Semua Bab CEO Tampan Itu Ayah Putraku : Bab 101 - Bab 110

154 Bab

Season 2

Hi, pembaca Zila yang baik. Terima kasih sudah mengikuti kisah ini hingga di chapter 100. Sekarang kita lanjut ke season 2 yah. Season 2 ini kita pindah ke London, di mana Mikael, Ananta dan Sean menjalani hidup baru di sana. Jadi, jangan heran ketika banyak sekali tokoh baru yang muncul dan bahkan tidak ditemukan di season 1. 90 persen memang baru. Namun, itu semua demi keperluan cerita ya Readers, tidak diada-ada. Disesuaikan dengan konteks cerita kok. Semoga suka ya dan tetap tungguin selalu update-nya yah. Buku ini update setiap hari. Namun, jika libur, diusahakan hanya libur satu kali dalam satu minggu. Salam hangat dari Zila Aicha
Baca selengkapnya

1. London, Inggris

London, 3 tahun kemudian"Ma, apakah papa akan mengantarkan aku ke sekolah?" tanya Sean di suatu pagi.Ananta mencoba untuk tetap tersenyum pada sang putra, "Maaf, Sayang. Papa masih tidur. Hari ini tak bisa mengantar Sean ke sekolah. Sean sama Mama saja ya?"Sean terlihat begitu sangat kecewa atas ucapan sang mama, tapi bocah kecil yang saat ini sudah berusia delapan tahun itu mengangguk paham ke arah sang ibunda."Oh iya apa kita akan mampir ke rumah Bibi Helen saat pulang nanti?" tanya Sean yang sudah sangat merindukan adik sepupunya."Belum bisa, Sayangku. Mama ada janji dengan teman Mama, besok saja ya, Nak?" balas Ananta terlihat tidak enak.Akan tetapi, sekali lagi Sean mengangguk paham. Bocah itu seakan tak ingin membuat sang mama kerepotan sehingga memilih untuk menerima semuanya."Anak pintar," puji Ananta sambil mengelus rambut putranya.Setelah selesai sarapan, Ananta segera meminta pelayan untuk membawa tas milik sang putra ke mobil, sementara dirinya mengambil tasnya di
Baca selengkapnya

2. Kelopak Bunga Mawar

Mengapa ada bunga ini di sini, Mike? Bunga itu ... untuk siapa?Segala pikiran buruk mulai menguasai otak di dalam kepala cantik Ananta. Wanita yang sedang tidak bisa tenang itu kemudian keluar dari dalam mobil dengan sedikit linglung.Daniel dan Rodrigo sampai saling lempar tatap, terlihat cemas dengan keadaan sang nyonya. Tetapi dua orang pengawal yang sama-sama merangkap menjadi sopir itu tak berani membuka mulut mereka untuk bertanya."Rodrigo, apa Sir Mikael masih di dalam?" tanya Ananta."Masih, Madam." Rodrigo menjawab.Ananta mengangguk dan kemudian dia memerintah, "Tutup mobilnya!"Setelah memberi perintah pada Rodrigo, dia beralih pada Daniel, "Daniel, kembalilah ke pos, aku akan masuk ke dalam.""Baik, Madam," sahut Daniel.Ananta pun berjalan sembari masih menggenggam satu kelopak mawar di tangan kanan. Jantungnya sudah berdetak tidak karuan. Sungguh, dia takut menghadapi kenyataan yang mungkin berakhir menyakitkan.Dia belum sanggup. Astaga, dia mulai teringat akan masa
Baca selengkapnya

3. Rencana

Wanita yang semula sudah tenang itu kini kembali gelisah."Mike, kau tidak sedang berbuat gila kan?" gumam Ananta yang saat itu sudah tidak bisa berpikir secara positif lagi.Akan tetapi, dia memilih untuk tidak gegabah dan berpura-pura seakan tidak terjadi apapun di depan sang suami maupun putranya ketika mereka berdua menikmati makan malam di rumah mereka."Papa, Sean senang akhirnya Papa punya waktu lagi buat Sean," ucap bocah yang semakin hari semakin terlihat begitu mirip Mikael itu.Mikael tersenyum pada sang putra, "Setelah ini Papa janji akan lebih sering menghabiskan waktu dengan kalian. Jangan khawatir, jagoan Papa."Sean melebarkan senyumnya. Bocah itu kemudian menoleh ke arah ibunya yang tampak diam sehingga dia bertanya, "Ma, apa Mama lagi enggak enak badan?"Ananta sontak menjawab, "Mama enggak apa-apa, Sayang. Kenapa Sean ngomong begitu?"Mikael terlihat memperhatikan istrinya sembari mengunyah makanannya."Habisnya Mama diam aja dari tadi," balas Sean sambil mengangkat
Baca selengkapnya

