Home / Romansa / Suamiku Dari Desa Ternyata Tuan Muda / Chapter 161 - Chapter 170

All Chapters of Suamiku Dari Desa Ternyata Tuan Muda: Chapter 161 - Chapter 170

223 Chapters

Melindungi Bayi Besar

Selesai makan malam, Nyonya Nandini terus membicarakan banyak hal, termasuk mengenai rencana Meliana melakukan inseminasi buatan. Seperti biasa, ia hendak memanfaatkan rasa belas kasih dalam hati Catleya untuk mengambil keuntungan. Semoga saja, anak tirinya itu bersedia menyerahkan seluruh uangnya untuk Meliana.“Leya, sebenarnya Meliana kemarin sempat terguncang gara-gara ibu mertuanya datang ke rumah sakit. Mamanya Adrian itu menghina dan menyalahkan Meliana sebagai menantu yang tidak berguna. Dia juga meminta Adrian untuk menikah lagi supaya bisa memiliki keturunan,” ucap Nyonya Nandini dengan mata berkaca-kaca.“Tante Pamela berkata begitu, Ma?” tanya Catleya tidak percaya. Pasalnya, ia mengenal ibunda Adrian tersebut sebagai wanita yang lembut dan baik hati. Rasanya mustahil bila Nyonya Pamela berubah sedemikan cepat menjadi ibu mertua yang jahat. “Untuk apa Mama mengarang cerita, Leya. Sifat aslinya Mbak Pamela baru terlihat setelah Meliana menjadi istri Adrian. Mama sampai har
last updateLast Updated : 2024-03-24
Read more

Dilarang Cemberut

Pagi hari, Catleya terbangun akibat mendengar suara berisik di dalam kamarnya. Seraya membuka kelopak mata yang masih terasa lengket, Catleya mengarahkan pandangan ke sisi kasur di sampingnya. Rajendra sudah tidak ada. Namun, suaminya itu ternyata sedang mengemasi barang-barang ke dalam koper. Tak terkecuali sejumlah camilan yang tempo hari mereka beli di supermarket. “Sayang, jam berapa ini?” tanya Catleya dengan suara serak. Ia meraba-raba nakas untuk mencari ponsel, tetapi benda pipih itu entah menghilang ke mana. “Jam enam,” jawab Rajendra.“Lalu, kenapa kamu membereskan barang sepagi ini?” tanya Catleya berusaha bangkit dari tempat tidur.“Supaya kita benar-benar pindah. Kalau aku tidak membereskan barang, nanti kamu berubah pikiran,” ucap Rajendra sembari menutup kopernya. Rasa kantuk Catleya mendadak lenyap, ketika ia melihat Rajendra berpindah untuk membuka kopernya. Lekas saja, ia melompat turun dari tempat tidur untuk menghalangi niatan lelaki itu. “Stop! Jangan sentuh,”
last updateLast Updated : 2024-03-26
Read more

Satu Hari Bersamanya

Setelah merekam aktivitas targetnya, pria yang memakai jaket kulit dan kacamata serba hitam itu naik ke atas motornya. Menutupi wajahnya dengan helm full face, pria itu lantas melajukan motornya meninggalkan kawasan apartemen Quantis Tower.Cukup lama lelaki itu berkendara, hingga ia tiba di sebuah bangunan ruko yang menyerupai kantor. Setelah memarkirkan motornya, lelaki itu melepas helm serta jaket lalu memasuki ruko bertingkat dua itu. Seorang wanita yang bertindak sebagai resepsionis membungkukkan badan, begitu pula dengan tiga orang pria yang sedang fokus pada laptopnya. Hentakan sepatu lelaki itu terdengar jelas ketika ia menaiki undakan menuju ke lantai dua. Di sana ada sebuah ruangan berukuran segi empat yang berfungsi sebagai tempat kerja. Pria itu mendaratkan diri di kursi, lalu mengirimkan foto beserta hasil rekamannya ke nomor ponsel seseorang. Usai semua pesan terkirim, pria berkumis tipis itu menekan nomor yang sama untuk menelepon. Namun panggilan tersebut tak kunjung
last updateLast Updated : 2024-03-27
Read more

Suami Romantis VS Bos Menyebalkan

Meski di dalam hati dongkol, Catleya tidak bisa berbuat apa-apa selain membiarkan dua orang office boy itu memindahkan mejanya ke ruang CEO. Nanti ia akan mengamati bagaimana ekspresi Rajendra saat melihat perintahnya telah dilaksanakan. Pastilah suaminya itu akan merasa puas karena berhasil menguasai keadaan. “Permisi, Bapak. Meja kerja Bu Leya akan ditempatkan di mana?” tanya Timon sembari membungkukkan badan kepada Rajendra.“Letakkan di sebelah sana.”“Baik, Pak.”Rajendra lalu beranjak dari duduknya untuk memberikan arahan kepada Timon dan Slamet. “Jangan terlalu mepet ke dinding. Beri jarak empat ubin dari meja saya, dan sekalian pasangkan kabel untuk interkom.”“Apa begini sudah benar, Bapak?” tanya Timon.“Iya, terima kasih. Kalian bisa kembali bekerja,” ujar Rajendra. Sesudah Timon dan Slamet mohon diri, Rajendra duduk kembali di kursi kebesarannya. Sementara Catleya hanya berdiri sembari menyaksikan semua itu. Sepertinya tak ada yang menganggapnya memiliki hak di sini. Te
last updateLast Updated : 2024-03-28
Read more

