All Chapters of Membalas Perselingkuhan Suami ASN: Chapter 101 - Chapter 110

219 Chapters

Bab 101 Melemas

Di sofa ruang tengah, Sesil melihat Jaka tengah menyuapi makan Sabrina. Ia tak kuasa mendekat, hingga memilih menempelkan tubuhnya dibalik dinding ruangan."Sudah, Jak. Pulanglah. Aku bisa makan sendiri kok. Tanganku masih berpungsi dengan baik," titah Sabrina pada Jaka."Tidak, Sabi. Aku tahu kamu memang tak menginginkan keberadaanku. Tapi, ijinkan aku memastikan keadaan kamu yang harus baik-baik saja." Jaka berbicara pada Sabrina.'Apa-apaan mereka!' Sesil yang dapat mendengar obrolan Sabrina dan Jaka di ruang tamu tampak terkejut."Jaka, aku baik-baik saja. Pulanglah, Jak. Jangan berlebihan." Sabrina masih berusaha mengusir Jaka."Kamu selalu saja begitu, Sabi. Kamu tak pernah menghargai perasaanku. Kurang apa pengorbananku selama ini sama kamu?" Sesil membekap mulutnya tatkala mendengar kalimat yang baru saja keluar dari mulut Jaka. Ia amat terkejut kemudian memilih segera keluar dari rumah, meninggalkan Jaka dan Sabrina.Dengan kendaraan roda dua, Sesil kembali ke toko. Bulir be
last updateLast Updated : 2023-11-17
Read more

Bab 102 Apa!

Hasbi nampak menelaah benda segi tiga berwarna coklat di bawah ranjang. Benda itu benar-benar bukan milik dia. Ia tidak mengenalnya."Miranda!" Suara keras Hasbi memanggil nama istrinya. Ia dibuat penasaran dengan benda sensitif dibawah ranjang."Ada apa, Mas? Bisakah dikecilkan volume suaranya 'kan," protes Miranda setelah menghampiri suaminya di dalam kamar."Celana dalam milik siapa ini?" Jari telunjuk Hasbi melurus pada benda segi tiga itu.Seketika bola mata Miranda nampak membulat. Ia menelan saliva cukup berat. "Itu milik Papa, Mas," jawabnya tanpa bisa mengelak."Apa!" Hasbi terkejut. Dahinya mengekerut. "Bagaimana bisa celana dalam Papa ada di kamar ini?" tanyanya disertai tatapan nanar.Miranda tampak menarik napas cukup dalam kemudian dikeluarkannya dengan perlahan. "Aku baru saja selesai mengangkat jemuran. Aku bawa ke kamar untuk dilipat sebelum disetrika. Mana aku tahu kalau celana dalam Papa terjatuh di situ," terangnya."Aku bahkan belum selesai dengan pekerjaanku, Ma
last updateLast Updated : 2023-11-18
Read more

Bab 103 Menahan Rasa Marah

Sesil menekan dada. Ia segera beranjak dari tempat duduknya. Sesil segera pergi meninggalkan area mall. Ia sudah tidak kuat lagi mendengarkan obrolan mamahnya Jaka dan teman-temannya.Bola mata Sesil kembali mengembun. Ia merasakan kesedihan yang mendalam.'Bagaimana mungkin aku menikahi laki-laki yang ternyata mencintai Mba Sabi,' lirih Sesil dalam hati. Ia terlihat menangis tersedu-sedu di area tempat parkir di dekat motornya.Serba salah jadinya. Sesil menekan kepalanya terlihat kebingungan. "Apa yang harus aku lakukan?" Ia bertanya-tanya sendirian.Sore itu Sesil memutuskan tak pulang ke rumah. Ia belum sanggup menghadapi kakaknya dalam keadaan wajah sendu.Sampai mentari tenggelam di ufuk barat Sesil tetap tak pulang ke rumah membuat Sabrina khawatir. Di rumahhya, Sabrina terlihat sibuk memainkan jemarinya pada layar ponsel. Ia sudah beberapa kali mencoba menghubungi Sesil lewat sambungan telepon, namun nomor adiknya itu tidak aktip."Sesil kemana ya? Apa sedang bersama Jaka?" S
last updateLast Updated : 2023-11-18
Read more

