All Chapters of Membalas Perselingkuhan Suami ASN: Chapter 181 - Chapter 190

219 Chapters

Bab 181 Dia Ingin Mengambil Suamiku

Sabrina dan Jeni masih menunggu jawaban. Bibir Raisa nampak bergetar hingga perlahan mulai terbuka."Sa-saya." Raisa nampak gugup."Bicara saja, Raisa. Jangan sungkan. Saya dan Mama akan membantu sebisanya," kata Sabrina. Sebelah tangannya masih mengusap punggung tangan Raisa.Raisa menatap Sabrina. Napasnya memburu lebih kencang dari biasanya. Ia menurunkan kembali tatapan."Saya sedang banyak pikiran. Saya hanya bingung dengan nasib saya ke depan. Hidup sendiri tanpa seorang suami. Saya hanya takut," terang Raisa masih menunduk menyembunyikan air mata yang kembali menetes."Kamu jangan takut. Saya dan Mama ada di sini menemani kamu. Jangan bersedih," kata Sabrina yang berusaha menenangkan Raisa. Ia berbicara seperti itu karena ada Jeni di dekatnya."Iya, Raisa. Kami menganggap kamu sebagai keluarga. Kamu jangan takut. Ada kami yang akan membantu kamu. Biarkan saja laki-laki tak bertanggung jawab itu pergi. Laki-laki yang baik gak akan ninggalin kamu sendirian apalagi dalam keadaan ha
last updateLast Updated : 2024-01-06
Read more

Bab 182 Hanya Bisa Pasrah

"Mas, duduklah." Sabrina menepuk sofa di sampingnya setelah itu mengusap pipi dengan beberapa lembar tissue."Kalian kenapa? Kok menangis?" Jaka nampak keheranan. Gegas ia duduk di dekat Sabrina. Menatap istri pertama dan istri kedua secara bergantian."Mas, Raisa ingin pergi. Dia ingin membatalkan perjanjian. Dia tak mau memberikan calon bayinya pada kita." Seketika kepala Sabrina jatuh ke dalam pelukan Jaka. Lagi-lagi ia tak mampu menahan kesedihannya."Apa! Kenapa bisa begini? Apa yang terjadi?" Dengan wajah terkejut Jaka kembali memberondong pertanyaan. Ia terlihat mengusap punggung Sabrina guna menenangkannya."Raisa, kenapa?" tanyanya pada istri kedua.Sabrina melepaskan diri dari dekapan Jaka. Ia mengusap kembali air matanya. "Raisa menginginkanmu, Mas," jawabnya yang lagi-lagi mengejutkan Jaka."Apa maksudnya ini?" Jaka melayangkan tatapan nanar pada Raisa."Saya hanya ingin hidup bersama anak saya, Pak Jaka. Saya juga ingin hidup bahagia dan disayangi seperti Mba Sabrina. Sa
last updateLast Updated : 2024-01-06
Read more

Bab 183 Menemani Madu Melahirkan

"Raisa, akhirnya kamu datang juga."Sabrina segera menghampiri Raisa yang masih mematung di ujung ruangan. Sabrina dan Raisa berjalan bersama melewati pandangan orang-orang yang tertuju kepadanya.Tanpa banyak bicara dan masih saja membisu Raisa mengikuti acara pengajian siang ini yang tampak khidmat.Sabrina dan Raisa duduk berdua saling berdampingan sebab acara pengajian tujuh bulanan hari ini memang untuk Sabrina dan Raisa. Namun tanpa diketahui banyak orang, hanya Sabrina, Jaka dan Raisa yang tahu bahwa acara hari ini adalah untuk kehamilan Raisa.Saat mentari mulai tenggelam di ufuk barat, Sabrina dan Jaka sudah duduk di hadapan Raisa. Mereka akan bicara serius di ruangan kerja milik Jaka yang ada di lantai dua.Sedikit mengesampingkan diri dari orang-orang yang masih memenuhi kediamana Dirgantara di lantai satu, mereka bertiga akan bicara serius di ruangan yang ada di lantai dua.Pintu telah dikunci, alat pendingin ruangan bahkan terasa kurang menyejukan hati yang terasa lebih
last updateLast Updated : 2024-01-07
Read more

