Home / Romansa / Ibu Susu Kesayangan Duda Tampan / Chapter 71 - Chapter 80

All Chapters of Ibu Susu Kesayangan Duda Tampan: Chapter 71 - Chapter 80

113 Chapters

Bab 71

Sinar mentari pagi menembus masuk ke dalam kamar Abra, melalui celah ventilasi. Abraham yang baru saja membuka mata, tampak menggeliat perlahan untuk meregangkan otot-ototnya.Abraham duduk lalu bersandar di kepala ranjang. Duda tampan beranak satu itu tiba-tiba mengusap wajahnya beberapa kali dengan kasar."Astaga … bisa-bisanya aku menawarkan Ayleen untuk mengantarnya mengunjungi makam ibunya. Apa-apaan kau ini, Abra!" rutuk Abra pada dirinya sendiri.Ya, pria itu memang menyesali ucapannya pada Ayleen sepanjang malam. Ia pikir karena terbawa suasana saja sampai-sampai dia menawarkan untuk mengantar Ayleen."Cih, ada-ada saja kau, Abra. Terlalu terbawa suasana, malah mengatakan hal yang tak perlu," ucapnya lagi sambil mengusap-usap wajahnya yang terasa kasar. Cambang halusnya mulai memanjang, dan Abra pikir hari ini dia harus bercukur sedikit. "Ayleen pasti bingung dengan perkataan saya itu, pokoknya saya harus jelaskan biar dia tidak salah paham," ucapnya. Pria itu lantas turun d
last updateLast Updated : 2024-04-07
Read more

Bab 72

"Maaf, tapi maksud Ibu apa ya?" tanya Ayleen ragu-ragu.Ayleen melirik ke arah Abraham yang tampak sibuk menatap jam tangannya. Abraham bahkan pura-pura tak melihat saat Ayleen menanyakan kenapa Bu Emil bersikap begini secara tiba-tiba dari gerak bibir tipisnya.Pria itu justru berdiri tanpa memberi jawaban pada Ayleen yang dilanda kebingungan. "Ma, Abra berangkat ke kantor dulu," ucap Abraham menginterupsi. Bu Emil lantas melepaskan pelukannya terhadap Ayleen dan melihat putranya bersiap pergi.Abraham mengulurkan tangan untuk meraih punggung tangan Bu Emil lantas menciumnya takzim sebelum berangkat ke kantornya. Hal yang selalu dia lakukan selama ini meskipun terkesan kolot, karena kebanyakan sudah tidak ada yang melakukan hal demikian saat hendak pergi ke mana pun."Hati-hati di jalannya, Abra," ucap Bu Emil sembari mengusap pelan belakang kepala Abraham. Pria itu mengangguk, lalu kini tatapannya beralih pada Sam yang berada di gendongan Ayleen yang masih menanti jawaban dari ibu
last updateLast Updated : 2024-04-09
Read more

Bab 73

Airin terbangun saat matahari sudah meninggi. Wanita cantik yang memiliki postur tubuh proporsional itu lantas menggeliatkan tubuhnya. "Ugh, jam berapa sekarang?" gumamnya dengan suara khas orang yang baru bangun tidur.Airin meraih ponselnya di bawah bantal untuk melihat jam. "Cih, udah siang ternyata. Untungnya hari ini nggak ada schedule, jadi aku bisa nyantai," ucap Airin bermonolog sendiri. Sedetik kemudian, Airin malah asyik berselancar di media sosial. Menscroll aplikasi jingga yang biasa gunakan untuk memposting segala kegiatan hariannya.Airin pun tergoda untuk memosting fotonya di laman itu. Ia tampak sibuk memilih dan memilah foto yang hendak dia posting pagi itu. "Ini aja deh, aura kecantikanku terlihat sempurna di foto ini," ucap Airin sambil bersiap memosting foto pilihannya dan beberapa deret caption untuk sekadar menyapa para followersnya di sana."Only me." Airin menulis caption demikian saat mengirim foto itu. Tak perlu waktu lama sampai fotonya mendapat ratusan l
last updateLast Updated : 2024-04-11
Read more

