Beranda / Rumah Tangga / Membalas Perselingkuhan Suami ASN / Bab 175 Pergi Kemana Suamiku?

Share

Bab 175 Pergi Kemana Suamiku?

Penulis: Miss_Pupu
last update Terakhir Diperbarui: 2024-01-03 14:08:10

Seketika Jaka nampak gugup. Ia melemparkan tatapan pada Sabrina yang duduk di sampingnya.

"M-Mama, Mama tahu dari mana?" Jaka malah berbalik tanya. Ia masih gugup.

"Tidak penting Mama tahu dari mana. Mama tanya sama kamu, apa benar Raisa tinggal di rumah?" tanya Jeni lagi.

"Hanya sementara saja, Ma." Jaka tak bisa mengelak.

"Kamu berubah pikiran? Bukankah tempo lalu kamu menolak kalau Raisa tinggal di rumah kita?" Jeni terdengar menyindir.

"Sabi merasa kasihan pada Raisa. Dalam keadaan sakit Raisa sendirian di rumahnya. Sabi iba dan mengajak Raisa tinggal sementara sampai suaminya pulang," elak Jaka meski dalam hati ia merasa bersalah karena lagi-lagi harus berbohong.

"Oh iya Mama ingat. Katanya Raisa memang sudah menikah. Raisa bilang suaminya kerja di luar kota. Tapi, apa tak akan mengganggu Sabi? Mama gak mau Sabi kecapean, Jaka." Lagi-lagi Jeni menekan.

"Sabi gak akan kecapean, Ma. Ada suster yang mengurus semua keperluan Sabi. Sementara Raisa hanya menemani Sabi saja," alasan Jak
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

  • Membalas Perselingkuhan Suami ASN   Bab 176 Sesakit Itukah Dimadu

    Sabrina telah kembali ke kamarnya. Ia segera menutup kembali pintu kamar dengan pelan. Bersamaan dengan itu, air matanya tumpah ruah di pipi tanpa bisa dibendung. Sabrina terduduk lemas di atas ranjang. Isi dada terasa hancur. Ia tak menyangka rasanya akan sesakit itu.Sabrina menyangka kalau suaminya tengah berada di kamar Raisa. Meski pun sudah berusaha ikhlas dimadu, namun tetap saja ia merasakan sakit yang luar biasa saat mengetahuinya."Ya Tuhan, kuatkan iman hamba." Dalam hatinya Sabrina tersedu-sedu. Kepalanya tertunduk bersamaan dengan air mata yang terus saja membasahi pipi. Ia benci dengan pikirannya sendiri. Ia benci tatkala membayangkan apa yang tengah dilakukan Jaka dan Raisa di kamar tamu.Sabrina menutupi telinganya tatkala bisikan-bisikan terasa memanas-manasi telinganya. Deru suara napas bahkan terasa lebih kencang. Sabrina merasa sesak. Ia tak bisa mengatur napas. Inilah hal yang tak pernah ia bayangkan saat dipoligami. Ketika api cemburu membakar jiwa sampai jantung

    Terakhir Diperbarui : 2024-01-03
  • Membalas Perselingkuhan Suami ASN   Bab 177 Menahan Cemburu

    Sabrina tercengang dengan penuturan Ijah. Bagaimana bisa Ijah berbicara seolah tahu yang sebenarnya."Kok kamu bicara seperti itu, Jah?" Sabrina bertanya segera. Ijah kemudian duduk di kursi dekat Sabrina bagaikan seorang sahabat."Saya tidak ada niat apa-apa, Non. Saya hanya memberi saran sebagai mana petuah yang selalu saya dengar," balas Ijah beralasan. Padahal dalam hatinya ia merasakan kecurigaan pada Raisa, apalagi setelah melihat Jaka keluar dari kamar Raisa malam kemarin."Saya paham. Terima kasih ya, saran kamu sangat bagus. Tapi, Raisa sudah menikah. Dia sedang hamil. Saya yakin dia tidak akan berbuat macam-macam," terang Sabrina berbicara dengan lembut pada pembantu rumah tangga di rumah itu. Ia berusaha menyembunyikan kenyataan yang sebenarnya dari Ijah.'Semoga saja Ijah percaya pada penjelasanku. Aku gak mau Ijah berpikir yang aneh-aneh tentang Raisa,' sambungnya bergumam dalam hati."Tapi, Non. Tetap saja Non Sabrina harus berhati-hati ya. Saya hanya tidak mau Non Sabr

