Home / Romansa / Daughter For Sale / Chapter 31 - Chapter 40

All Chapters of Daughter For Sale: Chapter 31 - Chapter 40

53 Chapters

Mencari Tahu

PLAKKK!!Jovita menampar wanita cantik itu dengan keras. Membuat orang-orang yang ada di sana terlonjak kaget. Terutama Kenzo. "Kenapa kamu tampar aku?" Riani memegangi pipinya yang terasa panas akibat tamparan dari Jovita."Kamu emang pantes dapetin itu. Dasar cewek murahan!" Jovita menatap Riani dengan penuh amarah. Kenzo hendak maju untuk menjauhkan Jovita dari Riani."Biarin aja!" Shakilla menahan tangan Kenzo yang akan melerai keduanya."Dasar emang wanita j*lang!!" Hina Dimas pada Riani. Kenzo mengepalkan tangannya. Kenzo sangat marah mendengar hinaan yang Dimas berikan untuk Riani. Bukankah yang pantas menyebut wanita itu j*lang adalah dirinya sendiri? Tapi mulut Kenzo seakan membisu. Diirinya takut Shakilla mengetahui rahasia gelapnya bersama Riani."Dasar wanita tidak tahu malu!" Hina Dimas lagi."Diam kamu pria berengsek!!" Riani berteriak."Dan kamu!!" Riani menunjuk wajah Jovita. Kemudian tanpa terduga Riani menampar pipi Jovita dengan sangat keras."Kurang ajar!!!' Jovit
Read more

Fakta Yang Terkuak

Kenzo semakin meradang ketika melihat rekaman CCTV yang menampilkan jika Dimas lah yang mengganggu Riani dan juga secara harfiah melecehkannya secara verbal. Kenzo keluar dari ruangan operator CCTV. Bergegas ia langsung berjalan kembali ke area ballroom. Senyuman licik terus terulas di bibirnya. Entah apa yang ia rencanakan. "Kamu dari mana aja?" Shakilla menatap Kenzo penuh tanya. Pasalnya pria itu menghilang dalam waktu yang lumayan lama untuk ukuran orang yang pergi ke toilet."Dari toilet," jawab Kenzo dengan sedikit kesal karena Shakilla terlihat semakin posesif padanya."Bener. Tadi wanita jalang itu godain Dimas!' Kenzo mendengar Jovita terus menghina dan menjelek-jelekan Riani pada semua orang yang ia temui."Aku juga heran sih, Jo! Dia dapet barang-barang branded dari mana? Pasti lah ngangkang ke om gadun!" Teman Jovita lain tertawa. Kenzo semakin jengkel mendengarnya, dirinyalah yang membeli Riani, bukanlah om-om seperti yang mereka tuduhkan."Iyalah. Dapet dari mana? Dia c
Read more

Mencemaskan

Kenzo mengemudikan mobilnya dengan kecepatan penuh. Pikirannya seakan penuh dengan Riani. Di mana gadis itu? Kenzo seolah tidak menyadari segala kecemasan dan kegundahan hatinya untuk Riani. Tanpa mereka sadari, mereka sudah semakin dekat. "Di mana dia?" Kenzo terus menggerakan setirnya untuk mencari wanita yang telah ia beli itu.Sementara itu, Riani terus melangkahkan kakinya tanpa tujuan. Ia tidak tahu di mana dirinya saat ini. Pulau dewata terasa sangat asing baginya."Aku harus ke mana?" Riani menitikan air matanya. Kemudian ia terduduk dengan lemas di sebuah ayunan yang berada di dekat pantai. Riani dapat mendengar jelas suara deburan ombak yang membuat jiwa dalam dirinya seketika hampa."Bapak lagi apa?" Riani bergumam sembari mengeluarkan ponselnya dari dalam tas branded yang diberikan Kenzo.Lagi lagi ia harus menghirup nafasnya dengan dalam ketika melihat ponselnya mati kehabisan daya."Ya ampun!" Riani mengusap wajahnya. Kemudian ia berdiri dan menghadap ke arah pantai."Aa
Read more

