Home / Romansa / Suamiku Dari Desa Ternyata Tuan Muda / Chapter 151 - Chapter 160

All Chapters of Suamiku Dari Desa Ternyata Tuan Muda: Chapter 151 - Chapter 160

223 Chapters

Bagaimana dengan Perjanjian Kita?

Catleya dan Rajendra sedang membaca buku menu yang diberikan oleh pelayan restoran. Mata Catleya berbinar saat melihat sebagian besar masakan di restoran ini adalah menu kesukaannya.“Mbak, apa menu unggulan di restoran ini?” tanya Rajendra. “Daging wagyu panggang, Pak,” ucap sang pelayan.“Baik, kami pesan itu. Lalu tambahannya adalah ayam panggang, dori steak, sosis bakar, baby buncis, salad sayuran, menu dessertnya ….” “Tunggu, untuk siapa makanan sebanyak itu?” tanya Catleya. Ia tidak mengerti kenapa Rajendra selalu memesan begitu banyak makanan setiap kali mereka bersantap di restoran. “Untuk aku dan kamu. Memangnya ada orang lain di sini?” kata Rajendra dengan enteng. “Tapi, apa kita tidak kekenyangan kalau makan sebanyak itu? Jangan sampai makanannya nanti malah jadi mubazir,” protes Catleya.“Sayang, kita perlu makan lebih banyak untuk mengembalikan energi sehabis berolahraga.”Tak ayal, wajah Catleya memerah setelah mendengar jawaban Rajendra. Otomatis pikirannya langsung
last updateLast Updated : 2024-03-16
Read more

Persiapan Hamil

Lekukan tajam tercetak jelas di pipi Rajendra saat melihat telinga Catleya yang memerah. Terlebih, perempuan cantik itu mengusap tengkuk belakangnya beberapa kali sembari memandangi meja. Tampak jelas bahwa Catleya sedang menahan malu. Namun, setidaknya ia berhasil menghapus keraguan di hati istrinya itu. Sudah menjadi kewajibannya sebagai suami untuk meyakinkan Catleya bahwa dia akan memberikan cinta sepenuh hati. Tak ada lagi batasan maupun perjanjian kontrak, karena sekarang mereka akan membangun bahtera rumah tangga yang sesungguhnya. “Apa kita bisa pulang sekarang? Aku mulai kedinginan,” cicit Catleya sembari merapatkan blazer yang membungkus tubuhnya. “Tidak ingin jalan-jalan dulu? Bukankah sore tadi kita tidur cukup lama, pasti kamu belum mengantuk,” tanya Rajendra.“Tapi kita akan ke mana? Aku tidak punya tempat yang ingin dituju,” jujur Catleya. “Bagaimana kalau kita ke supermarket untuk berbelanja? Aku ingin membeli camilan dan beberapa bahan makanan,” usul Rajendra. “I
last updateLast Updated : 2024-03-17
Read more

Apa yang Disembunyikan Catleya?

Wajah Ibrahim langsung mengeras ketika mendengar ultimatum yang disampaikan oleh Bintang. Ia buru-buru menyimpan ponsel di saku, lalu menghampiri Sarah yang masih setia berdiri di sampingnya.“Sarah, pesanlah taksi online. Aku tidak bisa mengantarmu, karena aku harus pulang ke rumah sekarang,” tukas Ibrahim dengan suara datar.“Memangnya ada apa, Sayang? Apa kamu sedang bertengkar dengan Bintang?” tanya Sarah penasaran. Dia sempat mencuri dengar percakapan Ibrahim di telepon, dan sepertinya lelaki itu sedang bermasalah dengan putranya. “Apa pun yang terjadi pada keluargaku, itu bukan urusanmu, Sarah! Kamu hanyalah wanita penghangat ranjang untukku, tidak lebih. Jadi jangan coba-coba ingin tahu sesuatu yang di luar jangkauanmu. Mengerti?!” hardik Ibrahim.Kepala Sarah seketika tertunduk dengan bibir yang terkatup rapat. Entah mengapa setiap kali Ibrahim marah, ia selalu takut untuk bersitatap langsung. Rasanya seperti ada aura iblis yang memancar dari sorot mata pria itu, sehingga mem
last updateLast Updated : 2024-03-17
Read more