4. Selingkuh?

Melihat istrinya hanya terdiam saja, Mikael kembali memanggil, "Sayang."Ananta tersadar dari lamunannya, "Oh, iya. Aku ... tadi hanya ingin memindahkannya saja."Wanita itu lalu bangkit dari tempat tidurnya, lalu segera memberikan ponsel yang milik Mikael kepada sang pemilik."Terima kasih," ucap Mikael sembari tersenyum menggenggam ponselnya dengan tangan terlihat agak basah.Ponsel itu ponsel dengan teknologi canggih sehingga tak mungkin rusak meskipun terkena air.Namun, ketika Mikael hendak menutup pintu kamar mandi Ananta langsung bertanya, "Apa kau akan menggunakan ponselmu di dalam kamar mandi, Mike?"Mikael memutar badan, "Iya, Sayang. Aku sedang menunggu panggilan dari kolegaku.""Kolega? Tapi ini masih terlalu pagi, Mike. Mana mungkin kolegamu meneleponmu di jam luar kantor? Dan lagi ... bukankah biasanya semua urusan harus melewati sekretaris atau asistenmu dulu?" tanya Ananta.Mikael mengulas sebuah senyum aneh pada istrinya, "Sayang, tidak semua klien atau kolegaku melak
Baca selengkapnya

5. Rahasia

Baru kali ini Ananta melihat raut Mikael yang tampak terganggu dengan nama kota yang merupakan ibukota negara Perancis itu.Mikael Alexander bahkan tak mau membalas ucapan istrinya sehingga Ananta terpaksa harus kembali mengulang, "Ada apa dengan Paris? Apa kamu memiliki kenangan buruk di sana atau bagaimana, Mike?"Mikael memejamkan matanya sejenak. Sean pun terlihat menatap aneh ke arah ayahnya yang bersikap tidak seperti biasanya.Anak kecil yang baru saja berusia 8 tahun itu kemudian ikut berkata, "Kalau Papa memang nggak suka kota Paris, kita bisa pergi ke tempat lain."Ananta menatap putranya dengan penuh rasa bersalah dan kini dia memilih untuk menurunkan egonya."Ah, ya sudah. Tidak ke Paris juga tidak masalah," kata Ananta.Mikael yang melihat istrinya menyerah dengan begitu mudah itu sedikit agak terkejut tetapi dia segera membalas ucapannya, "Baiklah, kalau begitu kita ke Roma atau Berlin saja. Bagaimana?"Tanpa ragu Ananta menganggukkan kepalanya, "Berlin juga bagus dan ke
Baca selengkapnya

6. Liburan

"Astaga, dia sangat keterlaluan."Ananta merasa tidak percaya melihat tingkah suaminya yang menurutnya begitu sangat ajaib.Tak pernah sekalipun Mikael bertingkah seperti itu selama mereka menjalin hubungan dimulai dari mereka yang belum memutuskan untuk bersama.Mikael Alexander memanglah seorang pria dingin yang arogan tetapi dia bukan orang yang akan meninggalkan lawan bicaranya ketika mereka masih memiliki masalah.Lalu, mengapa sekarang Mikael bersikap seperti itu? "Kamu sudah terlalu banyak berubah, Mike. Aku mulai tidak mengenali dirimu lagi," gumam Ananta.Maka, semalaman Ananta kesulitan untuk tidur karena terpikirkan masalahnya dengan Mikael yang belum menemui titik terang.Namun, pagi harinya seolah mereka berdua tidak memiliki masalah apapun, Mikael tersenyum kepadanya dan bahkan membawakan masakan untuk Ananta yang bisa digunakan untuk acara sarapan pagi mereka berdua."Maafkan aku, Sayang. Semalam aku terlalu emosi sampai akhirnya pergi dari kamar kita. Tapi, kamu tahu
Baca selengkapnya