Bab 184 Berita Bahagia

Jaka menyaksikan proses yang berat itu. Raisa bertaruh nyawa di ruangan persalinan. Satu jam berlalu, Raisa masih juga belum mampu mengeluarkan bayinya.Hingga tubuh wanita itu terlihat lemah hampir tak sadarkan diri namun masih membuka mata. Tangan kanan telah terpasang selang infusan. Lubang hidungnya dibantu selang oksigen. Napasnya sesak. Tensi darahnya tiba-tiba naik sampai 200/120. Seketika suasana di ruangan bersalin nampak tegang dan panas. Dokter segera memanggil Jaka yang ditemani Sabrina. Mereka berdiri di dekat Raisa yang nampak lemah. Sebelah tangan Raisa terlihat digenggam Sabrina yang turut sendu melihat keadaannya."Kondisi istri Bapak sangat mengkahwatirkan. Kemungkinan melahirkan secara normal sangatlah kecil. Kita harus malakukan operasi. Namun, sayangnya kondisi pasien sangat lemah. Kami khawatir akan berakibat buruk. Sekarang kami meminta keputusan dari Bapak selaku suaminya, silahkan pilih salah satu yang harus diselamatkan, calon bayi apa ibunya." Dokter menjel
last updateLast Updated : 2024-01-07
Read more

Bab 185 Mirip Siapa?

Jeni dibuat terkejut sebab di ruangan itu terlihat Sabrina dan bayi terlihat sehat dan selamat. Ia melangkah dengan cepat mendekat pada Sabrina. Bola matanya seketika berkaca-kaca melihat bayi laki-laki yang mungil dan tampan di samping Sabrina."Ini cucu Mama?" Suara Jeni bergetar saat bertanya. Deru napas terdengar lebih kencang karena rasa bahagia bercampur haru di dalam dada."Iya, Ma," jawab Jaka seraya memeluk mamanya."Subhanalloh. Cucu Mama sudah lahir." Jeni terperangah. Air matanya akhirnya menetes karena bahagia. Selama puluhan tahun Jeni menunggu kehadiran cucu, kini bak kejutan yang sangat mengharukan. Besarnya gunung memang tak sebanding jika dilukiskan dengan rasa bahagia yang kini ia rasakan.Jeni segera menggendong cucunya. Ia sudah menghapus air mata haru di pipi. Mengecup pipi bayi mungil itu berkali-kali sebagai bentuk rasa sayangnya.Menggendong dan mengayun-ayunkan cucunya dengan raut wajah bahagia. Jeni seperti mendapat hadiah yang sangat berharga melebihi intan
last updateLast Updated : 2024-01-08
Read more

Bab 186 Ikhlas Menerima Poligami

Ijah sudah berada di dekat Sabrina. Ia duduk si kursi yang ada di dekat tempat tidur."Sangat penting?" Sabrina mengernyitkan dahi. Beruntung bayi di sampingnya sudah tertidur. "Apa itu, Jah? Bicaralah," titahnya."Sebelumnya saya mau minta maaf jika saya lancang, Non. Tapi saya tidak rela jika Non Raisa menusuk Non Sabi dari belakang," ungkap Ijah.Sabrina semakin dibuat penasaran. "Memangnya kenapa dengan, Raisa?" "Jadi begini, Non—"Belum sempat Ijah menyelesaikan ucapannya, di waktu yang bersamaan Jeni datang kemudian memotong kalimat Ijah."Sabi, Mama sudah buatkan susu untuk kamu ni." Jeni sudah berdiri di dekat Sabrina kemudian menyodorkan segelas susu di tangannya.Seketika Ijah merapatkan bibirnya. Ia menahan kalimatnya karena tak mungkin mengatakan kecurigaannya di depan Jeni."Susu apa ini, Ma?" Sabrina bertanya setelah meraih gelas yang berisi susu berwarna putih dari mertuanya.Dengan wajah semringah Jeni menjawab, "Itu susu untuk wanita menyusui, Sabi. Kamu minum susuny
last updateLast Updated : 2024-01-08
Read more

Bab 187 Jadi Curiga

Sabrina dan Jaka tak bisa memaksa. Kalimat talak telah terucap dari mulut Jaka dan itu atas permintaan Raisa. Hari ini juga setelah membereskan semua barang-barangnya, Raisa nampak memompa ASI ke dalam beberapa botol penyimpanan ASI. Dia terlihat semangat bahkan sesekali terlihat mengukir senyum saat melihat bayinya yang sudah tertidur pulas. "Apakah kamu tetap dengan keputusan awal?" Sabrina bertanya lagi untuk memastikan. Ia masih berharap Raisa membatalkan niatnya. Entah kenapa Sabrina merasakan firasat tak enak tentang Raisa hari ini.Namun, jawaban Raisa masih tetap sama. Ia menganggukan kepala. "Saya akan tetap pergi, Mba. Saya titip Dede Bayi ya. Saya yakin Mba Sabrina akan menjaga dan merawat Dede Bayi dengan baik.""Kamu masih bisa menengok Dede Bayi, Raisa. Kamu masih bisa memberinya ASI kapan pun kamu mau," kata Sabrina menegaskan."Maafkan saya, Mba. Sepertinya saya gak bisa. Saya sudah berjanji akan memulai lembaran baru." Raisa menggelengkan kepala.Sabrina kemudian mem
last updateLast Updated : 2024-01-09
Read more