Pagi yang Cerah karena Dirimu

Meliana masih terisak saat perawat selesai mengganti selang infusnya. Meski Adrian dandan ibu mertuanya sudah pergi, perempuan itu tetap merasa sakit hati. Masih terngiang dengan jelas bagaimana Nyonya Pamela mempertanyakan kepada Adrian tentang rahimnya yang hilang. Dari situ saja, sudah tersirat bahwa wanita paruh baya itu keberatan untuk mempertahankan dirinya sebagai menantu.“Sudah, Mel, untuk apa kamu bersedih terus? Menangis tidak akan menyelesaikan masalah,” ucap Nyonya Nandini menasihati sang putri. Hati ibu mana yang tidak akan terkoyak menyaksikan putrinya mengalami penderitaan batin. Hanya saja, ia mesti bersikap tegar di hadapan Meliana. “Gampang sekali Mama bicara seperti itu, karena Mama tidak mengalami apa yang kurasakan! Hidupku sekarang sudah hancur, Ma. Adrian pasti akan menceraikan aku karena aku tidak utuh lagi sebagai wanita,” kata Meliana di sela isak tangisnya. Ia merasa tersinggung mendengar ucapan sang ibu yang terkesan meremehkan persoalannya.“Mama bukann
last updateLast Updated : 2024-03-18
Read more

Perang Dingin

Catleya pun tercengang karena Rajendra nekat mengucapkan kata “istri” di depan semua orang. Bagaimana bila ada yang mendengar, lalu melaporkannya kepada Tuan Chandra, Ibrahim, atau Bintang? Bisa-bisa akan terjadi perang dunia ke tiga di perusahaan Chandra Kirana.Sontak, Catleya menundukkan kepala untuk menghindar dari tatapan para karyawan. Sebaliknya, Rajendra malah menggandeng tangannya di sepanjang lobi dengan santai. Beberapa manajer yang berpapasan dengan mereka langsung menyapa Rajendra dengan penuh hormat, termasuk Pak MK. Pria berkacamata itu memamerkan deretan giginya kepada Catleya begitu mereka bertemu di depan lift. Sedangkan Catleya hanya membalasnya dengan senyum kecut.Rajendra lantas mengajak Catleya ke lift khusus untuk direktur. Ketika Rajendra sedang menekan tombol lift, terdengar suara Pak MK yang menyapa seseorang dari belakang.“Selamat pagi, Pak Bintang.”“Pagi, Pak MK.”Telapak tangan Catleya menjadi berkeringat saat mengetahui sosok itu adalah Bintang. Entah
last updateLast Updated : 2024-03-19
Read more

Lebih Manis dari Gula

“Bagaimana kalau aku adalah ….”Kriiingggg!Rajendra terpaksa menghentikan ucapannya karena bunyi telepon yang mengganggu. Padahal sedikir lagi, ia hampir mengatakan bahwa dirinya adalah suami Catleya yang memiliki hak penuh atas sang istri. Namun, dering telepon itu membuat ia harus menahan diri untuk sesaat.Sambil menghela napas, Rajendra mengangkat gagang telepon dan menempelkannya ke telinga.“Halo.”“Halo, Pak, saya cuma ingin mengingatkan tentang permintaan saya satu jam yang lalu. Kalau Bapak tidak memenuhinya, saya akan membatalkan hadiah untuk Bapak nanti malam,” lirih Catleya dari balik telepon. Wajah Rajendra yang semula mengeras langsung berubah menjadi lunak. Bahkan, ia hampir saja tersenyum sebab merasa istrinya itu sangat lucu. Rasanya sangat aneh mendengar Catleya memakai bahasa yang formal lagi, setelah kemarin mereka saling memanggil dengan sebutan “Sayang”.“Iya, tenanglah, aku pasti akan mengingatnya,” ucap Rajendra. Usai mengucapkan janji, Rajendra lantas menut
last updateLast Updated : 2024-03-20
Read more

Janda vs Duda

“Baiklah, setengah jam lagi kita berangkat. Aku akan menandatangani laporan-laporan ini dulu,” kata Rajendra. Tidak nampak sama sekali raut kecemasan di wajah lelaki itu, kendati sang kakek akan datang secara mendadak. Rama mengangguk kemudian duduk di hadapan Rajendra untuk menunggu bosnya itu menyelesaikan pekerjaan. Sementara, Catleya malah merasa canggung karena berada pada waktu dan tempat yang salah. Ia memutuskan untuk segera meninggalkan ruang CEO dan mengerjakan tugasnya sendiri. Namun sebelum ia berbalik, Rajendra tiba-tiba memanggil namanya. “Leya, bisa tidak kamu membantu saya memeriksa laporan pengajuan budget per divisi, dan laporan analisa keuangan dari Pak MK?” pinta Rajendra.“Bisa, Pak. Hari ini juga akan saya selesaikan.”“Terima kasih, tapi kamu tidak perlu sampai kerja lembur. Pulanglah tepat waktu, Sayang,” ujar Rajendra sembari menyerahkan dua tumpuk map ke tangan istri merangkap sekretarisnya itu. Kelopak mata Catleya langsung melebar dua kali lipat. Netrany
last updateLast Updated : 2024-03-21
Read more