Bab 74

Airin menarik napasnya dalam-dalam lalu mengembuskannya perlahan. Dia berusaha agar tidak terlalu memperlihatkan kecemasannya di hadapan mantan suaminya."Kasih aku kesempatan untuk memperbaiki semuanya, Abra," ucap Airin takut-takut usai berpikir cukup lama. Ia sangat berharap kata-kata itu mampu meluluhkan kerasnya hati Abraham. "Kesempatan? Kesempatan apa maksudmu?" Abraham bertanya dengan sinis. Sudah jelas di raut wajahnya jika Airin tak lagi memiliki kesempatan, tapi kenapa dia bebal sekali dan mengira Abraham akan luluh hanya dengan secuil kata-kata darinya. "Itu … aku, aku ingin menjadi Ibu yang sesungguhnya untuk Sam. Jika perlu, kita harus rujuk lagi demi Sam, Abra." Airin telah membuang rasa malunya dan menurunkan harga dirinya di hadapan Abraham.Abraham memiringkan sudut bibirnya. "Mudah sekali kamu mengatakan hal itu, Airin. Yah, aku tahu, berharap apa sama kamu yang memang dari dulu sikapnya sudah begini. Semena-mena dan hanya memikirkan diri sendiri. Kamu juga selalu
last updateLast Updated : 2024-04-13
Read more

Bab 75

"Pa, aku minta kontaknya Ayleen!" seru Airin tiba-tiba langsung memberondong Pak Hartawan begitu pria itu pulang ke rumah.Pak Hartawan mengernyitkan keningnya dalam-dalam. "Buat apa kamu minta kontaknya Ayleen? Bukannya kemarin kamu yang nggak terima sama kehadirannya dan nggak mau mengakui dia sebagai saudara kembarmu?" "Ya, itu kan kemarin, Pa. Aku tuh cuman syok aja, habisnya kabar itu sangat tiba-tiba. Gimana nggak syok coba. Bertahun-tahun lamanya aku hidup sebagai putri Papa satu-satunya, terus tiba-tiba datang perempuan itu yang Papa klaim adalah putri Papa juga." Airin berucap panjang lebar, namun tetap di telinga Pak Hartawan semua itu terdengar seperti sebuah alasan saja."Kamu pasti punya alasan tertentu, kan?" tebak Pak Hartawan tepat sasaran, hingga membuat Airin sempat terbungkam.Perempuan itu lantas menghela napasnya kasar, karena niatnya sudah langsung ketahuan oleh sang ayah."Kalau aku emang ada alasan tertentu, terus kenapa, Pa?" Airin langsung mengubah nada bica
last updateLast Updated : 2024-04-14
Read more

Bab 76

Keesokan paginya, Bu Emil sudah sibuk berjibaku di dapur dengan dibantu oleh Bi Ida. Wanita paruh baya itu berniat memasakkan bekal pula untuk dibawa oleh Ayleen agar perempuan itu tidak sampai lupa makan. Tak berselang lama, Ayleen yang sudah bangun sejak subuh dan sudah berpenampilan rapi masuk ke dapur dan menyapa Bu Emil dan Bi Ida."Selamat pagi, Bu, Bi Ida," sapanya sembari tersenyum ramah sekali. Ayleen mendekat, lalu berniat untuk turut serta membantu pekerjaan mereka."Eh, nggak usah, Ay, kamu duduk manis saja di kursi ya, biar pagi ini saya dan Bi Ida yang nyiapin sarapan," cegah Bu Emil saat Ayleen hendak mencuci sayuran yang sudah dipotong oleh Bi Ida."Eh, tapi, Bu ….""Sudah, nggak apa-apa. Anggap aja hari ini kamu lagi libur kerja, Ay. Jadi kamu nggak boleh ngerjain apa-apa," ucap Bu Emil menjelaskan alasannya.Meskipun awalnya sungkan, Ayleen pun melangkah ragu ke arah kursi dan mendaratkan bobot tubuhnya. Sebelum ke dapur tadi, Ayleen sempat melihat Sam ke kamarnya
last updateLast Updated : 2024-04-16
Read more

Bab 77

Mobil yang ditumpangi mereka bertiga melaju dengan kecepatan sedang. Tidak ada yang membuka suara pada awal perjalanan. Ayleen merasa canggung berada di dalam mobil dengan dua orang pria yang bukan muhrimnya di dalamnya, sehingga yang dapat dia lakukan hanyalah diam sambil sesekali memerhatikan jalanan yang mereka lewati."Ehm." Abraham tiba-tiba berdehem memecah suasana hening di dalam mobil. Ayleen sempat terinterupsi sesaat, namun tidak menoleh ke arah Abraham. "Ay, apa rencanamu nanti setelah sampai di kampung kamu di Malang?" tanya Abraham membuka obrolan agar perjalanan yang akan mereka tempuh kurang lebih 2 jam lamanya itu tidak membosankan.Merasa namanya dipanggil, Ayleen menoleh ke arah Abraham yang mengajaknya berbicara."Saya berniat untuk mengunjungi makam ibu saya, dan mendiang bayi saya dulu, Pak," jawab Ayleen lugas."Oh, baiklah. Lalu setelah itu? Apa sudah selesai dengan berkunjung saja ke pemakaman?" tanya Abraham dan langsung direspon dengan gelengan kepala oleh
last updateLast Updated : 2024-04-16
Read more

