Home / Lain / Nasib Dikelilingi Tetangga Julid / Chapter 41 - Chapter 50

All Chapters of Nasib Dikelilingi Tetangga Julid: Chapter 41 - Chapter 50

113 Chapters

Bab 41 - Bukti

Teriakan Rani membuat Irwan terkejut dan segera mendatangi Rani ke dalam kamar. "Kenapa, Yank?" Melihat Rani yang gemetar Irwan menjadi panik. "Yank?" panggilnya lagi. Tapi, Rani tak merespon apapun. Tangannya masih saja gemetaran. Mata Rani yang masih tertuju pada ponselnya membuat Irwan memegang tangan istrinya itu. "Kamu habis liat apa, sih?" Tangan Irwan terulur untuk mengambil ponsel Rani. Namun, dengan sigap Rani menghentikan tangannya. "Mas, jangan lihat!" "Kenapa? Ada apa? Apa kamu melihat sesuatu yang mengerikan sampai berteriak seperti tadi?""Iya, Mas! Sangat mengerikan, makanya Mas jangan lihat.""Apa sih yang kamu lihat? Film horor?""Ini lebih mengerikan dari film horor, Mas!""Kalau kamu nggak mau kasih lihat, coba ceritakan apa yang kamu lihat sampai gemetaran seperti ini?""Aku nggak bisa cerita sama Mas! Takutnya, Mas nanti terbayang-bayang.""Cerita saja! Mas khawatir sama keadaan kamu!""Ini tentang Yanti, Mas!""Memangnya apa yang dia lakukan? Dia mengancamm
Read more

Bab 42-Terbongkar

"Ke rumahku, Mas!" bisiknya. "Aku akan bantu, Mas, membalas perbuatan Rani karena sudah menyelingkuhi, Mas!""Emmm, kita lihat saja nanti!""Aku tunggu, ya, Mas?""Iya, tunggu saja! Sekarang bisakah kamu pergi? Saya lagi banyak pelanggan.""Iya, Sayangku!"Irwan jijik mendengar kata-kata itu dari mulut seseorang yang bukan istrinya. "Rani! Sebentar lagi, suamimu ini akan jatuh ke pelukanku. Setelah ini, kamu akan merasakan sakit yang sangat luar biasa," batinnya. Yanti pun berjalan dengan meliuk-liukan pinggulnya. Irwan segera mengirimkan rekaman suara itu kepada istrinya. [Yank! Dugaan kamu benar! Ulat bulu itu datang ke sini lagi, ia ngajakin ke rumahnya.]Rani membuka pesan yang baru saja dikirimkan suaminya. Ia benar-benar sudah menyangka akan hal itu. [Bagus, Mas! Nanti kalau ia melihat Mas pulang, pasti akan mengirimi pesan lagi. Saat itu kita akan jalankan rencana.][Ok! ]****Hari sudah menjelang sore, Irwan memutuskan untuk pulang. Tepat saat akan memasuki rumah, tiba-t
Read more

Bab 43- Di adili

"Haa..! Mau kemana kamu?" Segerombolan bapak-bapak mengepung Yanti melalui pintu belakang. "Tahan dia, Pak!" seru Ibu yang bertubuh gempal. Kini Yanti terpojok. Ia sudah tak bisa lagi melarikan diri. Dua ibu-ibu memegangi Yanti, kemudian menyeret Yanti keluar dan mendudukkannya di sofa. Kini, Yanti berada di tengah antara kedua ibu tadi. Seorang Ibu yang gemas dengan kelakuan Yanti, menoyor kepalanya. "Enak aja, mau kabur! Nggak mau tanggung jawab kamu, atas perbuatanmu itu?""Kalau berani berbuat, harus berani bertanggung jawab!""Bu RT, Mbak Rani! Mau diapakan wanita ini?""Kasih pelajaran dan hukuman yang seberat-beratnya, Mbak Rani! Biar dia jera.""Iya, Mbak! Kami bersedia membantu Mbak Rani menghukumnya.""Iya! Kami juga ikut gemas kalau ada pelakor di kampung ini."Begitulah perkataan mereka. Yanti semakin takut dengan mendengarnya. "Mas Irwan..! Tolong aku! Bukankah hubungan Mas sama Rani sial4n ini sudah tidak harmonis lagi?" ucapnya memelas. "Kata siapa?" Irwan dan Ran
Read more

