All Chapters of Pernikahan Kedua yang Dirahasiakan Suamiku : Chapter 51 - Chapter 60

117 Chapters

51 S2: Detak Jantung Pasha

Siapapun tidak ada yang mengira bahwa Roni rasanya ingin sekali menjungkirkan meja yang sedang ditempati Siska dan Pasha saat itu juga.Siska dan Pasha menghabiskan makan malam mereka dengan hati yang begitu bahagia, tanpa mereka tahu bahwa sedari tadi Pasha memerhatikan mereka dari jauh.“Nasi goreng di sini terkenal paling enak rasanya,” kata Pasha memberi tahu seraya mengambil segelas air putih.“Jadi kamu sudah cari informasi resto ini dari kemarin-kemarin?” tanya Siska terkesan. “Pantas saja, ada ruangan khususnya.”“Istimewa buat kamu pokoknya,” sahut Pasha. “Kamu mau langsung pulang atau jalan-jalan dulu sebentar?”Siska berpikir sejenak.“Nanti kemalaman kalau kita jalan-jalan dulu?” ujarnya. “Tidak enak sama anak-anak, sudah malam. Biarkan mereka istirahat.”“Oke, tidak apa-apa kalau kamu mau langsung pulang.” Pasha setuju. “Habiskan dulu minuman kamu, aku mau pesan makanan untuk Saga dan adik-adiknya.”Siska mengangguk, kemudian meminum lemon tea yang sudah Pasha pesankan un
Read more

52 S2: Ingin Mempersembahkan Cucu

Ririn beberapa kali mengusulkan agar Roni melakukan cek kesehatan, setidaknya agar mereka bisa segera memiliki momongan lagi.“Kita tidak mungkin seperti ini terus,” kata Ririn hari itu. “Aku ini putri tunggal orang tuaku, jadi aku ingin segera mempersembahkan cucu untuk mereka.”“Kamu kan sudah pernah keguguran,” sahut Roni seraya meluruskan kakinya. “Aku sudah punya anak tiga, aku merasa tidak perlu menambah anak lagi.”Ririn termenung sambil berdiri di depan Roni.“Apa itu berarti kamu tidak mengharapkan anak dari rahimku?” tanyanya ragu.“Masalahnya kamu pernah keguguran, aku khawatir kandungan kamu akan berisiko kalau dipaksakan hamil lagi ...” Roni beralasan. “Kamu tidak perlu khawatir, orang tua kamu pasti mengerti keadaan ini.”“Aku tetap menginginkan anak dari rahimku sendiri,” tegas Ririn. “Aku nggak mau kamu menaruh perhatian lebih kepada anak-anakmu dari Siska, sedangkan aku belum ada anak kandung dari kamu.”“Mungkin kamu harus sering-sering mengasuh Runa,” kata Roni. “Si
Read more

53 S2: Jadi Orang Tua Dadakan

“Tante itu galak,” jawab Aruna pelan. “Nanti aku tidur saja kalau disuruh cium tangan Tante Ririn.”Roni tersenyum saat mendengar jawaban jujur Aruna. Selanjutnya Roni menggandeng Aruna memasuki rumah ayahnya. Penjaga yang berdiri di depan pintu seketika membungkukkan tubuhnya saat Roni lewat.“Selamat sore, Tante?” sapa Roni penuh hormat kepada istrinya yang sedang bersantai di depan televisi.“Tumben kamu masuk sambil memberi salam aku?” komentar Ririn seraya mendongakkan wajah dan seketika terkejut saat melihat kedatangan Roni yang menggandeng Aruna.Roni lantas memandang Ririn dengan tatapan damai.“Setelah aku pikir-pikir, aku harus memberi contoh yang baik untuk anakku.” Dia menjelaskan. “Runa, ayo beri salam Tante Ririn.”Aruna mendongakkan kepala dan menatap ayahnya, kemudian menggeleng pelan.“Nggak mau, Yah.”Roni melirik Ririn sekilas, kemudian berjongkok dan memandang Aruna.“Run, kita kan harus hormat sama orang yang lebih tua.” Dia menjelaskan. “Kita harus kasih salam l
Read more

