Home / Romansa / Bittersweet Passion / Chapter 31 - Chapter 40

All Chapters of Bittersweet Passion : Chapter 31 - Chapter 40

158 Chapters

Bab 31. Berbohong Demi Kebaikan

Joice tidak henti melukiskan senyumannya membayangkan dirinya akan mengasuh dua anak kembar sekaligus. Tidak pernah Joice sangka kalau dirinya mengandung anak kembar. Sebuah kebahagiaan yang tidak lagi terkira. Joice seperti mendapatkan hadiah yang sebelumnya tidak pernah dia dapatkan.Sepanjang perjalanan pulang kembali dari rumah sakit, Joice terus melukiskan senyumannya. Jika Joice sejak tadi melukiskan senyuman—Marcel yang mengemudikan mobil dengan tatapan menyorot ke depan menyimpan sesuatu hal yang ada di dalam pikiran pria itu.“Marcel, menurutmu anak kita kembar laki-laki sepertimu dan Moses, atau kembar laki-laki dan perempuan?” ujar Joice bertanya dengan begitu riang.“Apa saja. Yang penting mereka sehat,” jawab Marcel dingin dan datar.Joice memeluk lengan Marcel dan menyandarkan kepalanya di lengan kekar pria itu. “Marcel, aku senang sekali memiliki anak kembar.” Marcel hanya diam di kala Joice bersandar di lengannya. Pria itu memang fokus mengemudikan mobil, namun sejak
Read more

Bab 32. Tabrakan Tak Disengaja

Joice membaca pesan masuk yang dikirimkan ayahnya. Pesan yang tertuliskan alamat di mana dirinya dan Shawn harus bertemu. Ya, hari ini Joice harus menggantikan ayahnya untuk bertemu dengan Shawn. Akan tetapi, Joice berlasan bahwa hari ini dirinya bertemu dengan Hana—manager-nya.Untungnya, Hana mau untuk diajak kerja sama. Joice tak perlu repot membujuk Hana, karena manager-nya itu mau untuk diajak berbohong. Well, berbohong demi sebuah kebaikan bukanlah kesalahan sama sekali. Pagi itu, Joice sudah tampil cantik dengan balutan dress selutut warna hijau emerald. Rambut panjang wanita itu tergerai sempurna. Riasan tipis di wajahnya menyempurnakan penampilannya.Jika biasanya Joice selalu berpenampilan seksi, kali ini Joice memilih untuk tidak terlalu berpenampilan seksi. Joice memilih untuk menggunakan dress berbahan kaus yang nyaman.“Joice, sopir akan mengantarmu.” Marcel melangkah mendekat menghampiri Joice yang tengah memakai lipstick. “Tidak usah, Marcel. Aku menyetir sendiri s
Read more

Bab 33. Berusaha Menggoda

Joice sedikit merasa tak enak di kala berada di dalam pelukan seorang pria. Dia berusaha untuk menghindar, namun posisi kakinya masih belum lurus. Jika pelukan itu sampai terlepas sudah pasti Joice akan tersungkur di lantai.Otak Joice langsung mengingat bahwa dirinya tengah mengandung. Tentu naluri keibuannya muncul. Yang dia pikirkan adalah memikirkan anak yang ada di kandungannya.Joice tidak mau sampai terjadi sesuatu hal buruk pada anaknya. Hal tersebut yang membuat Joice membiarkan ada pria asing memeluknya. Tak dipungkiri, jika tak dipeluk, maka sudah pasti Joice akan tersungkur jatuh ke lantai.“T-Tuan, maafkan aku.” Joice sedikit menunjukkan isyarat agar pria yang memeluknya itu membantunya untuk berdiri.Sesaat, pria itu menatap dalam Joice. Tatapan yang nampak memiliki arti. Dia bahkan tidak berkedip di kala melihat paras cantik Joice. Akan tetapi suara interupsi Shawn membuat pria itu segera membantu Joice untuk berdiri seperti posisi sebelumnya.“Joice, kau baik-baik saja
Read more

