Semua Bab Membalas Perselingkuhan Suami ASN: Bab 171 - Bab 180

219 Bab

Bab 171 Bertemu Istri Muda

Dalam beberapa saat, Jaka dan Sabrina nampak mematung. Mereka tak menyangka kalau Jeni benar-benar akan meminta bantuan Raisa untuk menemani Sabrina."Tidak usah. Sabrina akan ditemani orang lain," tegas Jaka pada Raisa."Tapi, Mas. Aku tidak akan kenapa-kenapa kalau pun Raisa yang harus menemani selama Mama pergi," timpal Sabrina. Mereka masih melakukan sambungan telepon bersama Raisa."Tidak, Sabi. Tolong hargai keputusanku. Semua ini karena aku menghargai kamu sebagai istriku," tegas Jaka pada Sabrina."Baiklah, aku menurut." Sabrina menurunkan tatapan. Ia sangat paham maksud suaminya.Kemudian Jaka kembali berbicara pada Raisa lewat benda pipih yang masih berada pada telapak tangannya."Raisa, tolong kamu tolak permintaan mama saya. Saya tidak bisa mengizinkan kamu dan Sabrina tinggal dalam satu rumah. Semoga kamu paham," tegas Jaka pada Raisa lagi."Baik, Pak. Saya akan mematuhi perintah Pak Jaka." Suara Raisa mengiyakan perintah suaminya.Tak ada ucapan pamit atau pun kalimat ak
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-01-01
Baca selengkapnya

Bab 172 Hamil

Sabrina dan Jaka saling melempar tatapan. Dalam hati mereka cukup penasaran dengan sesuatu yang akan disampaikan Raisa.Cuaca siang ini cukup cerah, langit nampak berwarna biru disertai semilir angin yang sesekali masuk melewati pintu rumah Raisa yang nampak terbuka lebar.Setelah beberapa menit, Raisa kembali sambil menjinjing paper bag di tangan kirinya. Sementara tangan kanannya tampak menggenggam sebuah kotak persegi berukuran kecil."Ini Jas Pak Jaka yang tertinggal di sini." Raisa menyodorkan paper bag pada Sabrina."Jas!" Sabrina mengernyitkan dahi."Iya, Mba Sabrina. Ini jas Pak Jaka. Tertinggal dan tak sengaja sempat terlihat oleh Tante Jeni saat berkunjung ke sini tempo lalu." Raisa menerangkan.Seketika Jaka paham. 'Pantas saja kemarin Mama mempertanyakan mengenai jas itu. Rupanya tertinggal. Bisa-bisanya aku seteledor ini,' rutuk Jaka dalam hati.Namun berbeda dengan Sabrina, lagi-lagi wanita berlesung pipi itu berusaha menyadarkan diri kalau pria yang duduk di sampingnya
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-01-01
Baca selengkapnya

Bab 173 Satu Atap Dengan Madu

Siang ini Jaka dan Sabrina segera membawa Raisa untuk pergi ke Dokter kandungan. Demi meyakinkan jawaban, Mereka ingin mengetahui berapa usia kehamilan Raisa saat ini."Pak Jaka, sedang apa berada di Dokter kandungan?" Salah satu wanita menyapa dan bertanya pada Jaka saat bertemu di depan poli Dokter kandungan. Tentu Jaka duduk di dekat Sabrina.Wanita yang bertanya itu adalah salah satu kariyawan Jaka di kantornya."Istri saya sedang hamil dan akan periksa kandungan," jawab Jaka segera."Oh ya! Selamat ya, Mba Sabrina dan Pak Jaka." Wanita itu nampak bahagia dengan berita yang baru saja di dengarnya. Ia segera menyodorkan sebelah telapak tangan kanan pada Sabrina dan Jaka guna mengucapkan kalimat suka citanya."Terima kasih ya," balas Sabrina.Setelah itu, wanita tadi pergi dengan ramah tanpa bertanya tentang Raisa yang duduk di samping Sabrina.Tak lama Raisa dipanggil Dokter. Ditemani Jaka dan Sabrina, Raisa masuk ke dalam ruang pemeriksaan kehamilan. Perutnya dilakukan pemeriksaa
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-01-02
Baca selengkapnya

