Semua Bab Ditolak Magang Malah Jadi Ayang: Bab 91 - Bab 100

148 Bab

91. Sambaran Petir

Yanuar baru saja menepikan mobilnya bersama kendaraan lain di tempat dengan simbol P. Ia melepas sabuk pengaman begitu mematikan mesin, lalu meraih sebuket bunga mawar putih sebelum turun. Bersama kacamata hitam bertengger di pangkal hidung, Yanuar melangkah memasuki tempat pemakaman umum.Sudah tiga tahun Yanuar menghindar dan enggan menyambangi pusara mendiang Avita dan anaknya. Ia selalu memiliki alasan kuat agar tak dipaksa datang ke sana. Butuh banyak keberanian dan kesiapan untuk sekadar membangun niat dan sampailah ia di titik ini.Buket bunga diletakkan di dekat makam. Yanuar duduk di sisi yang nyaman—di antara tempat Avita dan anaknya."Hi …." Suara Yanuar pelan, terselip serak di sana. "Maaf, aku baru ke sini sekarang, Ta."Di balik kacamata hitam, sepasang mata itu sudah berkaca-kaca. Namun terkesan ironis saat Yanuar tersenyum lebar dan memberi kekehan kemudian."Aku kacau setelah kamu tinggal pergi, aku … hancur, Ta …." Yanuar mengembuskan napas, lalu menarik satu napas l
Baca selengkapnya

92. Dia Membutuhkanmu

“Ibu tahu ini berat buat kamu.” Ucapan Ibu datang bersamaan usapan lembut di punggungnya.Selepas mendapati pilihan untuk menikah dengan Oky, pikiran Chiara sangat kalut. Ia tahu benar semua ini bukan kemauan kakak dan orangtuanya yang memaksanya untuk menikah dengan orang yang jelas tak dicintainya sama sekali.Chiara justru sudah menaruh kecurigaan pada Oky. Tampaknya pria itu menyalahgunakan kekayaannya agar bisa menikahi Chiara. Kalau memang memiliki kepribadian yang baik, dan sosok sahabat loyal, seharusnya Oky bisa membantu Ardan dengan kerugian yang fantastis itu.Mengapa pula Oky memanfaatkan kondisi Ardan yang baru terkena musibah ini?“Bu ….” Mata Chiara berkaca-kaca.“Kamu beneran nggak pa-pa, Nak?” Ibu memeluk Chiara erat. “Dan soal pacar kamu gimana?”Mata Chiara membelalak seketika. “P-pacar?” tanyanya setelah menarik diri dari pelukan. Sejauh ini, dari banyaknya anggota keluarga, hanya Junias yang mengetahui hubungannya dengan Yanuar. Rasanya aneh ketika ibunya sendiri
Baca selengkapnya

93. Dia Milikku

Selama satu jam sudah Yanuar berkutat dengan ponsel. Menghubungi Yabes dan beberapa kenalannya yang kerap menyewa orang untuk menguak identitas seseorang. Ia sudah gatal ingin menggali informasi terkait pria bernama Oky yang digadang akan menjadi calon suami Chiara.Tiap kali ingat ucapan Junias, tangannya mengepal erat dan menghantam meja kerja. Emosinya meluap-luap. Apabila semua yang terjadi sudah diskenario baik oleh Oky, ia tak segan-segan membawa pria itu mendekam di penjara.Selang beberapa saat setelah memberikan intruksi, Yanuar hendak beristirahat sejenak. Menenangkan pikiran buruknya yang dipenuhi bayangan Chiara saat dipinang nanti. Ia menghela napas berat dan menyandarkan kepala di bahu sofa. "Gue nggak salah dengar, 'kan?" Itu suara Yabes yang sukses menghentikan sesi istirahatnya. "Chiara mau nikah besok?" tanya pria itu lagi yang mau tak mau Yanuar membuka mata.Setelah dilihat, rupanya Yabes tak datang sendirian. Leona turut serta ke rumahnya. Sejak Chiara bekerja se
Baca selengkapnya