Bab 188 Meninggal Dunia

Namun baru saja beberapa menit Jeni membuka layar benda persegi itu, suara pintu yang diketuk dari luar seketika membuyarkan suasana.Tok tok tok!"Nyonya, gawat!"Suara Ijah di luar kamar terdengar panik."Ada apa sih dia, ganggu aja," gerutu Jeni."Nyonya, keluarlah. Gawat, Nyonya!" Suara Ijah terus saja memanggil sehingga tak memberi kesempatan pada Jeni untuk meneruskan penyelidikannya."Iya, Ijah. Sebentar," sahut Jeni akhirnya. Ia kemudian bangkit dari tempat duduk di kamarnya. Jeni segera membuka pintu karena Ijah tak mau berhenti memanggilnya."Ada apa?" Jeni bertanya pada Ijah yang raut wajahnya terlihat panik. "Kenapa sih kamu?" imbuhnya bertanya lagi."Itu, Nyonya. Non Sabi memanggil. Gawat katanya, Jupri kecelakaan," lapor Ijah nampak sendu. Bagaimana tidak, Jupri adalah supir pribadi Jeni yang juga merupakan kekasihnya saat ini."Apa! Kecelakaan dimana?" Jeni pun tercengang."Saya tidak tahu, Nyonya. Non Sabi meminta saya memanggil Nyonya untuk ke depan." Bulir bening nam
last updateLast Updated : 2024-01-09
Read more

Bab 189 Semakin Curiga

Jaka masih memeluk Sabrina guna menenangkannya. Dia tak menyangka kalau perjalanan wanita yang sudah memberikan anak kepadanya terasa menyayat hati. Anehnya, tak terdapat luka sedikit pun di bagian tubuh Raisa. Hanya kepala belakang saja yang memar akibat benturan keras. Kecelakaan itu terjadi karena mobil yang ditumpangi Raisa ditabrak oleh truk dari depan. Tubuh Raisa sampai terpental keluar hingga kepala belakang terbentur aspal. Namun ajaibnya tubuh Raisa tak mengalami luka seperti ada yang melindungi.Wanita itu meninggal dalam keadaan masa nifas setelah dua minggu melahirkan. Semua orang yang melayat di rumah Jaka nampak mendoakan semoga Raisa meninggal dalam keadaan syahid.Sabrina menitipkan bayinya pada Sesil yang menjaga di lantai dua. karena Ijah harus pergi melayat Jupri—almarhum kekasihnya. Supir pribadi Jaka itu dipulangkan ke rumah orang tuanya yang masih berada di area Jakarta.Wajah Raisa yang sudah tak bernyawa itu nampak bercahaya. Sabrina melihat bibir Raisa sepert
last updateLast Updated : 2024-01-10
Read more

Bab 190 Mencari Bukti

Ijah terdiam dalam beberapa saat. Ia nampak kebingungan. Dadanya terasa bergetar lebih kencang. Ijah merasa panik."Jah, ayo jelaskan," tekan Jeni sudah tidak sabar."Nyonya, maafkan saya. Sebenarnya saya merasa janggal dengan kehadiran almarhum Non Raisa semasa hidupnya. Saat Non Raisa tinggal di sini saya melihat malam hari saat semuanya sudah tertidur pulas, Tuan Jaka malah baru keluar dari kamar Non Raisa kala itu. Tiba-tiba Non Raisa juga hamil berbarengan dengan Non Sabi. Eh tak lama melahirkan juga bareng-bareng. Dan yang lebih mengherankan adalah, wajah Dede Bayi yang sangat mirip dengan almarhum Non Raisa," jeras Ijah terpaksa mengeluarkan uneg-unegnya."Apa! Kamu yakin dengan penjelasan kamu?" Jeni nampak terkejut."Saya bicara apa adanya, Nyonya. Saya bicara sesuai dengan apa yang saya lihat dan saya rasakan selama sembilan bulan Non Raisa tinggal di rumah ini." Ijah membenarkan. "Saya juga sering melihat Non Raisa meminta dibelikan makanan pada Tuan Jaka tanpa sungkan. No
last updateLast Updated : 2024-01-10
Read more
PREV
1
...
171819202122
Scan code to read on App
DMCA.com Protection Status