Bab 174 Melapor

"Pusing." Raisa menekan kepalanya dengan kedua telapak tangan. Ia merasa perut dan kepala seperti tidak baik-baik saja."Mas!" Sabrina segera memanggil Jaka. Ia melihat Raisa nampak lemah."Iya!" Jaka menghampiri."Tolong bawa Raisa ke kamarnya, Mas. Sepertinya dia lemas," pinta Sabrina nampak cemas.Jaka tak bisa menolak. Ia mengiyakan dan segera membopong Raisa ke kamar tamu. Sementara Sabrina mengekori di belakangnya.Mereka tak sadar dengan keberadaan Ijah dan dua pembantu lagi yang mengamati pemandangan kurang pantas menurut mereka."Kok Non Sabi gak marah sih melihat suaminya menggendong wanita lain?" celetuk salah satu pembantu di dekat Ijah."Non Sabi mana bisa marah, kan itu terpaksa, Siti. Tuan Jaka 'kan hanya menolong." Ijah segera membantah untuk sekedar menepis pikiran buruknya."Tapi 'kan tetap saja bukan muhrim," tekan Siti. Pembantu yang berusia dua puluh tahun itu tetap saja merasa aneh dengan pemandangan majikannya."Iya juga sih. Biasanya juga Tuan Jaka gak pernah g
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-01-02
Baca selengkapnya

Bab 175 Pergi Kemana Suamiku?

Seketika Jaka nampak gugup. Ia melemparkan tatapan pada Sabrina yang duduk di sampingnya."M-Mama, Mama tahu dari mana?" Jaka malah berbalik tanya. Ia masih gugup."Tidak penting Mama tahu dari mana. Mama tanya sama kamu, apa benar Raisa tinggal di rumah?" tanya Jeni lagi."Hanya sementara saja, Ma." Jaka tak bisa mengelak."Kamu berubah pikiran? Bukankah tempo lalu kamu menolak kalau Raisa tinggal di rumah kita?" Jeni terdengar menyindir."Sabi merasa kasihan pada Raisa. Dalam keadaan sakit Raisa sendirian di rumahnya. Sabi iba dan mengajak Raisa tinggal sementara sampai suaminya pulang," elak Jaka meski dalam hati ia merasa bersalah karena lagi-lagi harus berbohong."Oh iya Mama ingat. Katanya Raisa memang sudah menikah. Raisa bilang suaminya kerja di luar kota. Tapi, apa tak akan mengganggu Sabi? Mama gak mau Sabi kecapean, Jaka." Lagi-lagi Jeni menekan."Sabi gak akan kecapean, Ma. Ada suster yang mengurus semua keperluan Sabi. Sementara Raisa hanya menemani Sabi saja," alasan Jak
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-01-03
Baca selengkapnya

Bab 176 Sesakit Itukah Dimadu

Sabrina telah kembali ke kamarnya. Ia segera menutup kembali pintu kamar dengan pelan. Bersamaan dengan itu, air matanya tumpah ruah di pipi tanpa bisa dibendung. Sabrina terduduk lemas di atas ranjang. Isi dada terasa hancur. Ia tak menyangka rasanya akan sesakit itu.Sabrina menyangka kalau suaminya tengah berada di kamar Raisa. Meski pun sudah berusaha ikhlas dimadu, namun tetap saja ia merasakan sakit yang luar biasa saat mengetahuinya."Ya Tuhan, kuatkan iman hamba." Dalam hatinya Sabrina tersedu-sedu. Kepalanya tertunduk bersamaan dengan air mata yang terus saja membasahi pipi. Ia benci dengan pikirannya sendiri. Ia benci tatkala membayangkan apa yang tengah dilakukan Jaka dan Raisa di kamar tamu.Sabrina menutupi telinganya tatkala bisikan-bisikan terasa memanas-manasi telinganya. Deru suara napas bahkan terasa lebih kencang. Sabrina merasa sesak. Ia tak bisa mengatur napas. Inilah hal yang tak pernah ia bayangkan saat dipoligami. Ketika api cemburu membakar jiwa sampai jantung
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-01-03
Baca selengkapnya

Bab 177 Menahan Cemburu

Sabrina tercengang dengan penuturan Ijah. Bagaimana bisa Ijah berbicara seolah tahu yang sebenarnya."Kok kamu bicara seperti itu, Jah?" Sabrina bertanya segera. Ijah kemudian duduk di kursi dekat Sabrina bagaikan seorang sahabat."Saya tidak ada niat apa-apa, Non. Saya hanya memberi saran sebagai mana petuah yang selalu saya dengar," balas Ijah beralasan. Padahal dalam hatinya ia merasakan kecurigaan pada Raisa, apalagi setelah melihat Jaka keluar dari kamar Raisa malam kemarin."Saya paham. Terima kasih ya, saran kamu sangat bagus. Tapi, Raisa sudah menikah. Dia sedang hamil. Saya yakin dia tidak akan berbuat macam-macam," terang Sabrina berbicara dengan lembut pada pembantu rumah tangga di rumah itu. Ia berusaha menyembunyikan kenyataan yang sebenarnya dari Ijah.'Semoga saja Ijah percaya pada penjelasanku. Aku gak mau Ijah berpikir yang aneh-aneh tentang Raisa,' sambungnya bergumam dalam hati."Tapi, Non. Tetap saja Non Sabrina harus berhati-hati ya. Saya hanya tidak mau Non Sabr
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-01-04
Baca selengkapnya