    Terakhir Diperbarui : 2024-01-04
  • Membalas Perselingkuhan Suami ASN   Bab 178 Cemburu Menguras Hati

    Siang harinya, Raisa mencari Ijah dengan mengelilingi sediap sudut di rumah besar itu. Raisa masih ingat dengan pesan Sabrina dan Jaka yang mengatakan untuk selalu memanggil Ijah jika butuh bantuan di rumah.Namun siang itu Raisa sama sekali tak melihat Ijah dimana-mana. Pembantu rumah tangga itu tak terlihat batang hidungnya padahal Raisa telah mencari ke setiap sudut ruangan sampai merasa lelah.Raisa terduduk di atas kursi di ruang belakang. Ia kelelahan dan terlihat lesu. Sesekali Raisa memegangi perutnya yang terasa lapar. Makanan lezat yang nampak di atas meja makan terasa mual saat aromanya memasuki lubang hidung. Raisa pun merasa aneh dengan dirinya sendiri yang akhir-akhir ini menjadi manja dan menginginkan makanan yang aneh-aneh.Tak lama, yang ditunggu-tunggu akhirnya muncul. Ijah terlihat lewat acuh di depan Raisa sambil membawa paper bag yang berisi belanjaan bumbu dapur yang telah ia beli."Ijah, akhirnya kamu datang juga." Raisa nampak menghela napas lega saat melihat I

    Terakhir Diperbarui : 2024-01-04
  • Membalas Perselingkuhan Suami ASN   Bab 179 Tegar

    Seketika ada yang menancap di jantung Sabrina. Namun ia tetap mengukir senyum dan menangguk paham. Mereka berdua segera beranjak dari tempat duduk setelah makan siang selesai. Jaka harus segera pulang karena tadi ia mendapatkan telepon dari Raisa sambil menangis meminta dibelikan siomay padanya.Dalam hatinya, Sabrina merasa perih bak tersayat belati. Ia sudah mencoba menepis lukanya namun tetap saja sulit. Melihat suaminya jadi perhatian pada Raisa membuat Sabrina merasakan lukanya begitu dalam. 'Sabi, tolong jangan bersedih. Ini semua hanya sementara. Mas Jaka akan tetap kembali padamu setelah ini,' batinnya yang terus menyadarkan diri.Mereka berdua sudah berada di dalam mobil dan tak banyak bicara. Sesekali Jaka tersenyum pada Sabrina dan kembali meluruskan tatapannya ke jalan raya. Sementara Sabrina, ia tengah susah payah berusaha membendung air mata agar tidak sampai keluar apalagi jatuh di depan Jaka.Kedatangan mereka berdua di rumah disambut riang oleh Raisa yang langsung me

    Terakhir Diperbarui : 2024-01-05
  • Membalas Perselingkuhan Suami ASN   Bab 180 Madu Yang Cemburu

    "Hei, Raisa!"Nampaknya Jeni menyadari keberadaan Raisa dan segera memanggilnya.Raisa segera menghapus air mata yang sempat menetes. Ia keluar dari kamar. Dengan langkah yang pelan ia menghampiri Jeni yang tengah melepas rindu bersama Jaka dan Sabrina."Raisa, kamu apa kabar? Kamu sedang hamil juga?" Jeni tercengang saat melihat perut buncit Raisa."Iya, Tante. Kabar saya baik," jawab Raisa menundukan kepalanya."Berapa bulan usia kehamilan kamu?" Jeni bertanya lagi karena penasaran."Sudah enam bulan, Tante." Suara Raisa sedikit pelan."Oh sama dengan usia kehamilan Sabi ya. Lalu, kemana suami kamu?" Bagaikan wartawan saja, lagi-lagi Jeni bertanya.Raisa gugup. Ia melemparkan tatapan pada Jaka dan Sabrina secara bergantian. Wanita berhijab itu nampak gugup harus menjawab apa."Suaminya gak ada kabar, Ma. Pergi begitu saja. Makanya sampai sekarang Raisa tinggal di sini. 'Kan kasihan dia sedang hamil jika harus melewatinya sendirian." Jaka menjawab pertanyaan yang bukan tertuju padany

