Beranda / Urban / AWAN - THE NEXT SANJAYA / Bab 111 - Bab 120

Semua Bab AWAN - THE NEXT SANJAYA: Bab 111 - Bab 120

180 Bab

111. SEGERA SUSUL AKU!

"Apa-apaan ini? Apa yang kalian lakukan?" Hardik Nadya marah saat melihat belasan pria kekar melempar keluar barang-barang dalam rumah dan juga pakaiannya keluar.Tidak hanya ada barang-barang pribadinya, di sana juga ada tumpukan pakaian keluarganya.Siapa orang-orang ini?Nadya coba menghentikan mereka tapi ia segera ditahan oleh beberapa pria berbadan besar dan bahkan mendorong Nadya dengan kasar.Sementara itu, Alina terus berteriak dan mengucapkan sumpah serapah."Ini pasti perbuatan Dimas. Mereka bahkan tidak menyisakan rumah untuk kita dan membiarkan keluarga menjadi gelandangan.""Mas, lihatlah! Keluargamu ingin membunuh kita. Keluarga Winata bahkan belum mencari kita, tapi kita sudah mati duluan karena kelaparan.""Keluarga Wongso apaan! Mereka tidak ubahnya seperti kelompok pengecut. Tidak ada keluarga yang mendorong keluarganya sendiri ke dalam jurang. Tapi, keluarga Wongso justru melakukannya.""Alina, berhentilah!" Teriak Arya dengan wajah muram.Kekecewaan Arya pada kelu
Baca selengkapnya

112. KELAHIRAN 'METEOR'

"Ka-kalian semua ada di sini?""Semprul, Awan.. kenapa lu juga ikutan ada di sini?""Bajingan, apa kita semua sudah mati?""Plak!"Theo, Dirga dan yang lainnya baru saja terbangun dari pingsan mereka dan dibuat terkejut saat melihat semua rekan mereka ada di dalam satu ruangan yang sama. Mereka tidak kalah terkejut saat melihat Awan juga ada di sana bersama mereka. Terutama Joe, dia yang biasa bersikap paling 'blak-blakan' di antara yang lainnya langsung mengumpat kesal dan marah."Bajingan si Bram! Bangsat! Bisa-bisanya dia membawa monster-monster itu untuk menjebak kita semua.""Awan, maafkan kami! Seharusnya kami segera memberi tahu lu, kalau pertemuan itu adalah jebakan. Ini semua ulahnya si Bram pengecut itu. Dia yang punya dendam, sayangnya dia gak punya kemampuan. Makanya dia menyewa master-master itu untuk menjebak kita semua." Ucap Joe dengan tatapan bersalah ke arah Awan."Plak!""Lu apaan sih, badak? Kenapa lu mukul kepala gue, taik lah!"Ekspresi memelas Joe yang semula t
Baca selengkapnya

113. BERGABUNGLAH DENGAN KLAN ATMAJA

"Sudah datang?""Hmn, menarik!"Seorang pria berusia empat puluhan awal dan seorang pemuda berbadan tinggi dan besar berdiri di lantai atas rumah sedang menatap ke arah Awan dengan tatapan penuh minat.Sudut bibir pria yang lebih tua mengukir sebuah senyum tipis dan tatapannya penuh dengan selidik, seakan-akan Awan adalah benda asing misterius yang membuatnya ingin menggali dan mencari tahu lebih banyak tentang pemuda di depannya itu.Lalu, saat Awan berjalan dan berdiri tepat beberapa langkah di depannya, pria yang terlihat lebih dewasa tersebut langsung melepas auranya yang membuat hawa disekitarnya langsung turun ke titik beku dan sekaligus memberikan tekanan yang sangat kuat bagi siapapun yang berada di dekatnya.Satu, dua, tiga dan hingga sepuluh detik berlalu namun hasil yang ia harapkan tidak kunjung terjadi dan membuatnya dengan terpaksa menarik kembali auranya."Swing!"Kening dua orang beda generasi tersebut berkerut tajam dan sekaligus menatap ke arah Awan dengan lebih pena
Baca selengkapnya

