All Chapters of Diselingkuhi Suami, Dinikahi Dokter Tampan: Chapter 81 - Chapter 90

109 Chapters

Bab 80 # Kembalinya Mama

Presdir hanya terkekeh, begitu pula Seno. Memang, tak dipungkiri bahwa Dokter Miriam sungguh cantik, namun entah mengapa, Seno tidak merasa tertarik. “Senang bisa berbisnis dengan Anda, Pak Presdir,” ucap Seno mantap diiringi genggaman erat yang menyiratkan ketegasan. “Maaf jika saya banyak bercanda, Pak. Mohon dimaklumi efek dari orang tua yang sangat menginginkan kebahagiaan putri semata-wayangnya.” “Ya. Tidak masalah, Pak. Saya maklum sekali. Oh ya, untuk transaksinya, bagaimana?” tanya Seno kemudian sambil diiringi tawa renyah agar tidak terlalu kentara bahwa ia membutuhkan dana secepatnya. “Ah, ya! Malam ini sudah bisa dilunasi oleh Manajer Keuangan saya. Anda tinggal menunggu kabar,” jelas Presdir Andromeda dengan penuh keyakinan. Miriam mengangguk pelan, Seno tertawa semakin kencang. “Bagus! Bagus! Terima kasih atas kerjasama Anda, Pak Presdir.” “Sama-sama, Pak.” Setelah pertemuan bisnis yang menguras energi itu, Seno tidak langsung kembali ke kantornya. Alokasi dana spon
last updateLast Updated : 2024-02-03
Read more

Bab 81 # Buronan Interpol

Madam tertawa pelan. Sepertinya ia sangat hafal dengan tabiat sang putri. “Kau benar-benar ingin mengetahuinya, Lynn?” godanya sambil mendekat ke arah Lara. “Cepat, Ma! Katakan!” desak Lara tak sabar. Wajahnya kian memerah, namun Lara enggan mengatakan hal lain selain perintah untuk mengatakan lokasi sang anak secara cepat dan lugas. Madam menyeringai sambil memakai kembali kacamata hitamnya. Angin kencang berembus membawa kedamaian sedetik untuknya. “Dia ada di–” Belum sempat Madam melanjutkan perkataannya, deru mesin menggelegar dari atas langit. Sebuah helikopter terbang rendah dan menggemparkan situasi di bawahnya. “MADAM! Interpol ada di sini! Kita harus pergi!” “Tsk! Sial!” Madam tampak merengut dan berdecih kesal. Namun, ia segera memandang sendu ke arah sang putri sebelum berlari ke arah helikopter itu, yang kini menjulurkan tambang kokoh untuknya. “Lynn, kau ingat koper yang kutinggalkan padamu dulu? Ada sebuah kunci dan alamat, pergilah ke sana. Semua yang ingin kau t
last updateLast Updated : 2024-02-04
Read more

Bab 82 # Gelora Kecemburuan

Andre terkejut dengan berita dari perawat yang baru saja memasuki ruang rawat Lara. “Ndre!” Lara tersenyum sumringah dan menggenggam erat tangan Andre dengan hangat. “Ra! Ayo kita ke kamar Mahya!” ajak Andre sambil menggandeng Lara dan berjalan sedikit tergesa menuju ke ruang perawatan intensif di lantai atas. *** “Mahya!” panggil Lara penuh haru sambil memeluk sahabatnya yang masih berusaha keras untuk menggerak-gerakkan tubuhnya. “Aww! Sakit,” rintih Mahya bercanda ketika Lara datang dan langsung menghujaninya dengan pelukan. “Gimana keadaanmu? Mana yang sakit?” Lara bertanya dengan penuh perhatian. Ia mundur sedikit agar Mahya dapat bernapas lega, namun kemudian, gadis berambut hitam itu hanya tersenyum lebar. “Hatiku yang sakit,” celetuknya asal. Lara cemberut dan memukul dada Mahya pelan. “Jangan bercanda!” “Bener, loh! Hatiku sakit, kenapa kita bisa kecolongan begini, yak?” Mahya berseloroh ringan, mengingat-ingat kembali kejadian nahas yang menimpa mereka berdua. “Sud
last updateLast Updated : 2024-02-05
Read more