    Terakhir Diperbarui : 2024-01-05
  • Membalas Perselingkuhan Suami ASN   Bab 181 Dia Ingin Mengambil Suamiku

    Sabrina dan Jeni masih menunggu jawaban. Bibir Raisa nampak bergetar hingga perlahan mulai terbuka."Sa-saya." Raisa nampak gugup."Bicara saja, Raisa. Jangan sungkan. Saya dan Mama akan membantu sebisanya," kata Sabrina. Sebelah tangannya masih mengusap punggung tangan Raisa.Raisa menatap Sabrina. Napasnya memburu lebih kencang dari biasanya. Ia menurunkan kembali tatapan."Saya sedang banyak pikiran. Saya hanya bingung dengan nasib saya ke depan. Hidup sendiri tanpa seorang suami. Saya hanya takut," terang Raisa masih menunduk menyembunyikan air mata yang kembali menetes."Kamu jangan takut. Saya dan Mama ada di sini menemani kamu. Jangan bersedih," kata Sabrina yang berusaha menenangkan Raisa. Ia berbicara seperti itu karena ada Jeni di dekatnya."Iya, Raisa. Kami menganggap kamu sebagai keluarga. Kamu jangan takut. Ada kami yang akan membantu kamu. Biarkan saja laki-laki tak bertanggung jawab itu pergi. Laki-laki yang baik gak akan ninggalin kamu sendirian apalagi dalam keadaan ha

    Terakhir Diperbarui : 2024-01-06
  • Membalas Perselingkuhan Suami ASN   Bab 182 Hanya Bisa Pasrah

    "Mas, duduklah." Sabrina menepuk sofa di sampingnya setelah itu mengusap pipi dengan beberapa lembar tissue."Kalian kenapa? Kok menangis?" Jaka nampak keheranan. Gegas ia duduk di dekat Sabrina. Menatap istri pertama dan istri kedua secara bergantian."Mas, Raisa ingin pergi. Dia ingin membatalkan perjanjian. Dia tak mau memberikan calon bayinya pada kita." Seketika kepala Sabrina jatuh ke dalam pelukan Jaka. Lagi-lagi ia tak mampu menahan kesedihannya."Apa! Kenapa bisa begini? Apa yang terjadi?" Dengan wajah terkejut Jaka kembali memberondong pertanyaan. Ia terlihat mengusap punggung Sabrina guna menenangkannya."Raisa, kenapa?" tanyanya pada istri kedua.Sabrina melepaskan diri dari dekapan Jaka. Ia mengusap kembali air matanya. "Raisa menginginkanmu, Mas," jawabnya yang lagi-lagi mengejutkan Jaka."Apa maksudnya ini?" Jaka melayangkan tatapan nanar pada Raisa."Saya hanya ingin hidup bersama anak saya, Pak Jaka. Saya juga ingin hidup bahagia dan disayangi seperti Mba Sabrina. Sa

    Terakhir Diperbarui : 2024-01-06
  • Membalas Perselingkuhan Suami ASN   Bab 183 Menemani Madu Melahirkan

    "Raisa, akhirnya kamu datang juga."Sabrina segera menghampiri Raisa yang masih mematung di ujung ruangan. Sabrina dan Raisa berjalan bersama melewati pandangan orang-orang yang tertuju kepadanya.Tanpa banyak bicara dan masih saja membisu Raisa mengikuti acara pengajian siang ini yang tampak khidmat.Sabrina dan Raisa duduk berdua saling berdampingan sebab acara pengajian tujuh bulanan hari ini memang untuk Sabrina dan Raisa. Namun tanpa diketahui banyak orang, hanya Sabrina, Jaka dan Raisa yang tahu bahwa acara hari ini adalah untuk kehamilan Raisa.Saat mentari mulai tenggelam di ufuk barat, Sabrina dan Jaka sudah duduk di hadapan Raisa. Mereka akan bicara serius di ruangan kerja milik Jaka yang ada di lantai dua.Sedikit mengesampingkan diri dari orang-orang yang masih memenuhi kediamana Dirgantara di lantai satu, mereka bertiga akan bicara serius di ruangan yang ada di lantai dua.Pintu telah dikunci, alat pendingin ruangan bahkan terasa kurang menyejukan hati yang terasa lebih