Bab 78

Kedua bola mata Ayleen membulat sempurna ketika melihat sebuah buku catatan dengan sampul hard cover motif batik."Ini buku apa? Punya ibu, ya?" gumam Ayleen seraya mengambil buku itu dan membersihkan debu tipis yang ada di buku catatan itu."Ibu ternyata punya buku catatan ini, kayak diary gitu ya?" ucapnya lagi bermonolog sendiri. Ayleen tampak melihat lembar demi lembar buku yang terdapat beberapa coretan di sana.Tak diragukan lagi dari tulisan tangan yang ada di sana, Ayleen yakin jika itu adalah milik sang ibu. Wanita cantik itu rupanya masih terkagum dengan fakta kalau sang ibu memiliki buku diary sama sepertinya. Ayleen memandangi dengan seksama setiap baris huruf yang tertulis di sana. Semuanya persis adalah tulisan sang ibu sehingga membuat rasa rindu Ayleen pada ibundanya kian mencuat begitu saja. "Ibu, apa boleh aku membaca semua tulisan ibu di sini?" gumam lirih Ayleen. Sedari kecil, dia memang diajarkan untuk tak sembarangan menyentuh barang milik orang lain. Dan itu
last updateLast Updated : 2024-04-17
Read more

Bab 79

"Apakah seperti itu sambutan seorang anak yang sudah lama nggak ketemu ayahnya?" tanya pria itu bernada mengintimidasi.Ternyata orang yang membuka pintu dengan cara mendobrak itu, adalah Surya. Pria itu rupanya sudah cukup lama menyatroni rumah. Berawal dari laporan seseorang yang mengatakan jika dia melihat Ayleen berkunjung ke makam ibunya. Dari situlah, Surya berniat untuk menemui Ayleen, dan menunggu cukup lama di depan rumah yang dulu mereka tinggali.Benar saja, setelah dari TPU, Ayleen rupanya datang ke rumah ini kira-kira 40 menit yang lalu. Cukup lama Surya menunggu, pria itu pun jadi tak sabaran, maka itu dia mendobrak pintu rumah tadi karena Ayleen tak kunjung keluar."M–mau apa Ayah ke sini? Dan dari mana Ayah tahu kalau aku di sini?" tanya Ayleen takut-takut. Langkah kakinya tersurut mundur setiap Surya melangkah maju mendekatinya."Apakah butuh alasan bagi seorang Ayah menemui putrinya, hm?" tanya Surya lagi. Jarak mereka semakin dekat, karena Surya terus mengikis jarak
last updateLast Updated : 2024-04-18
Read more

Bab 80

“Helmy, nanti kita berhenti dulu di rumah makan ya,” ucap Abraham serupa sebuah perintah sesaat setelah mobil yang mereka tumpangi melaju.“Baik, Pak!” sahut Helmy singkat.Abraham melirik ke arah Ayleen yang sedari tadi bungkam seolah tak berminat untuk mengeluarkan suara. Tatapan wanita itu tampak menatap lurus ke arah jalanan. “Ay, apa kita nggak usah balik ke Surabaya dulu?” tanya Abraham secara tiba-tiba.Ayleen yang mendapatkan pertanyaan secara mendadak demikian lantas menoleh ke arah si pemilik suara. “Memangnya kenapa, Pak? Kita nginap dulu gitu di sini?” Abraham mengangguk. Tiba-tiba saja ide itu muncul di kepalanya. Tentu saja hal itu bukan tanpa alasan. Abraham merasa jika Ayleen masih syok atas kejadian tadi di mana dirinya nyaris ditampar oleh Surya.“Iya, bener, Ay. Kita nanti cari penginapan dulu, baru besok pagi setelah sarapan kita balik ke Surabaya. Gimana menurutmu?” ungkap Abraham diakhiri kalimat tanya ses
last updateLast Updated : 2024-04-18
Read more
PREV
1
...
678910
...
12
DMCA.com Protection Status