Bab 83 # Panggil Sayang

Presdir menghela napas dalam. Meski pembicaraan itu dilakukan di sambungan telepon, namun ia bisa merasakan amarah membuncah dari putri semata wayang yang sangat disayanginya itu. “Yam ….” panggilnya lembut. Hati seorang ayah tentu lebih sakit ketika kabar pemutusan hubungan itu tiba-tiba diperdengarkan, pun tanpa penjelasan yang memadai dan juga terkesan terburu-buru. “Papa jangan menyembunyikan apapun dari Iyam, Pa! Katakan! Apa yang disampaikan Andre? Mengapa aku tidak mengetahui apapun?” Sebaik-baiknya menyimpan bangkai, tentu akan tercium juga. Begitulah situasi yang dialami oleh sang Presdir. Amarah, ancaman dan sumpah serapah sudah ia kobarkan kepada calon menantunya, namun nihil. Andre bergeming. Ia tetap pada pendiriannya. “Kau bisa mencari lelaki yang lebih baik, Iyam Sayang! Andre tidak pantas untukmu!” Kini, giliran Presdir meninggikan suara. Diiringi isak tangis sang putri yang hatinya sangat terluka. “Jadi, Andre benar-benar memutuskan pertunangannya denganku?” Miria
last updateLast Updated : 2024-02-06
Read more

Bab 84 # Menuntaskan Dendam

Lara membeliak. Bagaimana mungkin Andre bisa menggodanya seperti itu. “Ndre! Kita di rumah sakit!” seru Lara sambil memalingkan wajahnya. ‘Semoga saja Andre tidak melihat wajah memerahku’ batinnya sambil menangkup wajah itu dengan kedua tangannya. “Sini,” Andre membalik badan Lara yang tadi memunggunginya. Kini, wajah mereka saling berhadapan dan … tentu saja Andre mendaratkan ciuman! “Aaah ….” Lara mendesah dan untuk ke sekian kali, mereka berciuman dengan panas di atas ranjang Lara. Kejadian itu sebenarnya biasa saja untuk mereka tapi tidak untuk … Miriam! Wanita yang digaungkan Andre sebagai mantan tunangannya itu begitu terkejut ketika melihat adegan mesum di ranjang pasien Andre. “Su–sungguh tidak pantas! Sialan!” Namun, alih-alih merekam dan membawa bukti untuk diserahkan pada komite kedisiplinan, Miriam malah berlari sambil menangis. Ia lantas mengeluarkan ponsel dan menekan nomor Seno. “Pak. Saya ingin melakukan opsi yang kedua.” Suara dokter wanita itu bergetar dan tang
last updateLast Updated : 2024-02-08
Read more

Bab 85 # Pengungkapan Kebenaran

Lara kembali terbangun dalam keadaan tangan dan kaki terikat. Kali ini, ia benar-benar tak bisa melihat. “MMM!” Lara mencoba meronta, sayangnya tenaganya sia-sia. Tidak ada seorang pun yang berniat hendak membebaskannya. Udara dingin mulai mencekiknya. Kursi besi yang menopang tubuhnya, terasa bagai pisau es yang menggigit kulit. Lara merasa lumpuh dan tak berdaya. Sebenarnya, ada di mana ia? Deru mesin pendingin udara adalah satu-satunya yang dapat ia dengar dan rasakan. Embusan angin yang hilir-mudik di ruangan kosong itu menyakiti Lara secara sengaja. Seno memang memiliki maksud khusus dengan menghidupkan pendingin udara dalam suhu beku. Minimal. Agar Lara dapat merasakan bahwa hidupnya benar-benar tidak bermakna. “Ah, sudah sadar rupanya?” Suara bariton yang sangat khas, menyentaknya. Lara terkesiap dan secara otomatis menoleh ke sumber suara yang ada di sisi kirinya. “MMM!” sahutnya sambil menjejak-jejakkan kedua kakinya, marah. Lara mengetahui bahwa mantan suaminya lah ya
last updateLast Updated : 2024-02-09
Read more

Bab 86 # Pasukan Khusus

Udara di sekitarnya tiba-tiba semakin beku, Lara tercekat oleh kenyataan yang menyesakkan. “A–anakku! Kau apakan dia?” Lara masih tidak sanggup menerima kenyataan menyakitkan itu. “Yah. Aku hanya melakukan sedikit percobaan, tapi nyatanya … dia tak setangguh itu.” “A–apa?” “Ya. Lara. Anakmu tewas dalam proses pengambilan sel sumsum itu. Hah. Menyesakkan sekali. Aku jadi harus mengatur kembali bagaimana supaya penggandaan sel berjalan sebagaimana mestinya.” Seno mengatakannya seolah tanpa beban. Lara benar-benar marah. “Bagaimana bisa? Bagaimana kau sekejam itu, Seno?! ARGH!” “Sekejam apa? Semua perlu pengorbanan, kan? Apalagi yang ingin kau ketahui? Sudah cukup ‘kan?” “Kau … bajingan!” Air mata Lara luruh bersamaan dengan hatinya yang ikut hancur. Dia benar-benar tidak bisa menganggap Seno manusia. Seno adalah jelmaan iblis yang membaur seperti orang-orang normal pada umumnya. “Menangislah dengan cantik, Lara. Dengan begitu, aku akan lebih puas ketika mengambil nyawamu! Kau t
last updateLast Updated : 2024-02-10
Read more