54 S2: Amplop Berlogo Rumah Sakit

Pasha berdiri dari kursinya dan menatap jendela dengan mata menerawang. Dia teringat dengan janji dan sumpahnya saat hari pernikahannya dengan Siska beberapa bulan yang lalu.Bagaimana kalau suatu saat nanti, takdir memaksanya untuk tidak dapat lagi menepati janji itu?Tiba-tiba suara ketukan pintu menyadarkannya dari lamunan.“Masuk,” ucap Pasha seraya menyisipkan tangannya di saku celana.Ezra memasuki ruangan dan langsung duduk di kursi.“Ada angin apa kamu datang ke sini?” tanya Pasha heran. “Biasanya sekretaris kamu yang suruh aku untuk datang ke ruangan kamu.”Ezra mengernyitkan dahinya sambil memandangi meja Pasha yang terlihat rapi.“Ibumu bilang kalau kamu mulai jarang kontak,” katanya kalem. “Memangnya kamu sesibuk itu?”Pasha menarik napas dan tidak segera menjawab, dia berusaha keras memaksa agar pikirannya kembali ke tempatnya sekarang berada.“Maklum sajalah, ibuku terlalu khawatir memikirkan aku,” jawab Pasha seolah tidak mendengar pertanyaan kakaknya. “Apalagi sampai d
Read more

55 S2: Tubuh Dingin Pasha

Karena masih tidak ada respons yang berarti, Siska akhirnya mengguncang bahu Pasha pelan-pelan. Tubuh Pasha berhasil terkulai hingga telentang dengan kedua mata yang masih terpejam rapat. Namun, Siska merasa curiga saat merasakan tubuh suaminya agak dingin tidak seperti biasanya.“Pasha?” Siska buru-buru memeriksa sekujur tubuh suaminya yang terbujur, ditepuknya wajah Pasha yang sudah dingin. “Sha, bangun! Ayo kita makan malam dulu ...”Masih tidak ada respons yang berarti yang ditunjukkan oleh Pasha, membuat Siska semakin panik dibuatnya.“Pasha, kamu bangun dong ...” Siska tidak henti-hentinya memanggil nama Pasha sambil mengguncang-guncang bahunya. “Kenapa badan kamu dingin begini ... Pasha? Pasha, bangun ... Pasha!” Siska tanpa kenal lelah berusaha membangunkan Pasha, tidak dihiraukannya tubuh dingin dan kaku yang malam-malam sebelumnya tidak pernah sekalipun membiarkannya tidur sendirian dalam kedinginan.“Pasha!” Siska menjeritkan nama suami, sahabat sekaligus ayah sambung anak
Read more

56 S2: Pasha, Kamu di Mana?

"Sangat baik," jawab Siska seraya menyelipkan tangannya di lengan Pasha sementara mereka masuk ke dalam rumah."Syukurlah," komentar Pasha. "Lain kali kalau kamu melantur lagi, itu tandanya kamu sedang butuh liburan.""Sekarang aku sudah tidak capek dan tidak akan melantur lagi," timpal Siska sambil membantu melepas jas Pasha. "Oh iya, tadi aku mampir ke resto dan beli nasi goreng seafood kesukaan kamu.""Wah, pasti enak sekali. Aku mandi dulu ya, Sis?" ujar Pasha sambil mengambil dua lembar handuk bersih dari lemari."Aku akan siapkan baju buat kamu," sahut Siska sementara Pasha berjalan pergi ke kamar mandi.Malamnya mereka makan bersama dengan menu yang sudah Siska beli di restoran seafood tadi.“Sepi juga ya kalau tidak ada Runa?” komentar Pasha di sela-sela menikmati santap malamnya. “Rumah jadi seperti ada yang kurang.”Siska mengangguk setuju.“Seharusnya sih Minggu sore Runa sudah diantar pulang,” sahutnya. “Karena hari Senin dia harus sekolah.”“Atau kita jemput saja?” usul P
Read more

57 S2: Mengambil Kamu Kembali

“Yang penting kamu tidak perlu berpikir macam-macam,” sahut Siska seraya menaruh kentang goreng yang dibeli Pasha ke piring. “Aku sama Roni kan sudah jalan sendiri-sendiri, kami masih terhubung karena ada anak-anak di antara kami.”Pasha menyandarkan punggungnya ke kursi.“Iya, aku paham kok.” Dia menganggukkan kepalanya. “Aku yakin kamu juga paham situasi kamu. Tapi kalau Roni mau mengambil kamu kembali, dia harus melangkahi mayatku dulu ...”“Pasha!” tegur Siska keras seraya memandang suaminya dengan tatapan kurang suka. “Bisa tidak kamu bercandanya jangan kelewatan?”“Astaga Sis, aku cuma bercanda.” Pasha jadi terkaget-kaget. “Sumpah, aku tidak bermaksud apa-apa.”Siska sedikit cemberut, tapi dia tetap menyodorkan sepiring kentang goreng itu untuk pasha sampai selesai.“Marahnya jangan lama-lama,” goda Pasha sambil mencomot kentang yang dia beli. “Bercanda kamu kali ini sama sekali tidak lucu,” komentar Siska ketus. “Buat apa bawa-bawa mayat segala? Aku merinding, tahu.”“Oke, oke
Read more