114. PERPISAHAN DENGAN AYAH DAN KABAR TENTANG CLARA

Pesan Nadya masuk saat Awan selesai bertemu dengan Ilham dan Pandu.Awan sudah menebak apa pilihan keluarga Wongso ketika ia bertemu dengan mereka sebelumnya. Jadi, ia tidak akan heran kalau keluarga Nadya akan diusir dari keluarga Wongso demi menyelamatkan diri. Namun, pilihan Nadya dan keluarganya yang memutuskan untuk pergi ke pulau Kalmata menemui keluarga ibunya Nadya untuk meminta perlindungan pada mereka, sama sekali di luar perkiraannya.Meski begitu, Awan tidak bisa berbuat apa-apa. Karena Nadya dan keluarganya sudah memutuskan untuk mengikuti saran Alina, maka Awan mau tidak mau terpaksa mengikuti rencana mereka. Setelah membalas pesan singkat Nadya dan mengatakan kalau ia akan segera menyusul mereka, Awan pun masuk ke dalam ruang tamu.Di sana, tampak Theo dan yang lainnya sepertinya sudah selesai membahas nama 'kelompok' mereka. Tampak wajah cerah dan penuh keyakinan di wajah mereka semua."Jadi?" Tanya Awan mengerutkan keningnya."Yah, kami semua sudah sepakat menamai k
Baca selengkapnya

115. KELUARGA DEHEN

"Aku lupa, besok adalah hari ulang tahun ibu. Jika kita ingin meminta bantuan keluarga Dehen, paling tidak kita harus mengambil hati ibu terlebih dahulu.""Hmn, Ibu suka dengan barang antik dan batu giok. Nadya, bagaimana kalau kita membeli hadiah terlebih dahulu sebelum kita pergi ke rumah utama?" Tanya Alina sesaat sebelum pesawat mereka akan mendarat.Nadya tentu saja mengerti maksud ibunya. Hanya saja, keuangan mereka saat ini sangat terbatas dan tidak memungkinkan membeli kado mewah untuk hadiah neneknya. Semua aset dan tabungan mereka telah dibekukan oleh keluarga Wongso dan satu-satunya modal mereka saat ini adalah uang hasil penjualan mobil Nadya. Itupun tidak banyak, karena Nadya menjual kendaraannya dalam keadaan buru-buru.Jika mereka menggunakan uang tersebut, mereka harus berpikir keras mencari modal tambahan jika ingin membuka usaha nantinya.Saat Nadya menjelaskan masalah itu pada ibunya, Alina justru bersikeras mendahulukan hadiah yang akan mereka berikan pada ibunya
Baca selengkapnya

116. KECURIGAAN ANTON DAN MAYA

Alina dengan wajah menahan kesal memasuki sebuah toko perhiasan yang ada di sebuah pusat perbelanjaan perhiasan.Sebenarnya, ia sudah meminta sepasang saudara, Anton dan Maya untuk tidak perlu menemani mereka pergi berbelanja karena tujuan mereka saat itu adalah membeli perhiasan untuk hadiah nyonya besar Dehen. Alina tentu saja tidak mau kalau Anton dan Maya melihat hadiah yang akan mereka beli dan kemudian merendahkan pemberian mereka dan selain itu, Alina ingin memberikan hadiahnya secara diam-diam besok pada ibunya.Tapi, sepasang saudara ini tampak ngotot ingin menemani mereka dan pada akhirnya, Alina terpaksa menyerah dan membiarkan mereka ikut.Namun, baru saja memasuki toko perhiasan, terdengar cibiran dari bibir Maya, "Hmn, toko perhiasan biasa? Bibi Alina, aku kira bibi akan memilih ke toko HW, Tiffany atau minimal Cartier. Jangan bilang kalau selera bibi sudah menurun atau paman Arya sudah menjatah belanja bulananmu?""Kamu?" Sindiran Maya membuat Alina sampai tidak bisa b
Baca selengkapnya

117. JANGAN BIARKAN AWAN DATANG KE SINI!

"Mama, apa nenek akan bersedia membantu kita?" Tanya Nadya, sesaat sebelum mereka memasuki aula jamuan keluarga Dehen pada keesokan harinya.Terbersit sebuah keraguan di dalam hati Nadya, apa keluarga besar ibunya bersedia melindungi mereka dari pembalasan dendam keluarga Winata? Bagaimanapun, terdapat kesenjangan status sosial yang cukup besar antara keluarga Dehen dengan keluarga Winata.Keluarga Winata berasal dari provinsi yang sama dengan keluarga besar ibunya. Status mereka merupakan keluarga kelas dua dan sekaligus keluarga beladiri yang dihormati di kota ini. Sementara keluarga Dehen? Mereka hanya keluarga kelas tiga.Meski juga terhitung sebagai keluarga kaya, jelas masih terdapat kesenjangan yang cukup jauh."Sudahlah! Mama tahu apa yang kamu khawatirkan. Meski keluarga Dehen tidak sekaya keluarga Winata ataupun memiliki ahli beladiri, paling tidak kami memiliki koneksi dengan pejabat pemerintahan. Mama yakin, jika nenekmu mau membantu, dia bisa memanfaatkan koneksi keluar
Baca selengkapnya