Simbiosis Mutualisme

Nyonya Nandini langsung mengomel begitu Adrian tiba di rumah sakit. Pasalnya, lelaki itu terlambat lima belas menit dari perkiraan, sehingga membuat Nyonya Nandini uring-uringan. Ia hanya punya waktu sedikit untuk bersiap-siap, tetapi menantunya yang tidak berguna ini malah membuat ulah.“Dari mana saja kamu, Adrian? Kenapa jam segini baru datang?” sembur Nyonya Nandini.“Aku dari kantor, Ma.”“Kamu ini suami yang tidak punya perasaan! Istrimu masih terbaring lemah di rumah sakit, tapi kamu malah enak-enakan kerja. Harusnya kamu siap menemani Meliana kapan pun,” hardik Nyonya Nandini dengan mata melotot.“Enak-enakan bagaimana? Bukankah Mama sendiri yang bilang padaku agar jangan menampakkan diri di depan Meliana? Makanya aku memutuskan untuk pergi bekerja. Lagi pula, nanti malam aku juga akan berjaga di sini supaya Mama bisa istirahat di rumah.”“Psssttt, cukup, Adrian! Kamu terlalu banyak bicara untuk membela diri,” ujar Nyonya Nandini sembari menempelkan jari telunjuk ke bibirnya.
last updateLast Updated : 2024-03-22
Read more

Dibungkus dengan Indah

“Nah, kita sudah sampai. Turunlah dulu dan tunggu aku di lobi, Nandini. Nanti aku menyusul,” ujar Ibrahim.Nyonya Nandini mengangguk lantas membuka pintu mobil. Senyuman tak pernah surut dari bibir perempuan paruh baya itu. Terlebih, saat kedatangannya disambut oleh petugas hotel yang berseragam merah. Sungguh, inilah kehidupan yang ia idam-idamkan selama ini, bertabur kemewahan dan dihormati oleh semua orang. Perempuan paruh baya itu memilih untuk duduk di sofa empuk yang tersedia di lobi. Pandangannya mengedar ke seluruh sudut hotel berbintang lima yang megah tersebut. Hingga kemudian Ibrahim datang dan mengajaknya menuju ke restoran. Dengan senang hati, Nyonya Nandini mengiringi langkah Ibrahim sampai ke meja yang sudah dipesan oleh pria itu. Hati Nyonya Nandini dibuat berbunga-bunga tatkala Ibrahim menggeserkan kursi untuknya. Pria di hadapannya ini adalah sosok lelaki sejati, bukan hanya dari segi fisik, tetapi juga sikapnya yang sangat menghormati wanita. Sungguh, ia merasa di
last updateLast Updated : 2024-03-23
Read more

Terancam Gagal Total

Selesai berbelanja, Catleya segera memesan taksi agar tidak kemalaman sampai di rumah. Namun dalam perjalanan pulang, ia mendapat pesan dari Rajendra. Lekas saja, Catleya membaca pesan dari suaminya itu dengan seksama. [Sayang, apa kamu sudah sampai di rumah? Tiba-tiba, aku terpikir supaya kita pindah ke apartemen mulai malam ini. Aku khawatir Bintang akan datang ke rumah sewaktu-waktu saat aku tidak ada.]Catleya pun segera mengetikkan balasan dengan cepat.[Aku sedang dalam perjalanan pulang. Sekarang kita jangan pindah dulu, tunggu sampai Meliana keluar dari rumah sakit. Kasihan kalau Mama Nandini sendirian di rumah. Aku yakin Pak Bintang tidak mungkin datang setelah peristiwa kemarin.]Beberapa menit setelah pesan itu terkirim, Rajendra baru mengirimkan balasan. [Baiklah, asalkan kita nanti bisa berduaan tanpa ada yang mengganggu.]Membaca isi pesan singkat dari Rajendra, Catleya malah merasa deg-degan. Apalagi, ia akan memakai baju yang di luar nalar untuk pertama kali, setelah
last updateLast Updated : 2024-03-24
Read more
PREV
1
...
1415161718
...
23
DMCA.com Protection Status