Home / Romansa / Bittersweet Passion / Chapter 21 - Chapter 30

All Chapters of Bittersweet Passion : Chapter 21 - Chapter 30

158 Chapters

Bab 21. Kedatangan Shawn

Menikah dengan Marcel membuat perasaan Joice begitu merasa bahagia. Walaupun berawal dari konflik, tapi tetap saja tak bisa menampik bahwa perasaan Joice amat sangat bahagia.Demi anak yang ada di kandungannya, Joice memilih untuk menyingkirkan ego dalam dirinya. Dia memutuskan untuk kembali memperjuangkan cintanya pada Marcel.Tindakan Joice memang termasuk gila dan tidak waras, namun nyatanya rasa cinta Joice telah melewati batas normal. Jika wanita di luar sana pasti sudah menyerah dengan sikap Marcel, sedangkan Joice malah tetap ingin berjuang.Joice berjuang bukan serta merta karena cintanya saja, tapi juga karena dia ingin memberikan keluarga yang utuh dan bahagia untuk anak yang ada di kandungannya. Yang membuat Joice yakin Marcel bisa berubah adalah karena sampai detik ini, Marcel selalu lemah jika Joice memberikan ancaman dengan membawa-bawa anak yang ada di kandungannya. “Marcel, hari ini kau pulang jam berapa?” tanya Joice seraya menatap Marcel yang tengah memakai arloji.
Read more

Bab 22. Kau Cemburu?

“Shawn.” Joice menghamburkan tubuhnya ke dalam pelukan Shawn. Dia begitu kegirangan karena Shawn datang menemuinya. Shawn tinggal di New York, kalau Shawn sampai ke Milan artinya memang pria itu rela meluangkan waktu untuknya.Shawn tersenyum di kala Joice berada di dalam pelukannya. Pria itu membawa tangannya mengusap punggung Joice. “Bagaimana kabarmu?” tanyanya.Joice mengurai pelukan itu. “Aku baik, Shawn. Kau sendiri bagaimana?”“Aku juga baik.” Shawn tersenyum hangat.Joice memeluk lengan Shawn. “Ayo duduk. Tidak enak mengobrol sambil berdiri.” Shawn menurut, duduk di samping Joice. Tepat di kala mereka sudah duduk, para pelayan menghidangkan minuman ke atas meja. Sebelumnya, Joice sudah meminta pelayan untuk membawakan minuman.“Shawn, aku tidak menyangka kau berada di Milan,” ucap Joice dengan senyuman di wajahnya.Shawn mengambil secangkir kopi yang ada di hadapannya dan menyesap perlahan. “Kebetulan aku memiliki pekerjaan di Milan. Itu kenapa aku mendatangimu. Bagaimana pe
Read more

Bab 23. Menyusul Marcel ke Klub Malam

Joice menatap ke jam dinding—waktu menunjukkan pukul satu malam. Sekitar dua jam lalu, Marcel pergi meninggalkan rumah. Entah ke mana pria itu pergi. Joice sempat bertanya ke mana Marcel akan pergi, namun malah Marcel tidak menjawab pertanyaannya sama sekali. Pria itu tetap pergi tanpa berkata apa pun. Joice pikir Marcel akan keluar sebentar dan segera kembali pulang. Namun kenyataannya sampai detik ini Marcel tak kunjung datang. Hal tersebut yang membuat Joice jengkel luar biasa.“Ke mana Marcel?” gerutu Joice kesal. “Kenapa dia belum juga pulang?” gerutunya lagi.Joice mengembuskan napas panjang. Hatinya gelisah karena Marcel belum juga pulang. Lalu, tiba-tiba sesuatu hal menyelinap masuk ke dalam pikirannya—membuat raut wajah Joice berubah. Yang ada di kepala Joice adalah Marcel pergi menemui Paige. Tampak sepasang iris mata Joice berkilat menunjukkan penuh kemarahan yang tak terkira.Detik itu juga, Joice memutuskan untuk menghubungi Marcel, namun sayangnya nomor ponsel Marcel ma
Read more