Bab 104 Aku Ingin Menikah

Sesil masih berusaha menutupi tubuhnya dengan selimut yang tebal. Bukan sekedar menutupi tubuh, ia menutupi air mata yang kembali menetes di pipinya."Sil, kok kamu keras kepala sih," gerutu Jaka. Rayuannya tak mempan. Akhirnya ia keluar dari kamar Sesil tatkala usahanya merayu nyatanya gagal.Di atas meja ruang tengah Sabrina sudah menyediakan semangkuk bubur yang selesai dibuatnya untuk Sesil. Ia melihat Jaka keluar dari kamar Sesil dengan langkah yang nampak lesu."Sesil harus sarapan dulu sebelum ke Dokter, Jak." Sabrina segera duduk di sofa karena kakinya belum bisa terlalu lama berdiri."Sesil gak mau diajak ke Dokter. Dia tetap menolak, padahal aku sudah merayunya," balas Jaka sambil turut serta duduk di sofa yang sama."Loh kenapa? Suhu tubuhnya cukup panas, harus segera dibawa ke Dokter." Sabrina menaikan kedua alisnya."Dia tetap gak mau, Sabi. Aku sudah merayunya. Gak mempan kok," balas Jaka lagi."Apa kalian sedang marahan?" Sabrina menatap manar wajah Jaka.Pria di dekat
last updateLast Updated : 2023-11-19
Read more

Bab 105 Marah Besar

Serentak Jaka dan Sabrina tercengang. Mereka saling melempar tatapan terkejut.Sabrina akhirnya berkata, "Kalian 'kan memang akan menikah, tapi setelah kamu wisuda lima bulan lagi. Itu bukan waktu yang lama 'kan.""Aku maunya bulan ini. Kenapa memangnya? Kalian keberatan." Tatapan Sesil masih terlihat sinis pada Jaka dan Sabrina."Apa karena kamu demam hingga ucapan kamu ngawur," timpal Jaka pada Sesil."Aku serius, Mas. Kamu berani gak nikahi aku bulan ini? Kalau kamu gak berani, kamu jangan lagi datang ke rumah ini," tekan Sesil tampak serius.Jaka menarik napas cukup dalam. Sementara Sabrina terlihat memijat pelipisnya."Semua terserah pada Jaka. Apa pun keputusan Jaka, pihak perempuan menerima saja. Putuskan saja sekarang, Jak. Siap atau tidak," timpal Sabrina. Dia selalu saja berhasil menahan rasa perih di dalam dadanya."Oke aku siap!" Jaka menerima tantangan.Sesil terkejut. Ia pikir Jaka akan mundur dengan tantangan yang disodorkannya. Tapi pria di depannya itu malah berbicara
last updateLast Updated : 2023-11-19
Read more

Bab 106 Curiga

Sementara hari ini di kediaman Adhitama, wajah Miranda nampak semringah sebab ia telah dibelikan kaki palsu dari luar negri oleh sang mertua—Adhitama. Miranda sudah mencobanya, dia sudah berjalan dengan bantuan kaki palsu. Layaknya kaki normal, Miranda bahkan mulai beraktivitas seperti biasanya."Terima kasih ya, Pa. Akhirnya aku bisa berjalan lagi," ucap Miranda pada mertua di sela-sela sarapan pagi."Sama-sama," balas Adhitama mengukir senyum.Melihat mamanya terlihat bahagia, Aksa pun turut bahagia. Ia mengucapkan selamat pada Miranda sambil memeluknya."Selamat ya, Ma. Akhirnya Mama bisa jalan lagi," kata Aksa dalam pelukan mamanya.Sementara Hasbi dibuat terbungkam. Ia tahu betul kalau kaki palsu itu harganya lumayan mahal sebab dipesan papanya dari kuar negri. Adhitama memang memesan kaki palsu itu dari temannya yang kebetulan baru pulang dari luar negri. Laki-laki paruh baya itu rela merogoh isi tabungannya hanya demi melihat Miranda tersenyum bahagia.Hasbi mengalihkan pandang
last updateLast Updated : 2023-11-20
Read more

Bab 107 Saat Om Ganteng Ke Kampus

Miranda kembali terlihat tegang. "Kamu gak pernah lihat ya, Mas. Setiap harinya jendela itu selalu terbuka. Aku kan memang senang dengan udara sejuk alami dari pada AC," jawabnya segera."Apalagi yang kamu curigai dari aku, Mas? Aku ini hanya wanita lumpuh yang tak sempurna di matamu. Bahkan untuk menyentuhku saja kamu terlihat sudah tak sudi. Lalu kamu ingin menuduhku yang aneh-aneh? Tuduh saja, Mas. Tuduhlah aku sesuka hatimu. Sampai kamu merasa puas," imbuh Miranda dengan menyindir. Kali ini dia berani mengangkat wajahnya, membalas tatapan suaminya."Maaf. Aku tidak bermaksud—""Sudahlah, Mas. Apa pun alasan dan maksudmu, aku akan terima. Aku memang harus menerima segala sesuatu yang menjadi ketentuanmu," potong Miranda yang memperlihatkan wajah kecewa pada suaminya. Ia kemudian keluar dari kamar, meninggalkan Hasbi ke ruangan yang lain.Sementara Hasbi terlihat kembali mengedarkan pandangan ke sekeliling kamarnya. Indera penciumannya bahkan mencium bau keringat tak enak. Tapi akhi
last updateLast Updated : 2023-11-20
Read more