Bab 34. Menyumpal Mulut

Joice duduk di ranjang sambil memakan ice cream cokelat yang baru saja diantar sang pelayan. Sejak tadi hati Joice merasa tidak nyaman. Entah hal apa yang membuatnya sampai merasa tidak nyaman.Joice baru saja kembali dari pertemuannya dengan Shawn. Pun wanita itu sempat mempelajari apa saja yang dibutuhkan oleh perusahaan. Namun, memang Joice tidak langsung mengerti. Dia masih membutuhkan waktu untuk mempelajari perusahaan keluarganya.Joice mengalihkan pandangannya ke jam dinding—waktu menunjukkan pukul lima sore. “Jam berapa Marcel pulang, ya? Apa dia akan pulang malam?” gumamnya pelan.Hati Joice merasa gelisah karena Marcel belum juga pulang. Akhirnya, Joice memutuskan untuk mengambil ponselnya yang ada di atas meja, dan menghubungi Marcel. Dia ingin tahu jam berapa Marcel pulang. Akan tetapi, saat Joice menghubungi Marcel, malah Marcel sama sekali tidak menjawab panggilan telepon dari Joice. Raut wajah Joice berubah menjadi kesal karena Marcel tidak menjawab telepon darinya. Pa
Read more

Bab 35. Sampai Kapan Kau Mencintaiku?

Object pertama yang Joice lihat di kala membuka mata adalah Marcel. Senyuman di wajahnya terlukis melihat Marcel masih tertidur pulas. Dia dalam posisi tidur dalam pelukan Marcel. Sebuah moment yang sangat membahagiakan.Butuh kesabaran yang luar biasa untuk Joice bisa bersatu dengan Marcel. Begitu banyak badai yang membuat Joice tumbang, akan tetapi kenyataannya cinta Joice pada Marcel selalu lebih kuat dari apa pun. Terbukti sampai detik ini Joice mampu bertahan. Padahal dulu yang Joice dapatkan di kala mengejar Marcel hanyalah luka yang amat teramat dalam. Joice membawa tangannya menelusuri setiap inci wajah Marcel. Mulai dari alis tebal, hidung mancung, rahang tegas, dan jambang yang tercukur rapi. Segala hal di wajah Marcel benar-benar sempurna di mata Joice.Joice mengecupi rahang Marcel lembut. Pun dia menciumi dada bidang Marcel. Aroma parfume maskulin di tubuh Marcel sangat jantan dan memesona. Hanya mencium aroma parfume yang kerap dipakai Marcel saja mampu menyihir Joice.
Read more

Bab 36. Bertemu Kembali

“Joice, aku akan pulang malam. Aku ada meeting di luar. Kau tidurlah dulu, jangan menungguku.” Ini kalimat pertama yang Marcel ucapkan pada Joice. Pria itu membenarkan dasi yang melingkar di lehernya. Pun dia memakai arloji bergegas ingin pergi.“Apa hari ini kau akan sangat sibuk?” Joice mendekat membenarkan dasi Marcel yang sedikit miring.“Ya, hari ini aku akan sangat sibuk,” jawab Marcel dingin dan datar.Joice mendesah panjang. “Bisakah kau pulang jangan terlalu malam? Aku sudah terbiasa tidur di pelukanmu, Marcel. Aku pasti tidak akan bisa tidur nyaman jika kau tidak ada di sampingku.” Nadanya pelan dan tersirat membujuk Marcel agar tidak pulang malam.“Aku tidak tahu, nanti aku akan menghubungimu jika aku bisa pulang cepat,” ucap Marcel dingin dengan raut wajah tanpa ekspresi. “Aku berangkat. Jaga dirimu.”Joice mengecup bibir Marcel. “Hati-hati, Marcel. Jangan mengebut.”Marcel terdiam sebentar mendapatkan kecupan dari Joice. Detik selanjutnya, Marcel mengambil kunci mobilnya
Read more

Bab 37. Kedatangan William Geovan

Marcel membubuhkan tanda tangan di dokumen yang baru saja diberikan oleh asistennya. Pria itu sudah membaca dengan teliti dokumen yang diberikan oleh sang asisten. Itu kenapa dia dengan mudah menanda tangani dokumen tersebut.“Hendy, apa jadwalku hari ini?” tanya Marcel seraya menyerahkan dokumen yang sudah dia tanda tangani ke hadapan Hendy.“Tuan, nanti siang jam 2 Anda memiliki meeting dengan salah satu client dari Singapore,” jawab Hendy mengingatkan.Marcel mengangguk samar dan melirik arloji yang melingkar di pergelangan tangannya. Waktu menunjukkan pukul sebelas siang. Dia masih memiliki waktu dua jam untuk bersantai sebelum bertemu dengan client-nya.“Pergilah. Jangan ganggu aku sampai waktu meeting tiba. Aku ingin istirahat,” ucap Marcel dingin dengan raut wajah tanpa ekspresi. “Baik, Tuan. Saya permisi.” Hendy menundukkan kepalanya, hendak pamit undur diri, namun langkahnya terhenti di kala seorang sekretaris masuk ke dalam ruang kerja Marcel.“Tuan.” Sang sekretaris menund
Read more