Rasa Yang Aneh

Riani membuka matanya. Ia sedikit tersentak ketika melihat sisi kasurnya sudah kosong. Ke mana kah Kenzo? Biasanya pria itu tidak bangun sepagi ini. Jika mereka bercinta, pasti Riani yang akan bangun terlebih dahulu dan segera meninggalkan kamar. Lalu, Kenzo akan keluar dari dalam kamar dan makan di meja makan dengan hening.Riani membangunkan tubuhnya. Ia mengambil kimono handuk milik Kenzo yang ada di dekat kasur. Dengan gesit Riani mengucir rambutnya dan lekas memeriksa kamar mandi."Kenzo?" Panggil Riani. "Sebenarnya di mana dia?" Riani menutup kembali pintu ketika pria arogan itu tidak ada di sana.Mata Riani kemudian terfokus pada pintu balkon yang terbuka. Wanita itu tanpa ragu melangkahkan kakinya menuju balkon. Ia melihat Kenzo sedang asik berbicara dengan seseorang melalui sambungan telfon."Apa ada yang penting?" Riani bergumam karena tidak biasanya Kenzo mengangkat telfon sepagi ini.Riani terus berjalan menuju Kenzo yang sedang duduk memunggunginya."Iya, Sha. Kita berte
Read more

Kencan Bersama Shakilla

Riani dan Kenzo sarapan dengan hening. Hubungan yang seolah sudah membaik kini renggang kembali karena kejadian tadi. Sesekali Kenzo melirik Riani yang duduk di depannya dengan wajah yang tenang. Wanita itu kini sedang menikmati sarapannya dengan damai, seolah tidak terjadi apapun di antara mereka sebelumnya."Tolong pilihkan buket bunga yang pas untuk Shakilla!" Kenzo menggeser ponselnya ke arah Riani."Mengapa harus aku yang memilih?" Riani menatap sebentar ke arah ponsel Kenzo, kemudian dia menyendokan kembali nasi goreng yang menjadi menu sarapan pagi ini ke dalam mulutnya."Karena kamu sahabat Shakilla. Pasti kamu tahu kesukaan dia!" Kenzo menatap lurus wajah Riani yang kini tengah menatapnya tanpa ekspresi."Sahabat? Kamu yakin dia anggap aku sahabat?" Riani tersenyum sinis. "Wanita yang kamu cintai itu tidak mungkin mau bersahabat dengan rakyat jelata," tambahnya seraya mengelap mulutnya dengan tisu."Shakilla bukan orang seperti itu. Ingat dia yang selalu bela saat kamu dibul
Read more

Bertemu Lagi

"Kira-kira sedang apa dia sekarang?" Riani duduk di atas sofa. Matanya menerawang jauh ke arah jendela yang terbuka. Angin-angin sepoi menerpa wajahnya.. Diam-diam Riani merasa penasaran ke mana Kenzo dan Shakilla pergi berkencan?"Untuk apa aku memikirkannya? Tidak penting!" Riani beranjak dari duduknya. Ia menutup jendela yang tengah terbuka dan menguncinya.Riani masuk ke dalam kamar. Ia berguling ke sana ke mari untuk menemukan posisi yang nenurutnya nyaman. Riani membuka ponselnya. Ia pun mencoba untuk mengisi waktunya dengan membaca novel online. Akan tetapi, Riani merasa jenuh. Riani pun menutup kembali aplikasi novel itu. "Aku kira Kenzo tidak akan marah jika aku berjalan-jalan ke luar sebentar. Aku ingin udara segar. Apa tidak sekalian ya aku membeli oleh oleh untuk Bapak?" Riani tersenyum.Ia mengambil ponselnya kemudian mengirimkan pesan kepada Kenzo jika dirinya akan pergi ke luar dari villa dan membeli oleh-oleh. Sebelum pergi, wanita itu menjelajah internet dan mencari
Read more

Resmi Berpacaran

"Zo, ku dengar hotel ini sangat nyaman. Bagaimana kalau kita pesan satu kamar?" Pinta Shakilla yang membuat wajah Kenzo terkesiap."Check in?" Kenzo mengernyitkan dahinya."Iya," Shakilla menyeruput cokelat panas di gelasnya dengan anggun."Untuk?" Kenzo menatap tajam pada Shakilla."Ya untuk melihat pemandangan," Shakilla berkilah. Ia melihat raut wajah tidak suka dari Kenzo saat dirinya mengajak check in."Ada apa dengan diriku? Ingat Shakilla! Kenzo bukan pria Amerika yang selalu mengajakmu bersenang-senang!" Shakilla merutuki kebodohan dirinya."Aku ingin melihat pemandangan Bali dari hotel lantai atas. Aku rindu pemandangan Indonesia. Apa aku salah?" Shakilla berpura-pura sedih."Aku terlalu lama di Amerika dan aku merindukan negaraku," Shakilla menyimpan gelasnya di meja.Kenzo tampak berpikir. Pikiran negatif yang sempat melintas di kepalanya sirna setelah mendengar alasan masuk akal dari Shakilla."Baiklah, setelah ini kita check in ke hotel," Kenzo memakan steak di hot platen
Read more

