Home / Romansa / Ditolak Magang Malah Jadi Ayang / Chapter 11 - Chapter 20

All Chapters of Ditolak Magang Malah Jadi Ayang: Chapter 11 - Chapter 20

148 Chapters

11. Amit-amit!

“Pak, saya bisa telat datang ke kampus lho. Apalagi jalanan macet kalau pesan taksi online sekarang.”Persetan jika Yanuar menganggapnya sebagai gadis tukang mengeluh. Ia pun tak peduli tentang alasan pria itu mengkhawatirkan tanpa sebab. Yang jelas waktunya sudah mepet. Ia tak akan memiliki banyak waktu jika menunggu pria itu selesiai makan.Yanuar mengibaskan tangan seolah menenangkan kegelisahan Chiara. Bahkan ia meminta gadis itu duduk kembali ke sofa yang tengah didudukinya juga. Mau tak mau, Chiara menurut, meski kekesalanya makin bertambah banyak dalam benak“Tenang,” sahut Yanuar akhirnya setelah hampir menyantap seluruh isi bekal yang dibawa Chiara. “Saya yang akan antar kamu.”Pasang netra Chiara sontak membelalak. “Ini bukan saatnya bercanda, Pak,” tandasnya malas menatap sang tuan. “Saya pamit sekarang ya, Pak, lagian makanan Bapak juga udah habis.”Yanuar bergumam pendek. Wajahnya terangkat dari kotak bekal dan terpatri pada dua mata Chiara yang sedang memandang ke arah
Read more

12. Aku Peluk

“Mau sampai kapan, sih, lo berantem sama Junias terus?” Yabes melempar protes ketika bertemu Yanuar di lorong menuju lift.Yang ditanya hanya menghela napas berat. Lalu mengabaikan pertanyaan yang terselip aksi keluhan itu. Yanuar menekan tombol lift begitu tiba di depan pintu, lalu menunggu sampai terbuka. Sikapnya ini jelas akan menuai kekesalan Yabes yang sekarang mulai memutar tubuh dan menghadap ke arahnya.“Nggak habis pikir gue sama kelakuan lo, Nu.” Pria itu menggeleng tak habis pikir. “Makin hari bukannya makin bener, malah begini.”Yanuar mendengkus. “Lo ini belum tahu cerita aslinya, tapi udah sembarangan menghakimi.”“Terus apa yang bener?” tantang Yabes sambil melipat kedua tangan di depan dada. “Emang lo mau cerita?”Dari sekian banyak hal yang memenuhi pikiran. Juga hal yang menyebabkan dadanya sesak, Yanuar kerap memendamnya. Seperti halnya sekarang, setelah beradu mulut dengan Junias tadi, perasaannya makin tak karuan. Ada saja yang membuatnya emosi.Jika diminta berc
Read more

13. Basah dan Merah-merah

“Buset!” Chiara berseru sambil berusaha melepaskan diri dari kungkungan Yanuar yang terlalu erat dan kuat. “Pak, sadar! Ini saya asisten Bapak!”Ia masih berusaha, tubuhnya digerak-gerakan agar pria itu cepat sadar ada sesuatu yang janggal. Namun apa daya, kondisi Yanuar melebihi prasangka Chiara. Dikatakan mabuk memang, tapi sepertinya lebih dari itu dan tampak merepotkan.Tak berselang lama, rungu Chiara menangkap isakan yang berasal dari bibir Yanuar. Tangisan itu makin sesak, terlihat dari cara si pria yang sesenggukkan. Bagian badan Chiara yang menempeli Yanuar pun bisa merasakan dada itu bergerak naik-turun.“Loh malah nangis,” ujarnya sambil menghela napas berat.Sekiranya sudah setengah jam berlalu, tautan tangan Yanuar masih cukup erat. Sementara kantuk sudah menyergap kedua mata Chiara. Gadis itu tak bisa lagi menahan keinginan untuk terlelap, sekalipun tubuhnya masih dipeluk erat.Dalam sekian detik, Chiara pun menyerah. Ia mulai memasuki kubangan mimpi dan melupakan segala
Read more