58 S2: Sikap Judes Ririn

“Iya, kelihatannya dia lelah sekali.” Pasha sependapat seraya duduk di samping Siska.Tidak berapa lama kemudian, Aruna berlari ke arah mereka dengan hanya melilitkan handuk di bagian bawah tubuhnya saja sementara Ririn terlihat kerepotan mengejarnya.“Ibu! Ayah Pasha!” serunya sambil mengusap-usap wajahnya yang basah.“Run, apa-apaan ini? Ayo, pakai baju dulu.” Siska menyuruh.“Bajunya dibawa Tante Ririn semua,” jawab Aruna beralasan. Siska menoleh saat Ririn tiba sambil membawa setumpuk pakaian bersih yang sudah dia siapkan.“Biar aku saja yang urus Runa,” ujar Siska. “Kamu dan Roni kelihatan capek sekali.”“Jelas saja, banyak gerak dia.” Ririn mengangguk angkuh seraya mengulurkan beberapa potong pakaian milik Aruna. Setelah itu dia kembali lagi ke belakang untuk menyuruh pelayan menyiapkan minum.Siska menarik Aruna lebih dekat dan mulai mengeringkan tubuh serta rambut anaknya dengan handuk. Setelah itu dia membantu memakaikan baju hingga menutup tubuh anaknya yang terlihat segar
Read more

59 S2: Menyimpan Perasaan Aku

“Syukurlah,” gumam Pasha, dia cepat-cepat membereskan amplop itu dan menyimpannya di tempat yang aman agar tidak ditemukan Siska. Setelah itu dia berlalu pergi ke kamar mandi untuk membersihkan seluruh tubuhnya yang sudah lengket.Cilla baru saja menutup bukunya ketika Siska duduk di sampingnya.“Om Andra mana, Bu?” tanya Cilla ingin tahu.“Ayah kamu baru pulang kerja,” jawab Siska yang berusaha membiaskan cilla supaya mau memanggil Pasha dengan sebutan ayah. “Kita makan dulu, yuk?”“Om Pasha masih lama?” tanya Saga seraya mengikuti ibunya berjalan ke dapur.“Masih mandi sepertinya,” jawab Siska. “Kalian makan duluan saja, setelah itu tidur. Besok kan kalian harus sekolah.”Saga mengangguk patuh dan segera duduk di kursi sementara Siska mengambil nasi dan lauk untuk mereka.Setelah menemani anak-anak makan malam, Siska membereskan piring yang sudah kotor dan membawanya ke bak cuci. Dibiarkannya Aruna menggosok gigi dan memakai piyama tidurnya sendiri, sampai dia menyusulnya dan meliha
Read more

60 S2: Menunggu Kepulangan Pasha

“Jangan lupa susunya diminum.” Pasha juga ikut mengingatkan anak sambungnya. “Masa anak ayah lemas begini, sih? Ayo semangat!”“Wah, roti panggang!” sela Cilla sambil mencomot bagian-bagiannya. “Om, ayo balapan makan sama aku?”Pasha melirik Cilla yang sudah mengenakan seragam sekolah lengkap.“Balapan apa? Om baru saja selesai makan,” sahutnya enteng.“Om Pasha curang!” seru Cilla dengan pipi menggembung. “Harusnya kan Om menunggu aku sadar dulu.”Siska menggelengkan kepalanya seraya tersenyum tipis, diulurkannya segelas susu cokelat kepada Saga yang masih mengunyah makanannya.“Om bisa kalah kalau menunggu kamu,” sahut Pasha sambil tertawa kecil, ditunjukkannya arloji yang melingkar di pergelangan tangannya. “Om tunggu kalian di mobil.”Aruna buru-buru meminum susunya saat melihat ayah sambungnya berdiri dan berjalan pergi meninggalkan dapur.“Pelan-pelan, Run. Ayah kan sudah bilang kalau mau menunggu kamu,” tegur Siska. “Nanti kamu bisa tersedak kalau minumnya cepat-cepat seperti i
Read more
PREV
1
...
45678
...
12
DMCA.com Protection Status