    Terakhir Diperbarui : 2024-01-07

Bab terbaru

  • Membalas Perselingkuhan Suami ASN   Bab 219 Akhir Yang Indah

    Suatu hari Jaka memanggil Sabrina dan anak-anaknya di ruang keluarga. Di sana juga ada Jeni yang turut serta hadir. Jaka meminta pada Sabrina untuk bersiap-siap karena mereka akan pergi ke pusat perbelanjaan untuk membeli pakaian baru.Awalnya Sabrina terlihat ragu menerima tawaran suaminya, akan tetapi ia menyanggupi karena Jaka memaksa dan tak mau ditolak ajakannya.Hingga akhirnya dua kendaraan roda empat akan melaju menuju pusat perbelanjaan untuk membeli beberapa pakaian baru. Dua mobil itu berisi Jaka, Sabrina, Jeni dan empat anak termasuk suster yang turut serta mendampingin. Mereka akan belanja bersama terutama untuk keperluan ulang tahun Aksa yang tinggal menghitung hari.Sabrina nampak berjalan seiringan dengan Jaka setelah sampai di pusat perbelanjaan. Jaka meminta Sabrina memilih apa pun yang diinginkan. Wanita mana yang tak bahagia dengan perlakuan suami seperti Jaka. Sabrina bagaikan satu-satunya wanita paling beruntung di dunia."Sayang, kamu pilih apa pun yang kamu but

  • Membalas Perselingkuhan Suami ASN   Bab 218 Sedikit Gangguan

    "Kenapa, Ma?" Sabrina segera bertanya. Tentu ia masih terkajut dengan jawaban mertuanya."Tapi bohong. Mama setuju dong. Masa iya Mama gak setuju," ralat Jeni yang rupanya hanya bercanda saja.Seketika Sabrina dan Aksa menghela napas lega secara bersamaan."Ya ampun, Mama. Sungguh aku sampai kaget. Aku pikir Mama benar-benar gak setuju." Sabrina mengusap dadanya. Tak disangka kalau mertuanya senang bergurau."Omah, Aksa juga kaget," timpal Aksa masih memasang wajah terkejutnya.Gegas Jeni memeluk Aksa. "Maaf, Sayang. Omah bercanda. Omah 'kan sayang sama Aksa, masa iya gak setuju. Kita akan rayakan ulang tahun Aksa dengan meriah ya. Pokonya kita akan happy-happy," sambutnya. Jeni tampak menampilkan wajah bahagianya kali ini."Terima kasih, Omah. Aksa sayang sekali sama Omah," ucap Aksa yang kembali memeluk Jeni."Omah juga sayang sama, Aksa," balas Jeni.Melihat itu, Sabrina semakin melebarkan senyumannya. Ia semakin dibuat bahagia dengan keadaan di rumah mewah itu."Terima kasih ya, M

  • Membalas Perselingkuhan Suami ASN   Bab 217 Perhatian Yang Sempurna

    Mendengar cerita Sabrina, seketika Jeni tercengang. "Lalu, apa yang Raisa sampaikan sama kamu, Sabi?" tanyanya penasaran."Raisa mengucapkan terima kasih padaku, Ma. Dia berterima kasih karena aku tela merawat dan menjaga Abang Yusuf dengan baik." Sabrina kembali menjelaskan.Isi dada Jeni terasa bergetar mendengar itu. "Pasti Raisa merasa tenang di alam sana. Kamu telah menjaga Yusuf dengan baik. Mama yakin Raisa bangga padamu, Sabi."Sabrina menurunkan tatapan. Ia masih ingat dengan jelas wajah Raisa kala itu. "Semoga saja ya, Ma. Aku tidak menganggap Abang Yusuf anak tiri kok. Meski pun dia tak lahir dari rahimku, aku menyayanginya bagai anak kandung sendiri," tuturnya."Karena kamu memang wanita baik, Sabi. Mama sungguh bangga bisa mendapatkan menantu seperti kamu. Jaka memang tak pernah salah mencintai kamu," balas Jeni. Sabrina hanya bisa menyodorkan senyuman saat sang mertua memujinya.Sampai saat ini dunia Sabrina memang terasa lebih berwarna dari biasanya. Anak-anaknya berpa