Bab 24. Keintiman

Sepanjang perjalanan, Joice menatap Marcel yang melajukan mobil dengan kecepatan penuh. Joice sudah terbiasa mengemudikan mobil dengan kecepatan penuh, tapi kondisinya sekarang berbeda. Joice tengah hamil muda. Mengemudikan mobil dengan kecepatan penuh bisa berpengaruh buruk untuk bayi yang ada di kandungan Joice.“Marcel, pelan-pelan saja mengemudikan mobilnya. Apa kau ingin anakmu di kandunganku tiada?” seru Joice jengkel pada Marcel.“Jangan berbicara konyol, Joice!” geram Marcel kesal pada Joice yang kerap berbicara konyol.Joice mendesah panjang. “Aku bukan bermaksud untuk berbicara konyol. Aku hanya ingin kau pelan-pelan mengemudikan mobilmu, Marcel.”“Diamlah! Aku tahu apa yang harus dan tidak aku lakukan!” tukas Marcel menekankan.Bibir Joice tertekuk dalam. Tidak ada pilihan lain. Wanita memilih menurut agar Marcel tidak marah padanya.Marcel sedikit menurunkan kecepatannya namun tidak mengatakan sepatah kata pun. Ya, nampaknya perkataan Joice membuat Marcel memiliki perasaan
Read more

Bab 25. Object yang Indah

Sinar matahari menembus sela-sela jendela menyentuh wajah Joice. Sayup-sayup mata Joice mulai terbuka—dan menatap sosok object yang ada di hadapannya. Tampak senyuman di wajah Joice terlukis melihat Marcel ada di hadapannya.Pipi Joice merona malu melihat Marcel memeluknya dengan erat. Sungguh, tindakan Marcel membuat Joice benar-benar seperti berada di atas awan. Kepingan memori di dalam ingatannya mulai tersusun menjadi satu. Kejadian tadi malam tidak akan mungkin bisa Joice lupakan. Kejadian yang dikatakan manis. Joice tidak mungkin lupa di saat Marcel menyentuhnya. Meskipun kegiatan panas mereka terhenti, tetap saja tidak akan pernah bisa dia lupakan.Joice membawa tangannya membelai rahang Marcel, menelusuri setiap inci bagian wajah pria itu. Mulai dari mata, hidung, dan bibir Marcel. Semua sangat indah dan sempurna di mata Joice. Terlalu indah sampai wanita itu tidak pernah bisa berhenti mencintai sosok Marcel De Luca. Segala hal tentang Marcel telah membuat Joice jatuh sedalam
Read more

Bab 26. Aku Selalu Bersalah!

“Daddy, Mommy.” Joice menghamburkan tubuhnya ke dalam pelukan Mateo dan Miracle. Tentu Mateo dan Miracle membalas pelukan Joice. Malah Mateo dan Miracle lebih memilih fokus pada Joice ketimbang pada Marcel—putra mereka.“Sayang, kau semakin cantik.” Miracle mengurai pelukannya, meraih kedua bahu Joice, menatap menantunya itu.Joice tersenyum lembut. “Terima kasih, Mom. Kau juga semakin cantik.”Miracle mencubit pelan hidung Joice. “Mommy sudah semakin tua, Sayang.”“Tapi apa yang dikatakan Joice benar. Kau semakin cantik.” Mateo mengecup pipi Miracle.Senyuman di wajah Joice terlukis melihat kedekatan antara Mateo dan Miracle. Meskipun sudah tidak lagi muda, tapi Mateo dan Miracle sangatlah romantis. Bahkan mereka tidak segan mengumbar keromantisan mereka di depan umum. Miracle memukul pelan lengan kekar sang suami dengan pipi yang merona malu. Marcel memutar bola matanya malas melihat tingkah kedua orang tuanya seperti anak remaja yang tengah kasmaran.“Mom, Dad, ayo duduk,” ucap
Read more

Bab 27. Hasrat Terpendam

Marcel menenggak vodka di tangannya. Pria itu memejamkan mata lelah. Benaknya terus mengingat apa yang dikatakan oleh Joice. Lepas dari siapa yang salah dan siapa yang benar, dia sama sekali tidak mengira kalau Paige akan datang ke mansion baru yang ditempatinya dengan Joice. Pun hal itu membuat Marcel marah pada Paige yang datang ke rumahnya. Padahal sudah berkali-kali dia katakan pada Paige untuk tidak mengganggunya di kala dirinya tengah sibuk. Marcel mengakui emosinya memuncak melihat Joice bertengkar dengan Paige. Dia tidak sama sekali bermaksud untuk membela Paige. Tetapi emosi Marcel benar-benar terpancing karena Joice tidak patuh padanya untuk menghentikan perkelahian. Joice bahkan tidak sama sekali memikirkan keadaan wanita itu yang tengah dalam keadaan berbadan dua.Suara ketukan pintu terdengar. Refleks, Marcel mengalihkan pandangannya ke arah pintu dan meminta orang yang mengetuk pintu untuk segera masuk ke dalam. “Tuan, Anda memanggil saya?” tanya seorang pelayan seraya
Read more