Bab 38. Jamuan Makan Malam

Gaun berwarna maroon membalut tubuh Joice begitu indah. Rambut panjang wanita itu diikat ke atas memperlihatkan leher jenjangnya. Make up tipis Joice menyempurnakan penampilannya malam ini. Joice wajib tampil cantik. Apalagi malam ini Joice akan bertemu dengan kakek dan nenek Marcel.“Joice, apa kau sudah siap?” Marcel melangkah menghampiri Joice.“Sudah, Marcel. Lihatlah gaun ini cocok untukku tidak?” ujar Joice begitu riang.Marcel terdiam melihat penampilan Joice malam itu begitu cantik. Joice memiliki kulit putih bersinar layaknya porselen. Sepasang iris mata cokelat gelap Marcel hanyut akan apa yang dia lihat. “Marcel? Gaun ini tidak cocok untukku, ya?” tanya Joice pelan. Pasalnya Marcel hanya diam tanpa mengatakan apa pun padanya. “Sangat cocok,” jawab Marcel begitu spontan.Seketika Joice melukiskan senyuman di wajahnya. “Sangat cocok? Itu artinya aku cantik?” ujarnya riang.Marcel menepis pikirannya. “Lumayan,” jawabnya dingin.Bibir Joice tertekuk. “Lumayan bagaimana, Marc
Read more

Bab 39. Kemarahan Marcel

Makan malam berlangsung cukup hangat. Sejak tadi yang banyak bercakap-cakap adalah William dan Albern. Meskipun masih muda, namun terlihat Albern adalah sosok pria yang mudah membaur dan ramah. Terbukti Albern mampu membuat William nyaman padanya.Saat makan malam berlangsung, Joice lebih banyak diam. Hanya sesekali dia berbicara jika Marsha mengajaknya bicara. Dia tidak berani mengeluarkan suara karena sejak tadi Marcel sudah memberikan tatapan dingin padanya. Bahkan dia pun sampai tak berani mengobrol dengan Albern.Hati Joice merasa bersalah karena sudah membohongi Marcel. Waktu itu dirinya bertemu dengan Shawn, tapi malah mengatakan pergi dengan Hana. Kala itu Joice benar-benar terpaksa berbohong. Karena jika jujur pasti Marcel tidak akan mungkin mengizinkan dirinya bertemu dengan Shawn.“Albern, aku tidak mengira kalau kau adalah teman Shawn,” ujar William seraya menyesap vodka di tangannya. Pria paruh baya itu sama sekali tidak mengira kalau ternyata Albern adalah teman dari Sha
Read more

Bab 40. Joice Sakit

Joice duduk di ranjang dengan tangis yang tak kunjung berhenti. Perkataan Marcel begitu menusuk hatinya. Setiap penjelasan Joice ternyata sama sekali tidak digubris oleh Marcel. Padahal Joice tidak melakukan hal buruk. Pun dia sama sekali tidak mengkhianati Marcel sama sekali. Tapi kenapa malah Marcel sampai semurka itu?“Nyonya …” seorang pelayan mendekat sambil membawakan nampan yang berisikan susu khusus ibu hamil.Joice menyeka air matanya seraya menatap sang pelayan. “Ada apa?” tanyanya pelan.“Nyonya, ini susu untuk Anda. Silakan diminum selagi masih panas,” jawab sang pelayan sopan.Joice mengangguk. “Letakan saja di atas meja, nanti aku akan meminum susunya. Terima kasih.”Sang pelayan terdiam sebentar melihat wajah Joice sedikit memerah seperti demam. “Nyonya, apa Anda sakit?” ujarnya sopan.“Tidak, aku baik-baik saja,” jawab Joice pelan.Sang pelayan berinistif menyentuh tangan Joice, dan benar saja Joice sekarang demam. “Nyonya, Anda demam.”Joice menjauhkan tangannya. “Per
Read more
PREV
123456
...
16
DMCA.com Protection Status