Sayangnya dia melihat Mikael dan Sean sudah sampai di sana sehingga dia buru-buru memasukkan kertas kecil itu di bagian kantong celananya. Selepas itu, dia berakting seolah sedang mengantuk.Begitu pintu mobil terbuka, Mikael berkata, "Maafkan aku sudah membuatmu menunggu lama, Sayang.""Tidak apa-apa, Mike. Tapi, bisakah kita langsung pulang saja? Aku sangat mengantuk," ujar Ananta.Tapi tiba-tiba Mikael berkata, "Oh, Sayang. Aku sudah terlanjur membeli tiket untuk kita nonton."Sean langsung bersorak, "Di mana, Pa? Film apa?""Film superhero favoritmu, Sayang." Mikael menjawab dengan nada lembut.Sean terlihat antusias seketika. Ananta yang melihat wajah itu pun menjadi melembut kembali, "Oh, baiklah. Kita akan pergi ke sana, tapi di mana bioskop itu terletak, Mike?""Tidak jauh dari sini," kata Mikael yang kemudian sudah meminta sopir untuk segera membawa mereka ke tempat itu.Namun, tidak lupa Ananta bertanya lagi, "Apa kamu menyewa biskop itu juga untuk kita bertiga, Mike?" Mika
Setelah memiliki tekad yang luar biasa kuat itu, Ananta justru semakin bersandiwara seolah tidak terjadi apa-apa di depan sang suami.Hingga hari liburan mereka yang ke-4, Ananta merasa liburannya berjalan dengan cukup membosankan. Tetapi dia cukup bahagia ketika melihat putranya terlihat seperti mulai menerima apa yang telah diatur oleh ayahnya.Hal itu terlihat dari bagaimana Sean sudah tak lagi bertanya kepada ayahnya jikalau dia tak menemui satupun orang di tempat wisata yang mereka kunjungi."Mike, aku sepertinya harus pergi ke toilet," ucap Ananta ketika mereka sedang berada di tengah jalan.Mikael berkata, "Apa kamu tidak bisa menahannya sebentar, Sayang?""Restoran tujuan kita tidak kurang dari 5 menit lagi kita sudah sampai di sana, Nanta," lanjut Mikael sembari melirik ke arah arlojinya.Sang sopir juga ikut membenarkan bila memang restoran yang menurut Mikael memiliki makanan-makanan yang begitu lezat itu tak jauh lagi dari posisi mereka sekarang.Tetapi, Ananta tetap bers
Lima belas menit berlalu, Mikael Alexander mulai tidak sabar menunggu istrinya.Pria itu bukannya curiga pada sang istri tapi lebih pada khawatir kalau istrinya itu tersesat atau malah hilang.Bukan karena dia tak percaya akan kemampuan berkomunikasi istrinya yang sangat bagus dalam bahasa Jerman, tapi karena Ananta belum pernah pergi ke Berlin.Wanita itu memang pandai menggunakan teknologi tapi tetap saja Mikael tak bisa menghilangkan rasa cemasnya.Laki-laki berambut pirang itu pun segera menelepon ponsel Ananta yang ternyata mati sehingga dia kemudian terpaksa menelepon sopirnya.Hatinya mulai dipenuhi oleh rasa khawatir. Ananta sangat jarang mematikan ponselnya.Tapi, dia mencoba menenangkan diri dan berpikir bila mungkin sedang tak ada sinyal di sana sehingga ponsel istrinya itu tak bisa dihubungi."Kenapa lama sekali?" tanya Mikael."Maaf, Sir. Di dalam ada memang banyak sekali orang," jawab sang sopir.Mikael pun terpaksa menunggu dengan sabar.Sean yang begitu sangat bosan be