7. Sikap yang Tidak Biasa

"Tidak, Nanta. Aku tidak ingin ada yang mengganggu liburan kita," jawab Mikael.Tetapi Ananta masih mencoba untuk mengubah pendirian sang suami dengan berkata, "Untuk apa liburan jika dia tak bisa menikmatinya, Mike?"Mendengar hal itu Mikael Alexander menjadi terlihat sangat tersinggung. Hal itu terlihat sangat jelas dari raut wajahnya yang segar tiba-tiba berubah seperti seakan sedang menahan kesal, "Kenapa berbicara seperti itu? Apa kamu tak bisa menghargai usahaku yang sudah meluangkan waktu untuk kita bertiga, Nanta?"Ananta terkejut dengan reaksi Mikael. Padahal, selama mereka menikah Mikael bukanlah tipe orang yang mudah sekali tersinggung seperti ini. Tetapi, kali ini laki-laki itu terlihat mudah marah. Aneh.Apa yang sebenarnya terjadi denganmu, Mike? batin Ananta."Mike, bukan begitu. Aku hanya-""Padahal niatku baik, hanya ingin kita bertiga lebih bisa menghabiskan waktu bersama tanpa ada gangguan dari pihak manapun. Mengapa kamu tidak bisa menyadari hal ini?" kata Mikael,
Baca selengkapnya

8. Tak Ada yang Berubah

Mikael menyeringai seperti seekor binatang buas, "Tentu saja, Sayang. Kau selalu bisa memahamiku dengan sangat baik."Keduanya pun tidak lagi menunda untuk menyalurkan hasrat mereka berdua.Dalam hal bercinta, Ananta masih merasakan sentuhan-sentuhan Mikael dan juga cara menatap pria itu kepadanya tak ada yang berubah. Semuanya tampak sama dan Ananta tidak mungkin salah dalam hal itu.Pria itu masih menjadi pria paling romantis jika di atas ranjang. Ananta pun juga berusaha mengimbangi Mikael agar pria itu tak curiga kepadanya yang sedang membumbung rasa curiga yang besar."Ah, kamu selalu bisa membuatku melayang di manapun kita berada," kata Mikael usai percintaan mereka berakhir dengan keduanya yang sama-sama merasakan kepuasan yang besar.Tak bisa dipungkiri, kali ini Ananta masih menikmati percintaan mereka meskipun setelahnya dia kembali merasa hambar lagi. Tetapi wanita itu tetap membalas, "Tentu, Sayang. Bukankah kita berdua memang diciptakan satu sama lain sehingga hanya akul
Baca selengkapnya

9. Makan Malam

Tetapi, sayang sekali Mikael sama sekali tidak mendengarkan apa yang dikatakan oleh istrinya dan hanya berkata, "Ini penting. Dua menit saja."Usai mengatakan hal itu, pria itu langsung bangkit dari kursinya dan segera menyingkir dari mereka. Dia terlihat mengangkat panggilan di luar tapi Ananta masih bisa melihat suaminya itu dari tempat mereka duduk.Sean yang melihat wajah sang ibu yang dipenuhi oleh kemarahan itu berujar, "Ma, jangan marah! Papa hanya sebentar saja kok."Astaga, ketika Ananta mendengar suara sang putra, wanita seketika menyadari bila ada putranya di sana. Wanita itu langsung saja menghela napas panjang, "Oh, sayang. Maafkan Mama. Mama ... tidak bermaksud membuatmu melihat kami bertengkar.""Mama ...."Wanita itu kehilangan kata-kata hingga Sean cepat-cepat berujar, "Mama, Sean sudah 8 tahun. Sudah bukan anak kecil lagi. Sean paham, terkadang orang dewasa memang kerap bertengkar tapi bukan berarti mereka saling membenci."Ananta terbungkam."Kadang hanya karena be
Baca selengkapnya
Sebelumnya
1
...
910111213
...
16
DMCA.com Protection Status