Home / Romansa / Istri Dadakan si Dosen Tampan / Chapter 61 - Chapter 70

All Chapters of Istri Dadakan si Dosen Tampan: Chapter 61 - Chapter 70

140 Chapters

Bab 61 - Rayuan Ala Ezar

Menjelang subuh, aku bangun dan memutuskan untuk kembali ke kamar sebelum ketahuan sama Ayah dan Tante Maya kalau semalam aku tak tidur bareng suami. Bahaya kalau ketahuan, bisa diceramahi 7 hari 7 malam.Begitu masuk kamar, aku terpana melihat Pak Ezar tengah sibuk berkutat dengan laptopnya. Hah? Apa dia sangat sibuk sampai-sampai bangun secepat itu untuk bekerja? Atau jangan-jangan, dia memang tak tidur semalaman? ‘Hadeuh! Cari penyakit aja ini orang.’“Pak Ezar gak tidur semalaman?” tanyaku memecahkan keheningan. “Tidur, setengah 4 baru bangun buat kerja tadi.”Aku mengangguk-angguk membulatkan mulut berbentuk O. “Sibuk banget ya, Pak?” tanyaku yang sudah duduk di sudut ranjang. Dia menoleh ke arahku sebentar, lalu kembali memandang laptopnya. “Gak juga. Hanya ada sedikit pekerjaan resto yang harus diselesaikan sama bikin tugas untuk mahasiswa.”“Sibuk dikit gak apa
last updateLast Updated : 2023-11-21
Read more

Part 62 - Dilamar Duren

Mendengar ucapanku, raut wajah Vina seketika berubah. Dia menyenggol tanganku, lalu berkata, “Ih, Sha. Jangan diomongin, makeup-ku luntur nanti.”Aku terkekeh pelan guna menghiburnya. Salah memang jika membahas tentang Mika sekarang. Pastinya, akan banyak air mata yang keluar dari pelupuk kami masing-masing. “Iya deh, iya. Maaf.” Aku melap sudut mata indahku dengan ujung telunjuk. Berkedip berulang kali sekadar menahan buliran bening yang akan meluruh. “Sha, kamu ke sini bareng Pak Ezar?” tanya Vina mengalihkan pembicaraan. Aku mengangguk. “Lu sih yang ngundang dia gak omong-omong dulu ke gue.”“Kalian udah berbaikan?”Sebuah helaan napas kuberikan sebagai respons. "Rasanya gue belum bisa maafin dia.”“Iya, aku ngerti perasaan kamu. Tapi, gak ada salahnya juga kamu dengar penjelasannya Pak Ezar. Coba kamu bayangin? Dia bela-belain terbang ke Makassar, buat siapa coba kalo gak buat kamu?”“
last updateLast Updated : 2023-11-22
Read more

Part 63 - Tak ‘kan Ada Cinta yang Lain

Kulihat Ahsan terlonjak dan seperti hendak menolongku, tapi Pak Ezar menghalanginya untuk menyentuhku. “Jangan kasar-kasar sama cewek!” Ahsan menatap Pak Ezar nanar.. “Pulang!” lirih Pak Ezar tapi penuh penekanan.Aku bergidik melihat sorot tajam matanya. Ini kali pertama aku melihat ekspresinya semarah itu padaku. Apa dia cemburu?“Heh, kamu siapa yang nyuruh-nyuruh dia pulang?” tanya Ahsan yang dibalas dengan seringai tipis dari Pak Ezar. Pak Ezar menatapku penuh cinta. “Kasi tau, Sayang.”Cukup lama aku terdiam, hingga tersentak saat Pak Ezar meremas jari-jariku dengan sangat kuat. “Kak, Ahsan, kenalin ini Mas Ezar, dosen pembimbing aku,” ujarku yang seketika mendapat delikan dari Pak Ezar. “Suami aku,” ralatku cepat. Tidak lucu kalau nanti aku benaran dibanting gara-gara tak mengakuinya sebagai suami. Kasian tubuhku yang belum pulih dari babak belur akibat kecelak
last updateLast Updated : 2023-11-22
Read more

