku menegur lewat bisikan cinta dan mencubit pinggangnya karena malu dilihat Ayah. Namun, dia tetap saja tak mengindahkan teguranku. “Ayah, istirahat dulu aja di kamar, ya. Pasti capek datang dari Makassar kemarin malah langsung ke rumah sakit,” ujar Mas Ezar pada Ayah. Ayah memang dari kemarin bersama kami di rumah sakit, walau Mas Ezar sudah memintanya untuk pulang ke rumah diantar supirnya Bunda, tetapi ia tidak mau. Alhasil, dia juga menginap di rumah sakit bersama kami. “Ayah kalau butuh apa-apa panggil Asha, ya,” ucapku.“Iya, Nak. Kalian juga istirahat sana. Apalagi Nak Ezar, masih harus banyak istirahat.”Begitu Ayah masuk ke kamar dekat kamarku dulu, a
last updateLast Updated : 2023-11-28
Read more

Part 76 - Pirang Meresahkan

Aku yang tengah sibuk menyiapkan sarapan dibuat terkejut oleh Mas Ezar yang tiba-tiba memelukku dari belakang. Entah sejak kapan dia berada di sini? Padahal setahuku tadi ia sedang bersama Ayah di dekat kolam ikan. “Mas, ih. Ngapain? Nanti Ayah lihat.”Aku berusaha memindahkan tangan besarnya dari perutku, tapi sia-sia karena kekuatannya lebih besar dariku.“Ayah masih ngasih makan ikan,” bisiknya terus memepet tubuhku.“Ih, kamu tuh dari kemarin nempel terus kayak tawon di dahan kayu,” cibirku. “Minggir sana! Susah gerak tau.”Sayangnya, ia tak mengindahkan permintaanku. Malah semakin mengeratkan pelukan. Embusan napasnya yang hangat dapat kurasakan meniup leher. “Setiap kali bersamamu, rasanya seperti mencicipi hidangan yang mendapat bintang Michelin. Kamu adalah chef istimewa dalam dapur hatiku.”Aku menghentikan aktivitas, lalu memutar tubuh menghadapnya. “Chef, gombalnya nanti dulu ya
last updateLast Updated : 2023-11-28
Read more

Part 77 - Pria Normal?

“Sayang, kamu udah datang?” Mas Ezar beranjak dari kursinya dan langsung menghampiriku yang masih berdiri menatapnya judes di ambang pintu. Aku tak menjawab pertanyaan Mas Ezar. Tangannya yang hendak meraih tubuhku langsung kutepis begitu saja. “Siyi pising mikirin Bipik ying tirlili timpin,” sindirku sambil memajukan bibir bawah.Aku berlalu begitu saja dan meletakkan skripsi dengan kasar di meja. “Gatel banget jadi cewek,” gerutuku. “Lakinya juga diam-diam aja.”Aku berbalik dan mendapati Mas Ezar tengah senyum-senyum di belakangku.“Kenapa senyum-senyum? Kesambet pirang gatal?”Tanpa menjawab, dia justru berjalan maju dan memepet tubuhku hingga mentok di ujung meja.Aku sampai kesusahan bernapas gara-gara dia yang doyannya mepet tiba-tiba. “Kamu kalau cemburu begini makin gemesin tau,” ucapnya tersenyum simpul, lalu mencubit gemas pipiku. “Ih, jangan cubit-cubit. Aku bukan kue cubit.” A
last updateLast Updated : 2023-11-29
Read more

Part 78 - Unboxing?

Tawaku kembali meledak mendengar curahan hati Mas Ezar yang sepertinya dari hati banget. Tadi malam, aku memang mengatakan akan memberikan diriku sepenuhnya di malam resepsi nanti, biar kesan pengantin barunya masih ada. Dia pasrah saja, walau aku melihat ekspresinya sangat terpaksa. Tapi, sekarang aku jadi kasihan lihat wajahnya yang memelas. Aku jadi ngerasa berdosa tidak memenuhi kewajibanku sebagai istri. Padahal, tadi malam Vina sudah terbuka hati dan pikirannya untuk ceramah panjang lebar. Mengingatkan dosa jika tak melayani suami. Dia juga memintaku untuk menikmati saja segala sentuhan yang diberikan suami. Jangan panik. Tetap rileks agar terbiasa. ‘Duh, gue jadi dirudung dilema.’Mas Ezar kini mulai membubuhkan tanda tangannya. Setelahnya, ia kembali membuka laci, tetapi aku menahan dan merebut pulpen dari tangannya. “Kenapa pulpen mahalku ada di kamu, Mas? Pantas aja punyaku hilang.”Alis Mas Ezar seketika saling tertaut. Setidaknya, aku melihatnya menyunggingkan bibir
last updateLast Updated : 2023-11-29
Read more

Part 79 - Fitting Gaun Pengantin

Tubuh ini meluruh dan berjongkok lemas tak kuasa menerima kenyataan pahit ini. Semula, aku yang takut membayangkan malam pertama, tetapi kali ini entah mengapa aku sendiri yang merasa kecewa?Pantas saja, perutku terasa aneh sejak tadi pagi, ternyata ada tamu tak diundang. Sialnya, karena datangnya sangat tidak tepat sehingga merusak momenku dengan Mas Ezar.Kututup wajah dengan kedua lengan, sesekali memijat kening memikirkan bagaimana perasaan Mas Ezar jika tahu aku kedatangan tamu bulanan? Dia pasti akan sangat kecewa. Menilik kilat gairah di matanya tadi menunjukkan betapa ia sangat menginginkanku. ‘Kenapa tamunya harus datang sekarang, sih?’ Aku mengumpat dalam hati sambil meremas jari-jari tangan.“Asha, kamu baik-baik aja kan di dalam?”Hati ini semakin berkecamuk mendengar suara Mas Ezar yang pasti sudah menungguku di luar sana. ‘Mas, Maafkan aku mengecewakanmu,’ ucapku dalam hati. Tok ...
last updateLast Updated : 2023-12-01
Read more

Part 80 - Pesan Mesra di Ponsel Manda

Tak ada jawaban yang kulontarkan padanya. Hanya membisu sembari menunduk memperhatikan dengan saksama, walau bukan dalam tempo yang sesingkat-singkatnya gaun yang saat ini tengah melekat di tubuhku. Gaunnya cukup bagus, panjangnya cukup untuk menyapu jalan. Hanya saja bagian atasnya terlalu aduhai karena cuma menutupi gunung eksklusif saja tanpa ada tambahan kain lagi di atasnya. Aku bayangin kalau pake ini nanti, tiba-tiba malah melorot pas aku goyang dumang di pelaminan. Hihihi. “Hei, aku tanya.” Mas Ezar menyentil daguku dengan telunjuknya.Aku menggeleng pelan dan memajukan bibir padanya. “Terlalu terbuka.”“Ganti!”Akhirnya, aku pun kembali mencoba gaun lain. Hingga pilihan Mas Ezar jatuh pada gaun kelima yang super kinclong dan elegan berwarna putih. Kali ini, bagian atas tak terlalu terbuka, bagian bawahnya bermekaran kayak kurungan ayam. Wkwk.“Kak, mundur dikit bisa, nggak?” teriak Freya.“Kenapa?” t
last updateLast Updated : 2023-12-01
Read more
PREV
1
...
678910
...
14
DMCA.com Protection Status