Bab 178 Cemburu Menguras Hati

Siang harinya, Raisa mencari Ijah dengan mengelilingi sediap sudut di rumah besar itu. Raisa masih ingat dengan pesan Sabrina dan Jaka yang mengatakan untuk selalu memanggil Ijah jika butuh bantuan di rumah.Namun siang itu Raisa sama sekali tak melihat Ijah dimana-mana. Pembantu rumah tangga itu tak terlihat batang hidungnya padahal Raisa telah mencari ke setiap sudut ruangan sampai merasa lelah.Raisa terduduk di atas kursi di ruang belakang. Ia kelelahan dan terlihat lesu. Sesekali Raisa memegangi perutnya yang terasa lapar. Makanan lezat yang nampak di atas meja makan terasa mual saat aromanya memasuki lubang hidung. Raisa pun merasa aneh dengan dirinya sendiri yang akhir-akhir ini menjadi manja dan menginginkan makanan yang aneh-aneh.Tak lama, yang ditunggu-tunggu akhirnya muncul. Ijah terlihat lewat acuh di depan Raisa sambil membawa paper bag yang berisi belanjaan bumbu dapur yang telah ia beli."Ijah, akhirnya kamu datang juga." Raisa nampak menghela napas lega saat melihat I
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-01-04
Baca selengkapnya

Bab 179 Tegar

Seketika ada yang menancap di jantung Sabrina. Namun ia tetap mengukir senyum dan menangguk paham. Mereka berdua segera beranjak dari tempat duduk setelah makan siang selesai. Jaka harus segera pulang karena tadi ia mendapatkan telepon dari Raisa sambil menangis meminta dibelikan siomay padanya.Dalam hatinya, Sabrina merasa perih bak tersayat belati. Ia sudah mencoba menepis lukanya namun tetap saja sulit. Melihat suaminya jadi perhatian pada Raisa membuat Sabrina merasakan lukanya begitu dalam. 'Sabi, tolong jangan bersedih. Ini semua hanya sementara. Mas Jaka akan tetap kembali padamu setelah ini,' batinnya yang terus menyadarkan diri.Mereka berdua sudah berada di dalam mobil dan tak banyak bicara. Sesekali Jaka tersenyum pada Sabrina dan kembali meluruskan tatapannya ke jalan raya. Sementara Sabrina, ia tengah susah payah berusaha membendung air mata agar tidak sampai keluar apalagi jatuh di depan Jaka.Kedatangan mereka berdua di rumah disambut riang oleh Raisa yang langsung me
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-01-05
Baca selengkapnya

Bab 180 Madu Yang Cemburu

"Hei, Raisa!"Nampaknya Jeni menyadari keberadaan Raisa dan segera memanggilnya.Raisa segera menghapus air mata yang sempat menetes. Ia keluar dari kamar. Dengan langkah yang pelan ia menghampiri Jeni yang tengah melepas rindu bersama Jaka dan Sabrina."Raisa, kamu apa kabar? Kamu sedang hamil juga?" Jeni tercengang saat melihat perut buncit Raisa."Iya, Tante. Kabar saya baik," jawab Raisa menundukan kepalanya."Berapa bulan usia kehamilan kamu?" Jeni bertanya lagi karena penasaran."Sudah enam bulan, Tante." Suara Raisa sedikit pelan."Oh sama dengan usia kehamilan Sabi ya. Lalu, kemana suami kamu?" Bagaikan wartawan saja, lagi-lagi Jeni bertanya.Raisa gugup. Ia melemparkan tatapan pada Jaka dan Sabrina secara bergantian. Wanita berhijab itu nampak gugup harus menjawab apa."Suaminya gak ada kabar, Ma. Pergi begitu saja. Makanya sampai sekarang Raisa tinggal di sini. 'Kan kasihan dia sedang hamil jika harus melewatinya sendirian." Jaka menjawab pertanyaan yang bukan tertuju padany
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-01-05
Baca selengkapnya
Sebelumnya
1
...
1617181920
...
22
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status