Gadis itu terlihat terdiam dan Ananta pun langsung paham. Wanita cantik yang sudah tidak sabar mendengar berita mengenai sang suami itu pun segera mengeluarkan sejumlah uang tunai lalu memberikan uang itu pada sang pelayan yang matanya sontak berbinar cerah saat mendapatkan uang yang sangat banyak itu."Anda serius memberikan semua uang ini untuk saya?" tanya gadis itu masih sambil memegang itu."Iya. Saya bisa memberimu lebih jika kamu memberikan informasi yang lebih lengkap pada saya. Uang bukan masalah untuk saya."Jawaban Ananta membuat sang pelayan semakin tertarik pada bisnis menggiurkan itu.Ananta mendesah. Dia benci menggunakan cara seperti ini, tapi dia tidak punya pilihan lain. Sedangkan apa yang dia katakan memanglah benar. Mikael Alexander tak pernah sekali pun mengurusi keuangannya. Pria itu selalu memberikan uang bulanan dengan jumlah yang sangat besar dan jarang dia gunakan. Mikael pun tak pernah mengeceknya. Akan tetapi, bukan berarti dia bisa menggunakan kartu debi
Ananta seketika tersenyum pada sang suami dan kemudian memberikan sebuah kecupan 'selamat pagi' untuk Mikael.Mikael balas tersenyum tapi segera bertanya, "Kenapa kamu manis sekali di pagi begini?"Ananta cemberut, "Mengapa? Apa kamu tidak mau aku melakukannya? Kamu tidak suka?"Mikael tertawa kecil, "Oh, bukan begitu. Tentu saja aku sangat menyukainya, tapi ... ketahuilah, Sayang. Kita sedang tidur bersama dengan putra kita tersayang. Lalu, bagaimana jika dia terbangun dan melihatnya?"Ananta mendengus pelan. "Kamu benar-benar merusak suasana, Mikael Alexander.""Oh, Sayang. Aku tidak bermaksud begitu, tapi kamu selalu berkata malu jika kita tertangkap oleh putra kita saat kita sedang bermesraan. Lalu, mengapa kamu sekarang tidak keberatan?" ujar Mikael dengan setengah menahan senyum.Entah mengapa cara istrinya menggodanya itu membuatnya bersemangat dan luar biasa ceria. "Ah, sudahlah, Mike. Aku akan mandi saja," kata Ananta.Akan tetapi, ketika Ananta bergerak menjauh darinya, wan
Ananta menggigit bibir, cemas bila Mikael sampai terlebih dulu di rumah mereka. Hal ini akan menimbulkan sebuah kecurigaan Mikael terhadapnya.Tetapi, dia merasa begitu beruntung karena mobil taksi yang dia tumpangi memiliki sopir yang cukup handal sehingga dia berhasil sampai di rumah beberapa menit sebelum Mikael tiba. Dengan mengendap-endap dia masuk lewat pintu belakang dan melempar tas kecil dan sepatunya di dekat tempat sampah di belakang rumah lalu masuk ke dalam rumah.Dia segera menggunakan sandal rumah dia berjalan menuju dapur sambil mengatur napasnya yang terengah-engah. "Sayang, kau di sini rupanya!" ucap Mikael ketika lelaki itu memasuki area dapur.Terlihat istri cantiknya sedang membuat sirup segar berwarna merah.Ananta tersenyum, "Memang di mana lagi aku berada seharusnya, Mikael?"Mikael melebarkan senyum, "Tidak. Maksud aku, tadi aku lihat di CCTV dan aku tidak menemukanmu di mana-mana. Aku pikir kau pergi."Ananta sedikit kaget.Jadi, kau mengecek keberadaanku? U
Tanpa terduga, Ananta ditarik lebih mendekat ke arah suaminya. Mikael bahkan memberikan senyuman penuh cinta untuk Ananta.Ananta sampai tercengang dengan reaksi spontan Mikael tersebut, terlihat sekali pria itu begitu posesif dan melindungi dirinya.Mike, apa yang sebenarnya terjadi? Mengapa kamu selalu membuatku bingung?Pria tampan itu kemudian berbisik dengan nada yang begitu sangat lembut di telinga sang istri, "Nanta, dia adalah salah satu wanita yang pernah menghabiskan malam denganku beberapa tahun yang lalu. Maksudku, sebelum kita bertemu lagi."Mikael pun kemudian menjelaskan dengan hati-hati, seakan tak mau istrinya sakit hati."Hanya satu kali aku melakukannya, tapi dia selalu mengejar-ngejarku. Beberapa kali. Tapi, Sayang. Baru kali ini aku melihatnya sejak aku tiab di Inggirs," jelas Mikael.Ananta menghela napas panjang, setidaknya wanita ini hadir sebelum mereka menikah sehingga Mikael memang tidak bersalah dalam hal ini. Hanya saja, tetap saja menghadapi wanita yang p