Kedatangan Seseorang

Riani menggeliat pelan ketika mendengar suara pintu diketuk. Dengan penglihatan yang masih kabur, Riani melihat jam dinding yang menempel di dinding. Jam menunjukan pukul lima pagi. Lalu, siapa yang datang sepagi ini ke villa? Riani pun mengucek matanya. Tubuhnya saat ini masih menempel dengan Kenzo yang masih tidur. Ah, rupanya Riani baru mengingat jika mereka baru saja melewati malam panas bersama.Suara ketukan di pintu semakin keras. Riani pun membangunkan tubuhnya dan memunguti pakaiannya yang tercecer di lantai. Lekas Riani memakai bajunya dengan cepat."Kenzo!" Riani menggoyangkan pelan tubuh Kenzo yang masih bergelung di dalam selimut hangatnya."Hmmm!!" Jawabnya dengan nada serak sementara matanya masih terpejam."Itu ada tamu di depan. Apa itu teman kamu?" Riani menggoyangkan tubuh Kenzo lagi."Kenapa tidak kamu lihat saja?" Kenzo bergumam.Riani pun segera berjalan mendekat ke arah pintu. Sebelum ia membuka pintu, Riani terlebih dahulu membuka gorden jendela dan melihat sia
Read more

Keadaan Masa Kini

Gita menghentak-hentakan kakinya ke tanah. Gadis itu sedang berdiri di depan kontrakan sepetak yang ia dan Tuti sewa. Saat ini Gita sedang menunggu sang ibu yang tengah pergi membeli makanan ke warteg. Gita meremas perutnya yang terasa semakin keroncongan. Maklum saja, dari pagi perutnya belum terisi osama sekali oleh makanan. Hidupnya kini amat sangat kesulitan setelah dirinya pergi dari rumah sang tante."Ibu ke mana sih? Lama banget!" Gita mengusap perutnya yang datar. Sesekali perutnya berkeriuk pertanda jika perutnya sudah tidak bisa lagi diajak berkompromi.Berat badan tubuh Gita terlihat menyusut. Ia dan Tuti memang harus hidup berhemat di rumah kontrakan sepetak yang mereka sewa. Bahkan kini wajah adik dari Riani itu tampak kusam. Maklum saja, Gita sudah tidak mampu untuk membeli skincare yang rutin ia beli dari klinik kecantikan langganannya."Ta, maaf ibu lama," Tuti berjalan tergopoh-gopoh ke arah Gita sembari menenteng kantong pelastik kecil berisi makanan yang Gita ingink
Read more

Rencana Untuk Mengikat

Kenzo berlari kecil di bawah matahari yang mulai terbit. Kini ia sedang jogging pagi bersama dengan Shakilla yang berada di belakangnya. Kenzo berlari sembari melamun memikirkan Riani. Tadi pagi Kenzo berhasil lolos saat Shakilla terus menggodanya saat berada di dalam villa. Hasratnya seolah tidak muncul saat Shakilla terus menggodanya. Apalagi ada Riani di bawah kasur, membuat Kenzo benar-benar tidak menginginkan sentuhan dari Shakilla sama sekali. Tadi pagi Kenzo memaksa Shakilla untuk keluar dari kamarnya. Ia berpakaian dengan cepat dan tidak sempat bertegur sapa dengan Riani yang keluar dari bawah ranjang dengan diam seribu bahasa."Sayang, tunggu aku!" Shakilla membuyarkan lamunan Kenzo. Gadis itu berlari lebih cepat, berusaha menyusul lari kekasihnya."Kamu kenapa diem terus sih, Yang?" Shakilla menarik tangan Kenzo hingga pria itu terhenti dari kegiatan joggingnya. Kenzo melepaskan tangannya dengan pelan agar tidak membuat Shakilla tersinggung."Harusnya seperti apa? Apa aku ha
Read more
PREV
123456
DMCA.com Protection Status