  • Membalas Perselingkuhan Suami ASN   Bab 216 Kebahagiaan Yang Sempurna

    Satu bulan kemudian keluarga Dirgantara nampak disibukan dengan persiapan pernikahan Sesil yang tinggal menghitung hari.Adik Sabrina itu nampak disibukan dengan segala macam persiapan menjelang pernikahannya. Hingga Sabrina pun harus turun tangan dalam membantu adik kandungnya itu.Hingga tiba pada saat ijab kabul pernikahan terucap dengan lantangnya oleh pria yang Sesil cintai. Pernikahan telah sah dilangsungkan dan Sesil telah diperistri kekasihnya. Satu hari usai pernikahan, Sesil dan suaminya langsung terbang ke bali untuk bulan madu selama satu minggu. Tentu suasana saat ini semakin membuat Sabrina lega dan bahagia karena tugasnya menjaga Sesil kini telah berpindah pada suami Sesil.Sabrina kian merasa bahagia dengan keluarga saat ini. Ia juga bahagia dengan kesibukannya saat ini sebagai ibu rumah tangga untuk empat anak-anaknya.Pagi ini bahkan Sabrina nampak sibuk menyiapkan perlengkapan sekolah Aksa. Sabrina juga selalu menemani Aksa sarapan di ruang makan bersama Jaka yang j

  • Membalas Perselingkuhan Suami ASN   Bab 215 Mimpi

    Sabrina dan Jaka mengukir senyuman yang lebar tatkala melihat Sesil dan Jeni berpelukan. Keluarga yang nyaris sempurna setelah beberapa kali terpa ujian."Permisi, Nyonya. Makan malam sudah siap." Ijah melapor pada majikannya yang tengah bercengkerama."Oh iya. Terima kasih, Jah," ucap Jeni.Ijah tersenyum. "Sama-sama, Nyonya," balasnya kemudian berlalu setelah tugasnya selesai.Sementara Jeni segera mengajak keluarganya untuk segera makan malam, "Ayo kita makan malam bersama dulu yu."Serentak Sabrina, Aksa, Jaka dan Sesil mengangguk secara bersamaan sebagai pertanda mengiyakan ajakan Jeni barusan. Gegas mereka beranjak dari tempat duduk beralih menuju ruang makan.Di atas meja makan sudah tersaji aneka makanan yang lezat hasil dari masakan Ijah. Pembantu rumah tangga itu memang spesial memasak untuk malam ini. Melihat keluarga majikannya yang akur dan bahagia, ia merasa sangat senang.Ijah, Siti dan Iyem yang berada di ruangan sebelah ruang makan nampak tersenyum melihat kebersamaan

  • Membalas Perselingkuhan Suami ASN   Bab 214 Rencana Pernikahan Sesil

    Sabrina akhirnya membiarkan Aksa tetap ikut bersama Sesil. Ia juga paham sebab tak ada yang menemani Sesil di rumahnya. Sabrina kembali masuk ke mobil suaminya.Sementara Aksa satu mobil bersama Sesil akan kembali ke rumahnya. Suasana hati Aksa sedikit membaik setelah ditenangkan oleh Sabrina tadi. Air matanya sudah surut namun ia memilih tetap diam dalam perjalanan pulang tanpa banyak bicara.Sesekali sebelah tangan Sesil mengusap rambut tebal Aksa. Sulit dijelaskan, tapi dia sudah menyayangi Aksa. Aksa memang terlahir dari orang tua yang tak lain adalah mantan suami Sabrina tapi Sesil tak lagi mempermasalahkan itu. Ia sudah menyayangi Aksa dengan sebenar-benarnya.'Ya Tuhan, anak kecil di dekatku sungguh malang. Dia tak menginginkan kesedihan ini terjadi. Izinkan hamba untuk selalu menjaga dan merawatnya sampai dewasa nanti,' harap Sesil dalam hati.Harapan yang sama yang tengah diucapkan Sabrina saat ini. Dalam perjalanan pulang bersama suaminya, Sabrina masih memikirkan perasaan A