14. Ketahuan

“Leher saya merah-merah?” Reaksi Chiara kelewat santai, seakan tak curiga sama sekali seperti yang dipikirkan Yanuar. “Mana, Pak? Bagian mana?”Mengerjap pelan, Yanuar menggeleng heran. Ia nyaris berdecak melihat gelagat Chiara yang di luar nalar itu.“Memangnya kamu belum bercermin pagi ini?”“Tadi ke kamar mandi cuci muka doang, soalnya saya buru-buru siapin sarapan,” aku Chiara jujur. “Lagian kamar mandi saya nggak kayak punya Bapak kali, isinya cuma bak, toilet jongkok, sama kran air. Nggak ada tuh cermin apalagi wastafel. Strata kita beda lho, Pak di rumah ini.”Yanuar dibuat menganga atas ucapan Chiara yang blak-blakan. Ia rasa pernyataan itu seharusnya keluar dari mulutnya, alih-alih dari si gadis. Lantas ia mengembuskan napas sembari menautkan kedua tangan di atas meja.“Kamu nggak usah kasih tahu saya tentang hal itu, saya nggak bodoh.” Sorot mata Yanuar kian serius. “Lebih baik kamu cek saja leher itu sendiri dan jawab pertanyaan saya tadi!”Chiara memberengut seketika. “Iya
Read more

15. Tetap di Hati

Selepas menyantap sarapan, Yanuar bermaksud membereskan piring kotornya sendiri. Namun, niatannya itu terhenti ketika Bi Asih dan putrinya datang mendekat. Dua wanita itu tampak bersemangat, bahkan saat menyapa.“Itu piring kotor mau dicuci sendiri, Pak?” tanya Endah bingung. Yanuar hanya mengulas senyum samar, seakan menjawab iya.“Duh, itu bukannya tugas si Neng Chia ya, Mak?” Endak kini melontarkan tanya pada ibunya. Bi Asih kontan mengangguk. “Tuhkan, baru aja sehari di sini malah biarin Pak Yanu cuci piring sendiri!”“Nggak pa-pa, tadi Chiara buru-buru kayaknya ada kelas pagi hari ini,” jelas Yanuar sambil berlalu menuju area dapur. “Bi Asih sama Mbak Endah kerjain aja bagian dapur, biar piring saya bereskan sendiri.”Yanuar tak ingin dua wanita itu merecoki urusannya. Terlebih soal Chiara, bisa bahaya jika salah satu dari mereka tahu tentang apa yang terjadi semalam. Sifat Bi Asih, terutama Endah kerap kali membebaninya. Kadang mereka mudah membeberkan rumor tentangnya pada teta
Read more

16. Jelas Nafsu

“Jadi kamu yang namanya Chiara?”Pertanyaan tersebut terlontar dari seorang gadis yang tadi sempat mencuri dengar percakapannya dengan Yanuar. Lalu menyelonong masuk ke kamar. Chiara tak bisa membayangkan akan semarah apa tuannya saat mengetahui orang lain asal masuk ke ruang pribadinya.Namun, tidak ada suara setelahnya. Sepertinya pria itu tidak tersulut emosi sama sekali. Sekarang ia diminta duduk oleh gadis ini. Tampilannya menarik, tampak lebih tua beberapa tahun darinya.“Mami sempat bilang tentang kamu yang mulai kerja di tempat ini,” tambah si gadis. “Oh ya, kita belum kenalan.” Ia mengulurkan tangan. “Aku Leona Atmajaya, adiknya si duda girang.”Chiara menyambut tangan itu dan menjabatnya. “Duda girang?” katanya bingung sambil mengerutkan kening. “Maksudnya gimana ya, Mbak?”Leona, adik Yanuar mengulum senyum jenaka. “Atasanmu itu duda, kamu nggak tahu?”Chiara meringis sembari mengangguk mengerti. “Oh itu … tahu, Mbak.”“Nggak usah ngomong macam-macam soal gue.” Yanuar muncu
Read more

17. Diberi Pilihan

Melihat sikap Chiara yang berubah ketus padanya, Yanuar sempat berpikir tentang perkataannya yang terdengar kelewatan. Namun karena gengsi yang lumayan tinggi, ia menolak untuk mengajukan permintaan maaf.Dari tempatnya berdiri, wangi masakan gadis itu menggapai hidung. Yanuar bisa menebak apa yang dibuat Chiara. Tumis kangkung dan tempe serta tahu goreng. Dua makanan rumah favoritnya.“Minta diantar sopir aja, biar nggak kejebak macet,” ujar Yanuar ketika Chiara hendak pamitan. Sayangnya gadis itu menggeleng pelan dan menghindari tatapan sang tuan.Napas Yanuar terhela pendek, lalu menambahkan, “Oke, terserah. Bukan salah saya kalau kamu telat dan dapat pengurangan nilai dari dosen.”Kini Chiara mengangkat wajah dan membalas sorot mata Yanuar. Mata bertemu mata selama beberapa saat. “Kalau saya mau nyalahin Bapak juga percuma, ini resiko kerja sama orang yang berhati dingin,” tandasnya tanpa pikir panjang.Yanuar melototi Chiara seketika. Bibirnya sudah menganga, hendak menimpali uc
Read more