Sean, anak kecil berusia 8 tahun itu terlihat begitu bahagia karena dijemput oleh kedua orang tuanya.Hal ini termasuk sangat langka baginya karena biasanya hanya salah satu dari kedua orang tuanya itu yang menjemput dirinya.Segera saja dia berlari menuju ke arah Ananta dan Mikael yang menunggu bocah itu dengan senyuman yang begitu hangat."Papa, Mama," panggil bocah yang kini tingginya sudah bertambah banyak itu.Mikael melepaskan gandengan tangannya pada sang istri lalu berlari menyambut putranya itu dan kemudian langsung menggendongnya.Sean tertawa, "Papa, bukankah aku sudah terlalu besar untuk Papa gendong?""Tidak. Kamu tetap akan Papa anggap masih kecil, Nak," balas Mikael sembari mengecup pipi putranya dengan begitu penuh kasih sayang.Wanita seksi yang menyaksikan pemandangan itu pun hanya bisa membelalakkan mata.Mana mungkin?Ini Mikael Alexander yang itu?Yang hanya doyan berkencan dengan wanita tanpa peduli perasaan setiap wanita yang ditiduri?Yang benar saja. Ini tidak
Justin pun segera menjelaskan lebih lanjut perihal cara menelepon Alan Samudera. Keesokan harinya, di hadapan sama orang, kecuali putranya, Sean, Ananta melakukan sebuah panggilan pada Alan. Terlihat Mikael awalnya tidak suka melihat istrinya menelepon mantan pacarnya dulu tetapi dia tidak bisa memprotesnya. "Alan, ini aku ... maaf, aku harus melakukan ini," kata Ananta mengawali panggilan itu. Tentu saja dalam layar itu Alan terlihat begitu sangat terkejut. Tetapi, laki-laki itu malah langsung bertanya, "Vina. Bagaimana keadaan Vina, Nanta?" Anehnya wajah laki-laki itu terlihat begitu sangat sedih sehingga Ananta cepat-cepat menceritakan masalah tentang Vina. Betapa terkejutnya pria itu kalau mendengar kondisi mantan istrinya itu, tanpa menunda-nunda lagi dia berkata, "Aku akan segera pergi ke Indonesia dan menjenguk dia." Tak disangka-sangka oleh keluarga Wiriyo, Alan Samudera tampak tak menghindar dari mereka dan bahkan telah memutuskan untuk membantu mereka. "Aku tidak meny
Ananta memejamkan matanya seolah mencoba untuk tetap kuat. Dia tak boleh terlihat lemah di depan suaminya itu, meskipun kenyataannya dia saat ini memang sedang melemah.Wanita itu tak membalas sepatah kata pun perkataan suaminya hingga kemudian Mikael Alexander menghentikan ucapannya sendiri. Dia tak lagi melanjutkan perkataan kejamnya.Ketika dia melihat istrinya sedang menutup matanya dan bahkan dia bisa melihat bagaimana tubuh Ananta sedikit bergetar karena mendengarkan perkataannya itu, Mikael segera mundur ke belakang dan memegang kepalanya dengan rasa frustrasi yang sangat mengganggunya."Astaga, apa yang sudah aku lakukan?" gumam Mikael yang kini menatap istrinya dengan penuh penyesalan.Ananta bahkan belum berani membuka mata sehingga Mikael kini kembali melangkah ke depan lalu mendekati istrinya dengan perlahan. Dia ingin merengkuh istri tercintanya itu dan menenangkannya."Sayang, maafkan aku. Aku-""Tidak apa-apa," ucap Ananta yang langsung mundur ke belakang setelah dia ta