Bab 44- Vonis Yanti

Di cemooh dan diusir dari kampung ini, adalah hukuman teringan yang Yanti bayangkan. Hal terburuk yang ia bayangkan, semua ibu-ibu yang ada di sini melakukan hal yang biasa ia saksikan pada pelakor yang ketahuan istri sahnya. Ditampar, ditendang sampai disiram air cabe di kem4luannya. Bayangan itu membuat Yanti bergidik ngeri. "Saya...." ucapan Rani terpotong oleh teriakan ibu-ibu yang lain. "Lucuti saja pakaiannya, setelah itu kita arak keliling kampung!""Eh, jangan, Bu! Nanti keenakan bapak-bapak di sini lagi, ngelihat dia bv91l." Seorang wanita muda berpikir realistis. Ibu yang berteriak tadi sejenak berpikir. "Eh, benar juga, ya! Jadi, menurut kalian, apa hukuman yang cocok untuknya supaya membekas di ingatannya? Supaya dia jera dan tak berani lagi melakukan hal itu di mana pun dia berada.""Kalian tidak perlu repot-repot memikirkan, ini semua hak Mbak Rani. Jadi, apapun keputusan Mbak Rani, kita harus mehargai dan jangan ada yang bikin rusuh," ucap Bu RT. "Yang pertama, sa
Read more

Bab 45 - Tersindir

Setelah selesai menimbang berat badan. Bu Bidan mulai memeriksa tekanan darah Rani. " Tekanan darah Ibu, sembilan puluh per enam puluh. Pantas saja Ibu pusing dan mual parah, tekanan darah Ibu sangat rendah," terang Bu Bidan. "Untuk sementara saya resep kan obat mual dan penambah darah untuk Ibu, ya! Yang rutin minum obatnya," ujar Bu Bidan setelah itu ia menyerahkan secarik kertas yang sudah berisi resep obat."Iya, Bu!" Rani manggut saja mendengar penjelasan dan perintah Bidan. "Ini, Pak, obatnya. Kalau masih mual juga, nggak bisa makan nasi, ganti dengan roti atau biskuit. Dan tambahan susu khusus Ibu hamil kalau perlu. Bapak yang ingatkan istrinya, kalau perlu Bapak juga yang siapkan!""Baik, Bu! Akan saya lakukan. Berarti, keadaan istri saya saat ini baik-baik saja, kan?""Iya, nggak pa-pa! Bu Rani hanya lemas setelah muntah saja! Tidak perlu dikhawatirkan. Kalau pusing, jangan dipaksakan untuk melakukan pekerjaan rumah yang berat. Istirahat saja.""Baik! Terimakasih, Bu! Kami
Read more

Bab 46- Yanti Ngamuk

Brugh.. Yanti terpeleset ketika hendak mendatangi Rani. "Aduhh..!" Pinggang Yanti dengan kencang menyentuh tanah. "Astaghfirullah," Reflek Bu Wati berteriak sambil menahan tawa. "Mbak Rani baiknya istirahat saja. Kunci pintunya rapat-rapat. Nanti banyak ulat bulu masuk."Rani pun tak kuasa menahan tawanya. "Hahaha, iya, Bu! Terimakasih, karena sudah perhatian sama saya!""Sama-sama, Mbak Rani. Cepet, gih, masuk. Nanti keduluan serangga."Rani hanya geleng-geleng kepala. Lalu, masuk ke dalam rumah dan mengunci pintunya. Yanti semakin panas dada setelah melihat Rani masuk. Segera ia bangun dan menggedor pintu rumah Rani. "Rani..! Keluar kamu!" teriaknya. "Berani kamu ngetawain saya, ya!"Rani tak mengindahkan teriakan itu. Hal itu membuat Yanti semakin kencang berteriak. Bahkan, ia menggedor dengan kerasnya pintu rumah Rani. "Mbak Yanti, ngapain teriak-teriak di depan rumah Mbak Rani? Ganggu orang aja!" Seorang tetangga Rani yang baru saja selesai pergi belanja, menegur Yanti.
Read more

Bab 47- Ketenangan

"Mbak... Mbak Rani!" Ketukan kecil di pintu, berubah menjadi gedoran."Hahaha...." Yanti tertawa kecil. "Sudah mampus kali, Bu, si Rani!" cetusnya."Hush..! Kalau ngomong jangan sembarangan!" tegur Bu Wati."Habis, dari tadi pintu diketok senyaring itu, masa nggak dengar?""Biasanya, kan, orang kalau nggak dengar gitu, berati orangnya !" Yanti meletakkan jarinya di leher, kemudian memperagakan seolah orang yang menyayat lehernya.Bu Wati terus saja mengetuk, ia tak menyerah. "Kalau sampai sekali lagi nggak dibukakan pintu, terpaksa harus meminta warga di sini untuk mendobrak pintunya," batin Bu Wati.Tokk.. Tokk... Tokk..."Assalamu'alaikum, Mbak Rani!" panggilnya dengan sedikit keras.Rani yang baru keluar dari toilet, mendengar ada seseorang memanggil namanya, bergegas menuju ke pintu depan."Wa'alaikumussalam! Sebentar!" balasnya dari balik pintu, sembari memutar kunci."Oh, Bu Wati!" serunya. "Ada apa, Bu?"Bu Wati bernafas lega, setelah Rani membukakan pintu. "Alhamdulillah, Mbak
Read more

Bab 48- Lagi?