18. Anggap Saja Hukuman

Makanan yang kerap membuat nafsu makannya meluap-luap, kini tak terlihat menggiurkan sama sekali. Chiara berusaha menunduk, menghindari pertemuan tatap dengan mata Junias. Ia bingung harus memutuskan atas pilihan yang diberikan pria itu.“Keburu dingin itu bakso ayamnya, Chia.” Junias menegur gadis di hadapannya sembari mengetuk meja dua kali.Chiara bergumam pendek. Lalu mulai mengaduk-aduk isi mangkuk yang asapnya tak lagi mengepul. Baru menyicipi kuah yang super gurih dan menggiurkan, rasa lapar hilang dalam sekejap.Kepalanya terus memikirkan cara agar Junias tak lagi menekannya untuk memilih. Memangnya tempat kerja mana lagi yang bisa membayarnya dengan jumlah yang lumayan?“Mas,” panggilnya setelah meletakkan alat makan di mangkuk. “Aku nggak tahu Mas ada masalah apa sama Pak Yanuar, tapi pekerjaan ini penting buatku. Aku udah bingung mau cari kerja di mana, sedangkan Bapak masih ngurusin Kak Ardan yang lagi sekolah di LPK. Biayanya besar dan nggak memungkinkan bisa mencukupi ku
Read more

19. Perkara Pisang Goreng Krispi

Helaan napas Chiara terdengar berat. Sudah ke sekian kalinya ia melakukannya untuk memantapkan diri menghabiskan makanan yang dimasaknya tadi untuk Yanuar. Sayangnya selepas pulang dari kampus, masakannya tak tersentuh sama sekali.Ia geram dua kali lipat. Perdebatannya dengan pria itu saja masih menyisakan kekesalan, ditambah usahanya ini disia-siakan. Belum lagi masalah yang menyeret keluarganya karena ucapan Junias tadi. Semua terasa bertambah banyak karena mood Chiara buruk semenjak datang bulan.Tangan Chiara hendak menyendok cah kangkung di hadapanuyua. Namun kehadiran Leona membuat Chiara menjedanya.“Biar aku aja yang bantu habisin, soalnya majikan kamu yang ribet itu nggak akan keluar kamar sekalipun laper.”Leona duduk dan mengambil mangkuk cah kangkung yang tinggal setengah. Ia meraih garpu, lalu melilitkan makanan itu sebelum memasukkannya ke dalam mulut.Mata Chiara seketika melebar. Ia mengibas-ngibaskan tangan sembari berujar, “Jangan dipaksa makan, Mbak, takut nggak se
Read more

20. Siapa?

Chiara akui, ia tengah berada dalam kekalutan. Sepanjang malam, ia kerap terbangun dari tidurnya dan mendapati bayangan wajah Yanuar.Sebelumnya, seorang Chiara Sagita tak pernah melihat secara langsung bagaimana raut pria yang memiliki banyak tangis dalam hidupnya. Terutama sepasang mata sembab yang ia temui semalam.Yanuar yang memiliki kepribadian menyebalkan itu rupanya memiliki sisi rapuh yang tak semua orang tahu. Jika kakak sepupunya tahu, apa mungkin mereka bisa berbaikan dan tidak ada lagi pertengkaran?“Jangan sampai gosong, saya paling nggak bisa makan makanan menghitam. Itu bisa jadi kanker!”Seruan dari orang yang dipikirkannya cukup membuat Chiara merobohkan momen melamunnya. Ia tersentak dan nyaris melempar sendok ke wajan berisi minyak panas. Seketika ia beri lirikan tajam pada pria yang berdiri di dekat tempat cucian piring.Matanya tertuju pada piring yang baru diletakkan pria itu. Sampai kemudian Chiara mengulas senyum remeh ketika sadar piring kotor apa yang hendak
Read more
PREV
123456
...
15
DMCA.com Protection Status