Bab 108 Meredam Emosi

Sesil membeliak terkejut. Sebelah tangannya langsung diraih oleh Jaka dengan cepat."Om Ganteng, karena sudah bertemu Sesil saya pamit ya." Gadis itu mengedipkan sebelah mata tampak genit kemudian pergi membiarkan Sesil dan Jaka berdua.Setelah temannya pergi, Sesil kembali memberontak. Ia berusaha melepaskan tangannya dari genggaman Jaka."Lepas, Mas!"Sesil terlihat bringas kali ini. Namun Jaka tetap berusaha menenangkan gadis itu."Ikut denganku sebentar saja. Kita selesaikan masalah kita." Jaka dengan tegas memaksa Sesil masuk ke dalam kendaraan roda empatnya.Sesil tak dapat menolak. Jaka terlalu kuat untuk dilawan. Mereka kini sudah berada di dalam mobil karena Jaka segera mengunci pintunya."Mau ngapain sih kamu, Mas?" ketus Sesil saat bertanya."Masalah yang dibiarkan berlarut-larut hanya akan membuat masalah jadi melebar kemana-mana. Kita selesaikan hari ini. Bersikap dewasalah, Sil. Ikut denganku sekarang, maka akan aku ungkapkan semua alasan dan penyebab masalah ini terjad
last updateLast Updated : 2023-11-21
Read more

Bab 109 Memasang CCTV

Sabrina masih diam. Ia tampak berpikir kemudian menundukan kepala."Sabi, aku hanya ingin berhubungan baik. Tidak lebih," ucap Hasbi lagi. Kali ini terdengar tulus.Sabrina memikirkan akan hal itu. Lagi pula ia memang tak mau bermusuhan dengan siapa pun."Aku juga tidak mau punya musuh. Satu hal yang harus kamu ketahui, Mas. Miranda akan murka padaku dan salah paham, walau pun kita hanya berhubungan baik," balas Sabrina.Hasbi mengangguk paham. "Iya aku tahu. Tapi—""Sudahlah, Mas," potong Sabrina tak membiarkan Hasbi meneruskan kalimatnya."Aku tidak pernah menyimpan dendam. Aku juga tidak menganggap kamu musuh. Berhubungan baik bukan berarti harus kembali dekat. Aku pamit karena urusanku telah selesai," pamit Sabrina. Ia segera beranjak dari tempat duduknya setelah urusan kamera pengintai selesai. Sementara Hasbi hanya melihat Sabrina tanpa bisa mengalihkan pandangan ke arah yang lain. Ia melihat mantan istrinya masuk mengendarai mobil yang nampaknya masih baru.Mobil itu dikemudik
last updateLast Updated : 2023-11-21
Read more

Bab 110 Takut Kehilangan

Seketika bola mata Hasbi membulat sempurna tatkala melihat istrinya tengah bercinta di ruangan kamar pribadinya dengan seorang pria yang tak diketahui Hasbi karena tubuh pria itu membelakangi kamera."Brengsek! Siapa pria itu?" Hasbi mengepalkan tangannya. Isi dadanya seketika terasa panas dan mendidih langsung ke atas ubun-ubun.Jelas dalam rekaman CCTV, Miranda tengah beradu peluh dengan seroang pria berkulit putih yang membelakangi kamera. Hasbi hanya melihat punggung pria itu tanpa bisa melihat wajahnya. Ia segera mengakhiri rekaman menjijikan itu. Benda pipih dimasukannya kembali ke dalam saku celana. Pandangannya tertuju pada jendela kamar. Ia berusaha tenang sambil mengatur napasnya yang semakin panas dan sesak.Hasbi masuk lewat pintu belakang. Emosi di dalam dadanya tak bisa dikendalikan. Ia segera mengambil salah satu balok yang ada di taman belakang rumah, kemudian masuk ke dalam rumah dengan langkah yang sangat hati-hati.Saat ini Hasbi sudah berada di depan pintu kamar p
last updateLast Updated : 2023-11-22
Read more
PREV
1
...
910111213
...
22
Scan code to read on App
DMCA.com Protection Status