Pak Anwar mengarahkan senter ke sumber suara. Namun, tidak ada jawaban. Kasim dan Fikri mati-matian menahan napas sambil menutup mulut. Ketakutan sedang menguasai hati mereka.“Semakin hari, setan semakin berani berkeliaran. Kalau kalian setan, jangan pernah ganggu aku. Aku tidak mengusik kalian dan kalian jangan mengusik kehidupanku.”Kasim dan Fikri melihat Pak Anwar komat-kamit seperti membaca sesuatu. Lalu tanpa terduga, ayah sahabat mereka itu melepehkan ludah dengan kecepatan maksimal.Sialnya, air liur tersebut menempel di pipi Fikri. Andai tidak sedang bersembunyi, mungkin dia sudah memaki panjang pendek.Kasim mati-matian menahan gelak tawa. Sungguh dia tidak menyangka kalau Pak Anwar mengira mereka setan yang harus diusir dengan mantra-mantra.Mereka berdua tetap berdiam diri tanpa bergerak sedikit pun, hanya bisa saling pandang, walau suasana di tempat mereka gelap, terbantu oleh cahaya lampu senter Pak Anwar yang terkadang menyorot ke arah mereka.“Sebentar lagi Idul Adha,
Baca selengkapnya