"Begini, Madam. Kami bisa membantu Anda dengan membuat sebuah tawaran kerjasama dengan perusahaan beliau," kata Justin.Ananta segera mengerutkan keningnya, "Maksud Anda? Anda berniat untuk menawarkan sebuah kerjasama palsu pada Alan?"Justin berdeham kecil saat idenya itu dikatakan demikian, tetapi dia tidak memiliki hak untuk tersinggung karena memang sebutan itu memang tepat."Ini demi menjaga kerahasiaan tujuan Anda, Madam," ucap Justin dengan nada yang terdengar sedikit agak malu.Sebagai seorang detektif, sudah menggunakan berbagai cara dan bahkan dengan cara yang kotor sekalipun untuk menuntaskan kasus-kasusnya.Tidak sekali hanya dua kali dia kerap melakukan sebuah tipu daya agar dia bisa menjebak orang yang dia incar. Akan tetapi, baru sekarang ini dia merasa begitu sangat malu dan tidak nyaman setelah mendengar ucapan dari Ananta Alexander.Dia tidak mengerti. Yang dia ketahui pendapat wanita itu seakan langsung mudah membuatnya goyah.Ada apa denganmu sebenarnya, Justin? Ka
"Luar negeri. Aku yakin dia tidak mungkin berada di Indonesia. Jadi, memang satu-satunya tebakan yang mungkin paling benar adalah dia berada di luar negeri selama ini," kata Alma. "Itu masuk akal. Kalau hanya di dalam negeri tak mungkin informan kita sampai tak berhasil melacak keberadaannya walaupun hanya sedikit," kata Johan. Belinda menganggukkan kepalanya setelah dia memahami semua itu. "Kalau begitu detektif swasta yang disewa oleh Ananta sangatlah bagus karena mereka bisa menemukan keberadaan Alan hanya dalam waktu yang cukup singkat." Sementara itu Ananta yang masih di tengah jalan mengemudikan mobilnya dengan tidak sabar. Dia ingin segera mengetahui informasi tentang Alan dan ingin melakukan apa yang dia inginkan. Begitu sampai di kantor detektif swasta tersebut yang tak terlalu jauh dari rumahnya atau hanya sekitar 15 menit perjalanan menggunakan mobil tanpa kemacetan, Ananta melihat Vincent yang sedang duduk di depan seolah sedang bersantai. Vincent segera berdiri ketik
Dari panggilan itu Mikael menjelaskan, "Maafkan aku, Sayang. Aku sedang begitu sangat sibuk.""Sampai kamu lupa mengabari istri dan anakmu? Yang padahal sedang jauh dari jangkauanmu?" ucap Ananta sinis.Mikael terdiam selama beberapa saat hingga kemudian pria itu kembali berkata, "Maaf, Nanta. Aku benar-benar sedang tidak bisa menghubungi kamu kemarin dan baru sekarang aku bisa menghubungimu."Ananta menghela napas panjang. Kali ini dia benar-benar tidak bisa memahami apa yang sedang dikerjakan oleh suaminya itu.Dia pun juga tak bisa mencari tahu lebih banyak karena keterbatasan yang dia miliki. Dia sudah tidak memiliki Helen dan juga dia pun tak memiliki orang lain yang bisa dia tanyai mengenai sang suami.Menurutnya sangat percuma untuk mendesak Mikael berkata yang sebenarnya."Hm, lalu apa kau akan pergi ke Indonesia atau tidak?" tanya Ananta."Aku tentu saja akan pergi. Bagaimana mungkin aku membiarkan kamu dan Sean sendirian di sana?" ucap Mikael.Nyatanya kamu bahkan lepas kami
Haruka menatap sahabatnya itu dengan seksama, "Boleh. Kamu boleh melakukan apa saja jika itu bisa membantumu, asalkan jangan lupakan satu hal, Nanta."Wanita itu tentu saja tak mau jika sahabatnya itu sampai salah melangkah sehingga dia mencoba untuk memberikan beberapa saran agar masalah yang dihadapi oleh sahabatnya itu bisa terselesaikan tanpa adanya penyesalan ataupun kesalahan lain yang mungkin dia perbuat.Ananta cepat-cepat membalas, "Apa, Haruka?"Haruka menahan napas dan kemudian menghembuskannya secara perlahan, "Ketika kamu sudah mendapatkan bukti yang kamu inginkan itu, kamu tidak boleh goyah. Jangan pernah sekalipun kamu berpikir untuk mundur jika semuanya sudah tersaji di depan mata."Haruka mengamati perubahan ekspresi Ananta dan kini dia yakin bila kali ini sarannya sudah tepat sasaran.Ananta menelan ludahnya dengan gugup ketika dia teringat bagaimana dia membatalkan penyelidikannya kala itu.Padahal hanya satu langkah saja dia pasti sudah tahu apakah suaminya itu mem