Bab 28. Syarat dari Joice

Angin malam berembus cukup kencang. Langit di luar begitu gelap seakan memberi tanda bahwa sebentar lagi akan turun hujan. Namun, hingga detik ini hujan tak kunjung turun. Hanya ada awan gelap yang menutupi keindahan bulan dan bintang yang seharusnya menjadi penghias langit megah.Marcel berdiri di balkon kamar seraya mengisap rokok. Kumpulan asap rokok mengumpul di udara, lalu hilang karena diterpa angin yang cukup kencang. Tampak sorot mata Marcel menatap lurus ke depan dengan sorot mata yang memiliki arti khusus. Marcel menekan putung rokok ke asbak, dan mengalihkan pandangannya menatap Joice yang tertidur pulas di ranjang. Tubuh wanita itu masih telanjang. Hanya selimut tebal yang membalut tubuhnya.Ya, Marcel mengingat apa yang terjadi sebelumnya. Dia menyadari bahwa dirinya sulit mengendalikan diri jika berada di dekat Joice. Mungkin itu semua karena dirinya dan Joice sudah resmi menjadi sepasang suami istri. Hal itu yang membuat alam bawah sadar Marcel malah memiliki peran me
Read more

Bab 29.  Dendam Akibat Kecemburuan

Joice lega karena Marcel mau menuruti keinginannya untuk menjauh dari Paige. Ancamanya ternyata berhasil sampai membuat Marcel akhirnya mau mengalah. Setidaknya perjuangannya tidaklah sia-sia. Joice tidak pernah bisa menerima Marcel berada di dekat Paige. Sampai kapan pun, dia tidak rela wanita ular itu di dekat suaminya. Sejak di mana Joice memutuskan untuk memperjuangkan kembali hubungannya dengan Marcel, maka dia akan berusaha berjuang sampai akhir.Kemarin, Joice sempat kecewa pada Marcel yang jauh lebih membela Paige, namun semuanya sudah membaik saat Marcel mengucapkan maaf padanya. Ya, untuk urusan hati memang Joice mengakui dirinya sangat lemah.Joice selalu mudah memaafkan Marcel yang memberikan luka yang dalam untuknya. Anggaplah dirinya bodoh, Joice mengakui akan hal itu. Namun, dia tidak peduli dengan apa yang dikatakan orang padanya.“Joice, aku pergi. Ada pekerjaan yang harus aku urus,” ucap Marcel dingin dengan raut wajah tanpa ekspresi.Joice menatap Marcel yang tenga
Read more

Bab 30. Hamil Anak Kembar

“Marcel, kau sudah pulang?” Joice tersenyum hangat melihat Marcel sudah pulang. Dia segera memeluk dan membenamkan wajahnya di dada bidang Marcel. Meskipun sudah seharian di luar rumah, tapi aroma parfume di tubuh Marcel tidaklah hilang.“Kenapa kau belum tidur?” Marcel menatap dingin Joice. Dia membiarkan Joice memeluknya, tapi dia juga tidak membalas pelukan wanita itu.Joice menekuk bibirnya. “Aku tidak bisa tidur, Marcel.”“Ini sudah malam. Tidurlah,” tukas Marcel dingin dan datar.“Iya, sebentar lagi aku akan tidur.” Joice masih menyandarkan kepalanya di dada bidang Marcel. Dia seperti enggan untuk menjauh dari Marcel. Hamil membuatnya selalu ingin berada di dekat Marcel.Marcel terdiam sebentar membiarkan Joice memeluknya. “Minggu depan kita akan memeriksa kandunganmu.”Joice mendongakkan kepalanya dari dalam pelukan Marcel. “Kenapa tidak bulan depan saja, Marcel?” tanyanya pelan.“Ck! Terlalu lama!” jawab Marcel.Joice tersenyum sambil membelai rahang Marcel. “Pasti kau tidak s
Read more
PREV
123456
...
16
DMCA.com Protection Status