Share

91. Sambaran Petir

Yanuar baru saja menepikan mobilnya bersama kendaraan lain di tempat dengan simbol P. Ia melepas sabuk pengaman begitu mematikan mesin, lalu meraih sebuket bunga mawar putih sebelum turun. Bersama kacamata hitam bertengger di pangkal hidung, Yanuar melangkah memasuki tempat pemakaman umum.

Sudah tiga tahun Yanuar menghindar dan enggan menyambangi pusara mendiang Avita dan anaknya. Ia selalu memiliki alasan kuat agar tak dipaksa datang ke sana. Butuh banyak keberanian dan kesiapan untuk sekadar membangun niat dan sampailah ia di titik ini.

Buket bunga diletakkan di dekat makam. Yanuar duduk di sisi yang nyaman—di antara tempat Avita dan anaknya.

"Hi …." Suara Yanuar pelan, terselip serak di sana. "Maaf, aku baru ke sini sekarang, Ta."

Di balik kacamata hitam, sepasang mata itu sudah berkaca-kaca. Namun terkesan ironis saat Yanuar tersenyum lebar dan memberi kekehan kemudian.

"Aku kacau setelah kamu tinggal pergi, aku … hancur, Ta …." Yanuar mengembuskan napas, lalu menarik satu napas l
Locked Chapter
Continue to read this book on the APP
Comments (1)
goodnovel comment avatar
Yulca Kareny
gak percaya aku sma ardan... akal-akalan dia itu.. supaya adeknya mau sma oky.... sumpah.. kalau aku punya kaka kaya gitu... bodoh amat dia yg tabrak ko aku yg berkorban.... bodoamatlah
VIEW ALL COMMENTS

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status