94. Apa Layak?

Semua berlalu cukup cepat. Mendadak Oky sudah tersungkur di lantai dan beberapa orang datang melerai. Yanuar yang menjadi penyebab utama kejadian tersebut kini menatap ke arahnya. Lalu mengulurkan tangan sambil menggerakkan kedua alis."Chia ... aku datang untuk kamu," ujar si pria lirih.Chiara menyapu pandangan ke sekeliling. Ia mendapati Yabes yang mulai mengurus sisanya. Kemudian Junias memberi isyarat melalui anggukan kalau semua hampir selesai.Ia menelan ludah sewaktu menjatuhkan pandangan ke telapak tangan Yanuar yang masih setia mengarah padanya. Baru saja niatnya muncul untuk meraihnya, satu tangan menarik lengannya untuk mundur karena keluarga Oky mulai mengamuk."Ibu ... Bapak ...." Chiara melihat kedua orangtuanya yang menaruh ekspresi kecewa dan juga bingung begitu diminta duduk di kamar. "Biar Chia jelaskan semuanya."Ibu lebih dulu pergi keluar ruangan, meninggalkannya bersama Bapak. Pria itu mendekatinya, berdiri di hadapannya. "Tenangkan diri kamu dulu, biar masalah
Baca selengkapnya

95. Dukungan Penuh

“Jun, coba kamu jelaskan semuanya!”Suara wanita itu menggelegar ketika Yanuar hendak menapaki kaki di ruang tengah. Tempat di mana hampir semua orang berkumpul, kecuali dari pihak Oky dan keluarganya yang berada di teras karena sibuk diinterogasi polisi.“Siapa laki-laki tadi dan kenapa dia bisa bilang Chiara hamil anaknya?” tambah si wanita yang jelas Yanuar tahu itu ibu dari Chiara. “Tante nggak habis pikir dan ngga percaya bahwa anak gadis Tante dan Om hamil di luar nikah … bagaimana ini, Jun?”“Namanya Yanuar Atmajaya, Te,” ungkap Junias pelan tanpa terpengaruh emosi bibinya. “Dan Yanuar itu bosnya Chiara waktu bekerja di kota.”“Maksud kamu … Chiara dihamili bosnya sendiri?” Ibu Chiara menyimpulkan secara gamblang dengan nada menggebu-gebu. “Setahu Tante, Chiara sempat punya pacar, Jun. Jadi … akan masuk akal kalau Chiara hamil karena pacarnya. Bukan bosnya sendiri.”Di balik dinding, Yanuar tertegun. Ia tak menyangka Chiara akan menyebarkan hubungannya pada keluarga. Meski kemu
Baca selengkapnya

96. Jangan Lama-lama

Di balik pintu kamarnya, Chiara menahan napas sewaktu mendengar Sukma dan Prabu datang ke rumah demi memenuhi keinginan Yanuar. Bukanlah suatu hal yang mustahil karena kamarnya memang tidak didesain seperti milik Yanuar yang kedap suara.Terlepas dari itu semua, Chiara tak menyangka hubungannya akan sejauh ini dengan Yanuar. Duda dingin dan kerap menjengkelkannya itu sekarang sedang melamarnya. Dan juga berusaha mengambil hati Bapak serta Ibu yang kemungkinan sulit menerima lantaran perbedaan latar belakang yang membentang.Setelah lama berpikir dan menenangkan dirinya, Chiara membuka pintu. Langkahnya bergerak perlahan, benar-benar diperhatikan karena tak ingin membuat tamu menganggapnya aneh.Beberapa detik, ia beradu pandangan dengan Yanuar. Ada binar harapan yang tergambar jelas dari tatapan pria itu. Sampai kemudian, Chiara melempar ujaran permohonan. “Saya rasa … ada baiknya kami berdua bicara lebih dulu sebelum ini diteruskan.”“Oke.” Yanuar pun bangkit dari duduk dan hendak me
Baca selengkapnya

97. Satu-satu

Hari-hari Chiara selama menunggu Yanuar menyelesaikan masalahnya adalah membantu Ibu di rumah. Ia juga banyak mengambil kelas tambahan secara online untuk menambah skill. Barangkali hal itu akan berguna di masa depan ketika nanti ada lowongan yang sesuai dengan kriterianya.Walau kemungkinan besar, setelah menjadi istri Yanuar nanti, ia akan dilarang bekerja di kantor. Semua sudah tergambar jelas dalam bayangannya, mengenai Yanuar yang kelewat protektif terhadapnya selama ini.“Chiara?” Ibu memanggil ketika jam dinding menunjukkan pukul setengah delapan pagi. “Kamu mau temani Ibu ke pasar? Atau masih ada kelas?”Tak biasanya Ibu mengajaknya bepergian. Semenjak kejadian yang menimpanya bersama Oky sebulan lalu, kedua orangtuanya selalu mengingatkannya untuk mengurangi pergi keluar rumah. Namun, pagi ini sepertinya Ibu sudah berubah pikiran.Chiara lantas bangkit dari ranjangnya. Meninggalkan beberapa buku pendamping kelas dan melangkah keluar kamar. Ibu sudah bersiap di dekat meja maka
Baca selengkapnya