Bab 64 - Cerita Ezar

Aku sengaja berbalik arah memunggunginya. Lagian, dia lapar kenapa bangunin aku coba? Ada-ada saja. Aku tebak, dia pasti sengaja ngisengin aku. Maklum, dia memang keturunan Bunda Ola yang segala malam pertama kami saja diisengin juga.“Sha, aku lapar,” ucapnya lagi sambil menarik-narik rambutku. “Pergi mandi, Pak,” lirihku tetap setia menutup mata.Sesekali memukul tangannya yang tak ada akhlak menarik rambut indahku. “Ih, masa orang lapar disuruh mandi? Ada-ada aja kamu. Bangun ih. Temani ke dapar. Sekalian masakin mie.”Pak Ezar berusaha membangunkanku yang telanjur nyaman meringkuk di bawah selimut. “Lagian tuh Pak Ezar aneh-aneh. Lapar ya makan, kenapa bangunin aku coba?”“Gak enak tau sama Ayah dan Tante Maya kalo malam-malam grasak-grusuk di dapur sendirian.”“Ya udah, gak usah makan.”“Sha, tega banget sih. Aku lapar tau. Nanti magh-ku kambuh kalau gak diisi pas lagi lapar.
last updateLast Updated : 2023-11-22
Read more

Part 65 - Menyesal?

Lama Pak Ezar bergeming terlihat memikirkan sesuatu, hingga akhirnya menatapku dalam-dalam. Bertanya, “Ke sana bawa apa?”“Bawa niat dan diri, Pak.”Ia menggigit bibir bawah dan memejamkan mata sekilas. “Kendaraannya, Sayang. Naik apa?”“Oh, kendaraan. Bilang, dong!” Aku memanyunkan bibir. “Paling naik angkot atau kalau memungkinkan bawa motor ya pake motornya Ayah yang di garasi itu,” ucapku. “Kagak!” tegas Pak Ezar, lantas membuang napas kasar. “Aku ikut!” putusnya. Aku tak terkejut mendengar ucapannya. Sudah kuduga dia pasti akan protes. Tapi, itu benaran dia mau ikut? Bukannya tak boleh, tapi aku cuma takut dia tidak terbiasa di tempat nenek.Rumah nenek tak sebesar rumah ini, pun tak sebesar rumah Bapak dan Ibu di Sukabumi. Apalagi, rumahnya di Jakarta. Di sana suhunya lebih dingin daripada pas di Sukabumi. Belum lagi, sekitaran rumah mata hanya dimanjakan dengan pemandanga
last updateLast Updated : 2023-11-24
Read more

Part 66 - Permintaan Maaf Ezar

“Pak,” lirihku, berusaha untuk melepas tangannya dari tubuhku.Aku risih, apalagi sadar berada di teras. Masih tergolong tempat umum. Bagaimana kalau ada orang yang tiba-tiba lewat dan melihat kami? Hanya saja, Pak Ezar tak mengindahkan rajukanku. Dia malah mengeratkan tangan seakan-akan tengah melepas rindu.“Biar begini dulu, ya.”"Ih, nanti ada orang yang liat,” sungutku. “Nggak ada. Mereka kan sudah pada tidur.”Aku menghela napas pasrah dan mengalah. Mau memberontak pun sudah tak bisa.“Sha, apa kamu sudah mau mendengar penjelasanku tentang Manda?” tanyanya ragu-ragu. Aku berdehem pelan sebagai jawaban, memberinya kesempatan untuk menjelaskan masalah kami yang sampai saat ini belum menemukan titik terang. Beberapa hari ini sudah cukup tak memberinya kesempatan berbicara panjang lebar, apalagi menjelaskan kesalahannya.“Aku akui salah di sini, tapi demi Allah ... aku gak mencintai Manda
last updateLast Updated : 2023-11-24
Read more

Part 67 - Takut Ulat

Tanpa menunggu jawaban, dia meraih tangan kananku. Perlahan, menyematkan kembali cincin yang disematkan saat akad kami dulu di jari manis.“Aku janji akan memperbaiki kesalahanku padamu. Berjanji untuk menjadikan Asha Fredella sebagai prioritas. Gak ada Manda ataupun cewek lain,” ucapnya kemudian mengecup singkat punggung tanganku. “Aku hanya punya kamu dan kamu hanya punya aku.”Aku hanya membisu melihat apa yang dilakukan dosen tampan di hadapanku ini.Ingin sekali merusak momennya dengan tertawa karena merasa geli dengan sikapnya yang sudah bucin next level, tapi tidak tega melihat effort-nya yang bahkan kemungkinan sudah menggadaikan harga dirinya. Dia sudah setegang itu meminta maaf padaku, walau sebenarnya alasannya sangat di luar nurul. Aku sampai tak habis fikri dengan pemikirannya yang sebenarnya bagus karena tak mau menyakiti, tapi karena salah langkah jadi masalahnya malah runyam.Tapi, sungguhkah dia takut
last updateLast Updated : 2023-11-24
Read more

Part 68 - Ikut Pulang?