118. WANITA DINGIN DI ATAS PESAWAT

Beberapa jam sebelumnya.Awan baru saja duduk di atas pesawat dan hendak memejamkan matanya. Namun, suara dingin seorang wanita membuat Awan terpaksa menurungkan niatnya."Hei, kamu salah duduk. Ini bangkuku!"Wanita tersebut mengenakan pakaian kasual dan rok sebetis dengan motif bunga minimalis membuat penampilannya terluhat segar dan enak dipandang. Tidak posturnya yang ramping dan tinggi, wanita itu juga memiliki kulit putih dan wajah yang cantik.Sayangnya, pembawaannya yang dingin membuat tidak sembarangan orang bisa mendekatinya.Awan sempat mengagumi kecantikan wanita tersebut awalnya. Namun, melihat caranya bicara membuat rasa simpatik Awan seketika menghilang.Awan malas berdebat dan hanya melihat nomor bangku dan ternyata memang benar kalau ia yang salah. Nomor bangku Awan dua belas dan seharusnya ia duduk di dekat jendela bukannya. Untuk itu, Awan meminta maaf pada si wanita dan dengan sadar diri segera pindah tempat duduk ke bangku di sebelahnya.Namun, meski Awan sudah mem
Baca selengkapnya

119. DIA MENYELAMATKANNYA?

"Aku bisa menyelamatkannya!"Suara Awan seketika memecah keheningan yang sedang terjadi.Lona dan semua orang sontak menatap ke arah Awan dengan tatapan aneh seolah ia adalah sosok asing yang muncul tiba-tiba.Bagaimana tidak?Lona Dehen saja yang seorang koas dan satu-satunya harapan mereka untuk dapat menyembuhkan pria paruh baya tersebut tidak dapat berbuat apa-apa dan sudah menyerah. Apalagi Awan yang bukan siapa-siapa! "Nak, tolong selamatkan suamiku. Ku mohon! Aku hanya punya dia dan tidak ingin kehilangan dirinya!" Wanita paruh baya tersebut tidak lagi memikirkan siapa Awan, selama orang itu bisa menyelamatkan nyawa suaminya, ia bersedia melakukan apa saja."Tenanglah, bu... Aku akan menyembuhkan suami anda." Ujar Awan tenang dan kemudian mendekati suami si ibu yang sedang terbaring tidak sadarkan diri.Namun, sebelum Awan berhasil menyentuh pria tua tersebut, Lona menahannya dan memperingatkannya, "Hei, apa
Baca selengkapnya

120. SI TANGAN DEWA

"Dokter, tolong beritahu kami, apa bapak ini benar-benar telah sembuh?" Tanya orang yang telah memaki Awan pertama kali dengan penasaran.Bagaimanapun, ia telah memarahi Awan dan mengatainya sebagai penipu. Jika benar Awan telah menyembuhkan pria tua tersebut, betapa malu dirinya.Perasaan yang sama juga dirasakan oleh kebanyakan orang di sana. Terutama mereka yang terang-terangan telah menyalahkan Awan sebelumnya. Saat itu, Lona juga tidak tahu harus berkata apa. Karena ia juga sempat memandang rendah Awan dan menganggapnya sebagai penipu meski tidak bereaksi berlebihan seperti orang lain. Namun, dengan kenyataan yang ada di hadapannya, Lona justru merasa tidak ada apa-apanya jika dibandingkan dengan Awan.Sekarang, cara pandang Lona seakan berbalik seratus delapan derajat terhadap Awan.Bagaimana tidak? Lona sangat paham betapa serius kondisi pria tua di depannya itu. Namun, kondisi yang seharusnya hanya bisa ditangani melalui operasi bisa diselesaikan Awan hanya dengan satu sentu
Baca selengkapnya
Sebelumnya
1
...
1011121314
...
18
DMCA.com Protection Status