"Yank! Aduuhh, jangan nangis, dong! Kamu salah paham, bukan gitu maksud, Mas!"Bahu Rani semakin bergetar hebat. Namun, mulutnya tak mengeluarkan suara. Irwan semakin panik, ia mencoba mendongkakkan wajah istrinya, tapi tiba-tiba...! "Waaaa" Ternyata, Rani hanya mengerjai Irwan saja. Bahunya bergetar tadi sebab menahan tawa. "Hahahaha....! Lucunya suamiku ini!" Rani mencubit kedua pipi Irwan. "Gimana? Panik, nggak? Panik, nggak? Panik 'kan? Masa enggak? Hahahaha..." Dia masih saja menertawakan suaminya itu. "Kamu ini, ya! Iseng banget. Mas, kira kamu beneran nangis, loh!" Irwan balas menggelitik perut Rani. "Hahaha..! Stop, Mas! Geli!" Tawa Rani mengundang keingin tahuan Naufal anaknya. "Mama sama Ayah lagi apa, sih? Kok, kayanya seru banget! Aku juga mau ikutan, dong!""Tuh, kan! Naufal jadi kepo!""Ayo, sini! Mau ikutan 'kan?" Irwan pun menggelitik perut Naufal, di ikuti Rani. Anak kecil itu pun tertawa dengan riangnya.Mereka bertiga tertawa bersama. ***"Mas beneran nggak
Read more

Bab 49- Ketemu Mantan

Rani tercengang saat melihat wanita itu adalah wanita yang tadi memperhatikan suaminya. Irwan pun terkejut saat melihat wanita berjilbab yang menyapa dirinya. "Apa dia yang Rani lihat tadi saat di wahana kapal?" batin Irwan. "Mas Irwan 'kan?" tanya wanita itu. "Maaf, Mbak! Ada keperluan apa ya, Mbak memanggil suami saya?" Rani memberanikan diri untuk bertanya karena dia sudah muak saat wanita itu memperhatikan Irwan dari tadi.Namun, ditanya begitu pun wanita itu tak merespon. Ia malah mengacuhkan pertanyaan Rani dan mengajak Irwan bicara. "Ya ampun, Mas Irwan! Sudah lama nggak ketemu!" serunya girang. "Tadinya aku sempat ragu kalau salah orang. Makanya aku nyamperin ke sini untuk memastikan!" Raut wajahnya sangat bahagia ketika melihat Irwan. Rani memandang Irwan meminta penjelasan. "Mas kenal sama wanita ini?" tanya Rani dengan ketus. Mungkin karena sedang hamil, Rani menjadi sangat sensitif. Wanita itu melemparkan pandangan ke arah Rani. Kemudian mengulurkan tangannya. "Perk
Read more

Bab 50 - Penjelasan

"Kok, nggak nungguin, Mas? Cepat banget jalannya."Rani hanya diam. Dadanya terasa sakit. "Yank!" panggil Irwan. Ia mencoba meraih tangan Rani, tapi Rani malah menjauhkan tangannya. "Bisa kita pulang sekarang? Kepalaku sakit, Mas!" ujarnya tanpa melihat wajah Irwan. "Naufal sudah puas 'kan mainnya? Kita pulang sekarang nggak pa-pa, kan?" Walau perkataan Rani terdengar lembut di telinga anaknya, namun rasa kesal dan sakit di hatinya tak bisa ia sembunyikan. Rasa sakit itu terpancar dengan jelas di wajahnya. "Iya, Ma! Kayanya, Mama sakit kepala lagi, ya? Meski Naufal belum puas, tapi kita pulang saja! Wajah Mama terlihat sedih kayak tadi. Pasti Mama kesakitan banget, kan?" Ia mengira Rani kesakitan. "Iya, Nak! Mama lagi nggak enak badan.""Iya, Ma! Kita pulang saja!""Terimakasih ya, Nak!""Naufal juga berterimakasih Mama dan Ayah sudah ngajak Naufal pergi bermain di tempat ini."Di atas motor anak itu bertanya lagi kepada Rani."Ma, boleh Naufal tanya kenapa Mama jadi sakit kepala
Read more
PREV
1
...
34567
...
12
DMCA.com Protection Status