“Ya nggak!”“Kalau ulatnya gak gelitikin, kenapa geli coba? Lagian, ulat dan kamu gedean kamu. Ya kali takut sama yang sekali kamu pites dia mati.”“Emang gak gelitikin, tapi geli liatnya. Kecil-kecil gitu bikin gatal tau kalau nyentuh kulit,” ujarku mencebikkan bibir sambil mengusap-usap lengan. “Digaruk kalau gatal, Sayang. Kalau mau dibantuin, aku rido kok kalau garuk kamu.”Aku menatap nanar Mas Ezar. Seketika itu kaki ini bergerak lincah dan menendang kakinya hingga ia meringis kesakitan. Lagian omongannya makin ke sana, makin ke sini, makin ke mana-mana. Heran! Dulu dia omongannya pake filter, jernih semua. Sekarang malah buram, tapi menjurus.“Najis!” “Galak banget sih istri aku.”“Lagian kamu ngomongnya ngaco semua.”Aku melipat tangan di depan dada, sementara Mas Ezar tertawa terbahak-bahak. “Asha takut ulat,” cibirnya diikuti tawa mengejek.“Biarin, daripada tak
last updateLast Updated : 2023-11-25
Read more

Part 69 - Dunia Selebar Daun Kelor

Mobil melaju dengan kecepatan sedang menuju Bandara. Aku dan Mas Ezar duduk di kursi tengah, sedangkan kedua adikku yang merengek pengen ikut duduk di kursi paling belakang.Aku menyandarkan kepala di bahu Mas Ezar. Tangannya juga tak lepas menggenggam tanganku dan mengusap-usapnya lembut. "Kamu benaran gak mau ikut ke Jakarta?” tanyanya sesekali mengecup dahiku. “Udah perjalanan ke Bandara. Gak usah nanya itu lagi. Aku masih pengen di sini. Nanti kalau dapat hidayah bakal balik ke Jakarta pekan depan bareng Vina,” ucapku. Hingga sampai di bandara, ia tak melepas genggaman tangannya. Dia seperti sangat berat meninggalkanku, apalagi kamu baru berbaikan, walau belum kuakui sudah memaafkannya secara langsung.“Kalau urusanku selesai dan kamu masih di sini, aku pasti akan jemput kamu.”“Iya.”“Kalau misal aku gak jemput di sini, kamu harus telepon aku untuk jemput di bandara,” ucapnya lagi. “Jangan belok lari ke
last updateLast Updated : 2023-11-25
Read more

Part 70 - Mengobati Rindu Lewat Telepon

Aku menoleh sebentar ke arah Vina, lalu melihat Bina yang tengah sibuk membidik boneka idamannya di mesin capit. Detik berikutnya, aku memilih mencari tempat yang setidaknya membuat Bina tak bisa mendengar pembicaraanku dan Vina.Dia masih terlalu dini untuk tahu masalah rumah tangga yang beratnya tak bisa didefinisikan hanya sebatas kata-kata, seperti perasaan yang lama terpendam. “Dia udah minta maaf dan jelasin semuanya waktu kemarin kami ke kampung halaman nenek aku,” ungkapku. "Dia juga banyak banget berubah tau, dari yang diam-diam saja dan kaku kalau gue gombalin, sekarang malah dia yang gombalin gue tiap ada kesempatan. Dia juga manja banget ke gue malah. Suka nyosor-nyosor pula.”“Uwah! Seriusan?” tanya Vina antusias. Sudut bibirnya mencipta seutas senyum yang sangat cantik dan manis. “Jadi penasaran kalau dosen yang konon duta galak bertransformasi jadi suami manja.”“Hahahahaha. Mohon maaf, Guys! Hanya gue yang bisa liat wajah ngeselin yang mendadak jadi menggemaskan.”Asl
last updateLast Updated : 2023-11-26
Read more
PREV
1
...
56789
...
14
DMCA.com Protection Status