98. Bincang Keluarga

Chiara baru kembali dari warung untuk membeli camilan. Sepulangnya, ia mendapati mobil mewah terparkir di luar pagar rumahnya. Begitu turun dari kendaraan roda dua, langkahnya terayun menuju teras rumah."Eh, Bu Sukma?" Chiara langsung menyalami ibu dari Yanuar yang dulu memberinya pekerjaan. Ia tak menduga akan kedatangan tamu sepenting ini di siang bolong. Mengingat kegiatannya hanya di rumah dengan mengenakan pakaian seadanya—kaus kebesaran dan celana tidur.Sukma mengulum senyum ramahnya. Saat itu Ibu yang bertugas meladeninya. Tampak dua cangkir teh terhidang di atas meja, sepertinya Sukma belum lama datang."Sini dong, Chia, duduk," tegur Sukma saat melihat calon mantunya hanya bergeming di tempat. "Ngapain bengong kayak gitu?"Seketika Chiara beradu pandangan dengan sang ibu. "I-iya, Bu," sahutnya yang kemudian mengambil duduk di sebelah ibunya sekaligus Sukma.Rasa gugup kini menyerangnya. Sungguh berbeda dengan reaksinya dulu sewaktu menghadapi Sukma di rumah Yanuar. Mungki
Baca selengkapnya

99. Saatnya Melawan

"Aku dengar, Mami ke rumah hari ini. Benar?"Suara berat Yanuar memenuhi telinga Chiara. Ia kelewat hanyut selama menikmati suara itu sampai-sampai Yanuar berdeham dan memanggilnya beberapa kali."Kamu dengar aku nggak? Atau sinyalnya ya yang bermasalah? Halo … Chiara?""Iyaaa, Bapak Yanuar Atmajaya!""Apa-apaan nih, kok tiba-tiba kamu panggil Bapak?" Suara berat itu berubah jengkel. "Chiara, please jangan gitu ya, aku nggak suka."Chiara terkekeh geli. Ia ingin mencubit pipi Yanuar rasanya kalau pria itu berada di sini. Namun, itu semua mustahil. Sekarang Yanuar masih berkutat dengan masalah yang harus diurus demi memenuhi syarat darinya."Maaf, Sayang," balasnya lirih.y "Jiah, udah berani panggil sayang gini?""Apa kamu mau dipanggil Om Kulkas yang lebih cocok?""Kenapa sih, kamu suka panggil aku Kulkas?" Akhirnya satu pertanyaan ini didapatinya juga dari mulut Yanuar langsung. Ingatan Chiara pun terlempar di momen di mana ia pertama kali bertemu dan bertengkar dengan Yanuar. Lalu
Baca selengkapnya

100. Tamparan

Suasana kian menegang ketika Prabu dan mantan besannya terus saja mencerocos—tak mau kalah. Sementara Yanuar menghela napas panjang dan berat selama menyaksikan dua orang tua beradu mulut dan entah kapan akan usai.Sampai kemudian, orang yang menjadi bahasan utama pun akhirnya muncul. Abi baru menuruni anak tangga dari lantai dua tanpa bantuan lift seperti biasa. Yanuar lumayan terkejut mendapati Abi yang terkenal manja bisa bergerak mandiri seperti itu.“Nah, biang kerok sudah datang!” seru Prabu penuh cibiran.Abi hanya mengulas senyum, tampak santai menyambut beberapa tamu penting di kediaman orangtuanya. Salah satunya Yanuar yang menjadi titik fokusnya sekarang.“Sekarang kamu mengaku saja, Abi,” imbuh Prabu sudah tak sabaran.Abi menduduki tempatnya yang berada di sebelah sang ayah. “Mengaku untuk?” Kepalanya dimiringkan sambil meluruskan pandangan ke arah Yanuar.Tanpa berlama-lama, pengacara Yanuar langsung memberikan setumpuk berkas di meja. Abi dan keluarganya menaikkan kedua
Baca selengkapnya
Sebelumnya
1
...
89101112
...
15
DMCA.com Protection Status