  • Membalas Perselingkuhan Suami ASN   Bab 213 Mantan Suami Meninggal Dunia

    "Aku dan Aksa akan melayat, Mba. Aku akan mengantar Aksa. Kasihan kan," balas Sesil.Sabrina kembali dibuat dilema. Bagaimana mungkin ia akan tega membiarkan Aksa bersedih sendirian. Anak itu telah kehilangan segalanya. Orang tua satu-satunya Aksa kini turut berpulang ke sisi Tuhan karena penyakit komplikasi yang diidap. Sabrina tak pernah menyangka dengan kehidupan mantan suaminya yang memilukan."Sil, aku juga ingin ikut melayat. Aku kasihan pada Aksa. Tapi aku akan minta izin Mas Jaka terlebih dahulu ya," kata Sabrina. Ia masih menempelkan benda pipih itu pada telinganya."Kita ketemu di rumah tahanan saja ya, Mba. Kasihan Aksa tak bisa menunggu lagi." Sesil kembali bicara."Iya, aku ingin bicara dengan Aksa terlebih dahulu " pinta Sabrina."Boleh, Mba." Dalam detik yang sama, sepertinya Sesil langsung memberikan ponsel pintarnya pada Aksa."Iya, Ibu." Suara Aksa terdengar bergetar berat."Aksa, dengarkan Ibu ya. Tetap tenang. Semuanya akan baik-baik saja. Aksa dan Kak Sesil pergi

  • Membalas Perselingkuhan Suami ASN   Bab 212 Kabar Buruk Dan Kabar Baik

    Sabrina sudah berdiri di depan rumah. Ia segera bertanya pada security di depan rumahnya."Mas, itu ambulance kemana?" tanya Sabrina pada pria berseragam layaknya security di rumahnya itu. Degup jantungnya masih sama, sebab suara sirine ambulance semakian mendekati arah rumahnya."Itu ada tetangga rumah sebelah yang meninggal, Non," jawab Security Sabrina.Seketika Sabrina menghela napas lega. "Saya pikir siapa. Kaget banget," desisnya. Akhirnya napas yang sempat tersengal kini mulai terasa lancar."Hanya tetangga, Non. Kabarnya meninggal karena kecelakaan," jelas security itu lagi."Ya sudah saya masuk lagi ya. Kabari saya kalau Mas Jaka pulang," pinta Sabrina."Siap, Non." Pria itu dengan tegasnya.Sabrina kemudian segera masuk kembali ke rumahnya. Ia masih belum juga tenang sebab belum mendapatkan kabar dari suaminya. Ia tak bisa menelepon Jaka lagi, sebab anak kembarnya minta ASI. Seperti biasa, Sabrina menyusui anak kembarnya secara bergantian. Ia selalu melakukan kewajibannya se

  • Membalas Perselingkuhan Suami ASN   Bab 211 Suara Ambulance

    "Klinik yang di dekat toko, Mba. Duh kasihan sekali Aksa. Aku sampai gak tega melihatnya. Sedari tadi Aksa mengigau nama papanya terus," kata Sesil lagi."Ya Tuhan, kasihan sekali Aksa. Memangnya kamu gak pernah bawa Aksa nengokin papanya di penjara?" Sabrina bertanya lagi."Sudah, Mba. Ceritanya dua hari yang lalu Aksa ingin bertemu papanya di penjara, aku mengabulkan keinginan Aksa. Ternyata Mas Hasbi sakit Mba. Semenjak saat itu Aksa terus saja memikirkan papanya." Sesil menjelaskan."Mas Hasbi sakit apa memangnya?" Lagi-lagi Sabrina bertanya. Ia masih menempelkan ponsel pintar pada telinganya."Katanya komplikasi, Mba. Sakit paru-paru dan lambung kronis. Aksa sampai sedih melihat papanya. Saat ini ada di klinik tahanan tengah dirawat oleh perawat di sana," kata Sesil."Ya Tuhan, sungguh aku kasihan pada Aksa. Anak sekecil Aksa sudah memiliki banyak sekali beban. Sebenarnya aku ingin menemui Aksa sekarang, tapi keadaannya tidak memungkinkan, Sil," terang Sabrina pada adiknya."Kena

DMCA.com Protection Status