Namun, Alan tahu percuma saja dia berpikir karena nyatanya semua yang ada di dalam kepalanya itu tak pernah bisa dia lakukan.Dia lalu memutuskan untuk lanjut berjalan melihat-lihat pemandangan sekitar dan larut dalam dunia yang menurutnya tak sedikitpun bisa menyembuhkan hatinya itu.Sementara itu, Ananta masih menunggu kabar dari sang detektif muda untuk informasi selanjutnya. Pagi itu, Ananta memilih untuk berkunjung ke kediaman Haruka bersama dengan Sean serta seorang sopir keluarga besarnya."Kamu yakin hanya pergi dengan sopir saja, Nanta? Nggak apa-apa, Nanta?" tanya Johan dengan wajah terlihat tidak tenang.Ananta tersenyum pada sang ayah, "Papa nggak perlu khawatir. Ananta bisa sendiri kok. Sama sopir udah cukup. Lagipula, sekarang jarak ke kota itu bisa ditempuh lebih cepat kan?"Johan pun akhirnya melepaskan putri sulungnya itu untuk pergi ke kota di mana Haruka tinggal.Perjalanan itu tak memakan waktu lama dan hanya ditempuh sekitar satu jam lebih saja."Tante," seru Sea
Justin mendengus keras sebelum kemudian menanggapi perkataan Vincent, "Takdir? Takdir yang bagaimana maksudmu?"Tatapannya penuh dengan kebingungan sehingga Vincent pun tak tahan untuk segera menjelaskan."Hm, takdir di antara sepasang muda mudi yang bertemu karena ketidaksengajaan dan-""Jangan gila! Dia sudah memiliki seorang suami dan bahkan anak," sambar Justin cepat agar temannya itu tak lagi berpikir macam-macam.Dia tak mau bila Vincent membayangkan hal yang bukan-bukan.Vincent terlihat terkejut dengan ucapan Justin dan langsung saja dia melihat file yang diisi oleh Ananta tadi."Ah, kau benar. Dia memang sudah menikah dan memiliki seorang anak. Hm, sungguh aku pikir dia itu masih single," kata Vincent masih terlihat sulit percaya.Justin menaikkan alis kanannya lalu menatap Vincent dengan tatapan aneh.Vincent terkikik geli lalu berkata, "Ayolah, dia memang terlihat masih begitu sangat muda kan? Sangat cantik dan tidak terlihat seperti seorang wanita yang telah memiliki seora
"Iya, Pa. Bagaimana menurut Papa?" tanya Ananta tanpa sedikitpun ragu.Johan menggelengkan kepalanya, "Entahlah. Papa belum pernah menggunakan detektif swasta. Jadi, Papa tidak bisa memberikan kamu pendapat."Ananta mengangguk mengerti, "Nanta pernah menyewa detektif swasta di London dan mereka sangat membantu Ananta."Tetapi, Johan terlihat sanksi. "Nanta, kamu tidak bisa membandingkan negara yang pernah kamu tinggali itu dengan Indonesia. Kamu tahu juga kan kalau di sini masih sangat jarang orang yang menggunakan jasa detektif swasta?" Ananta bukannya tidak tahu tetapi justru karena itulah dia sangat ingin menggunakan jasa detektif swasta."Tidak masalah, kita bisa mencobanya walaupun kita masih belum tahu bagaimana cara kerja detektif swasta di sini," kata Ananta.Johan pun hanya bisa mendesah dan berkata, "Baiklah, kalau memang itu yang kamu inginkan, Papa hanya bisa memberikanmu informasi mengenai beberapa kantor detektif swasta yang mungkin bisa kamu pilih."Ananta mengangguk s