Bab 87 # Rumah Aman

Di antara siluet fajar yang sudah menampakkan cahayanya, Lara duduk di dalam mobil polisi dengan ketegangan yang merayapi hatinya. Matanya terus menatap kosong ke arah jendela. Lara merasakan keheningan yang menyelimuti mereka, tetapi dalam keheningan itu terasa beban yang begitu berat di dadanya. “Hhhh ….” Setiap kali Lara menutup mata, bayangan wajah anaknya muncul di benak Lara. Dia mencoba untuk menenangkan diri, tetapi rasa sakit dan kehilangan yang begitu dalam membuatnya sulit untuk bernapas. “Ra ….” panggil Andre pelan, ketika melihat Lara menitikkan air mata. Wanita itu segera mengusap wajahnya yang basah dan menyandarkan kepala ke pundak Andre. Ia tahu, masih perlu proses untuk mengetahui nasib anaknya yang sesungguhnya. Bisa jadi, Seno berbohong, kan? “Aku selalu ada untuk membantu. Tenanglah,” ucap Andre pelan sambil mengelus lembut kepala kekasihnya. Lara mengangguk lemah, meskipun Andre mengatakan hal-hal yang menghibur hatinya, tetap saja Lara merasa seperti berada d
last updateLast Updated : 2024-02-11
Read more

Bab 88 # Yang Tersembunyi

“Dokter Ricky?” Andre terkejut melihat rekan sejawatnya datang ke rumah aman, tempat Lara berada. “Dokter Andre!” Dokter itu tak kalah kaget. Matahari sudah mulai meninggi. Semburat cahaya menyilaukan terpantul dari jendela depan. Mobil ambulans terparkir di sana, bersamaan dengan datangnya dokter Ricky dan rombongannya. Mereka masuk ke rumah aman dengan tertib, berbaris satu per satu, sambil membawa peralatan medis yang cukup lengkap. Perawat segera mengeluarkan cairan infus, selang dan juga memindahkan tiang penyangga ke dekat ranjang Lara. Sebentar lagi, proses pengobatan akan dimulai. Namun, hal yang ganjil terjadi. Wajah Dokter Ricky terlihat pucat, sepertinya ada suatu hal yang ingin disampaikannya. “Kenapa wajahmu begitu, Bro? Ada masalah?” tanya Andre penasaran. “Ah, Nggak. Nanti aja ngomongnya. Halo, Bu Lara. Saya Dokter Ricky. Saya bertugas untuk merawat Anda selama beberapa hari ke depan,” sapa dokter itu ramah. Lara menganggukkan kepalanya. “Salam kenal Dokter Rick
last updateLast Updated : 2024-02-12
Read more

Bab 89 # Andre Dipecat

Suasana rumah sakit tampak seperti biasa. Hanya saja, ada mobil patroli polisi yang terparkir di pelataran depan. Biasanya, jika tidak ada kasus kriminal, mobil itu tidak ada. Sekarang, mungkin dalam rangka penyelidikan, mobil itu masih berlalu-lalang di sana. Andre menggegas langkah menuju ke ruang Presiden Direktur yang ada di lantai teratas, dekat dengan area VVIP yang menjadi ruangan termahal di Rumah Sakit Andromeda. Sesekali, ia melirik arlojinya, hari masih belum terlalu siang, pukul 11. “Presdir masih ada di ruangannya?” Andre bertanya pada sektretaris yang ada di depan. Ini adalah basa-basi sederhana, meskipun Andre berhak untuk masuk saja, mengingat, dia adalah calon menantu sekaligus pemilik sebagian rumah sakit ini. “Ada, Dokter. Tapi ….” “Tapi?” “Anda tidak boleh menemuinya. Begitu pesan beliau.” “Apa? Tidak masuk akal!” “Ma–maaf, Dokter. Tapi, kami dilarang membiarkan Anda masuk.” Andre mengacak kasar rambutnya, kemudian berjalan masuk ke kantor sang Presdir. Teri
last updateLast Updated : 2024-02-14
Read more
PREV
1
...
67891011
DMCA.com Protection Status