Macan Betina

Ketika Catleya masuk ke ruang meeting, sudah ada beberapa manajer yang duduk di sana. Mereka nampak terkejut karena sang CEO datang lebih awal dari biasanya. Rajendra pun duduk di kursi utama, di tengah-tengah meja berbentuk persegi panjang itu. Sedangkan Catleya duduk di sebelah Rajendra sembari menyiapkan alat tulis dan materi yang akan dibahas hari itu. Lima menit menjelang rapat dimulai, Bintang masuk ke ruangan bersama dengan Ibrahim. Semua yang hadir nampak heran dengan kemunculan Ibrahim, tak terkecuali Catleya. Pasalnya, sejak Rajendra menjabat sebagai CEO, Ibrahim tidak pernah menghadiri meeting bulanan. Untung saja, Catleya tetap menyediakan kursi untuk Ibrahim, mengingat dia adalah pimpinan dari divisi marketing Chandra Kirana. “Selamat pagi, Jendra. Hari ini Om sedang tidak ada jadwal keluar kantor, jadi bisa ikut meeting internal,” ujar Ibrahim sambil menyunggingkan senyum tipis. Sedangkan Bintang yang duduk di sebelahnya memilih untuk bungkam. Namun, tatapan pria itu t
last updateLast Updated : 2024-03-29
Read more

Rumah Tangga yang Kacau

Catleya terdiam sejenak mendengar permintaan Meliana. Ia sendiri belum tahu harus menjawab apa. Jika dia menolak pasti Meliana akan semakin sedih. Sebaliknya bila ia mengiyakan, hal itu berpotensi menjadi bumerang bagi dirinya sendiri. Selain belum meminta izin kepada Rajendra, Catleya juga tidak ingin ikut campur terlalu jauh dalam urusan rumah tangga Adrian dan Meliana. Pasalnya, ia pernah memiliki hubungan masa lalu yang rumit dengan Adrian. Di samping itu, Catleya juga merasa sungkan terhadap Nyonya Pamela, yang notabene pernah ia anggap sebagai ibu sendiri. “Kenapa Kak Leya diam saja? Apa Kak Leya keberatan kalau aku tinggal di rumah lama kita?” desak Meliana. “Mel, jangan memaksa kakakmu seperti itu. Rumah kita sekarang sudah menjadi milik Rajendra, jadi Leya harus minta izin dulu kepada suaminya,” tegur Nyonya Nandini pura-pura memarahi sang putri. Ia harus sering-sering mengingatkan Meliana agar tidak bertindak gegabah di hadapan Catleya.Memahami peringatan dari sang ibu,
last updateLast Updated : 2024-03-30
Read more

Menjodohkan Dua Pengganggu

“Kenapa mereka lama sekali, Ma? Apa Kak Leya benar-benar melakukan tugasnya, atau jangan-jangan dia malah merayu Adrian?” sungut Meliana merasa kesal. Nyonya Nandini langsung merunduk untuk memperingatkan putrinya itu agar tidak sembarangan bicara. “Sssst, jangan keras-keras, Mel. Mana mungkin Leya mau dengan suamimu yang lemah dan tidak punya apa-apa itu, sementara dia sudah punya suami yang kaya.” “Kenapa Mama bicara begitu? Padahal ini kesalahan Mama yang sudah menjodohkan Kak Leya dengan Rajendra. Sama saja, Mama menaikkan derajatnya dan merendahkan aku.” Merasa disalahkan oleh sang putri, Nyonya Nandini pun berdecak kesal. “Kamu yang salah memilih pria. Seharusnya kamu berpikir ulang sebelum merebut Adrian dari tangan Leya,” tegur Nyonya Nandini. Perdebatan ibu dan anak itu baru berhenti tatkala melihat Catleya dan Adrian tiba di lobi. Keduanya langsung mengubah mimik muka menjadi sendu, saat Catleya datang menghampiri mereka.“Mel, kamu bisa pulang ke rumah kita sekarang
last updateLast Updated : 2024-03-30
Read more

Keputusan Tegas

Tuan Danu pun menunggu jawaban apa yang akan diberikan oleh Rajendra. Berharap agar penerus dari keluarga Aryaguna ini akan memilih untuk mempertahankan kedudukannya sebagai pimpinan perusahaan. Pasalnya, seorang lelaki yang sudah berada di puncak kekuasaan biasanya enggan untuk turun dari singgasana. Terlebih, lelaki yang masih muda seperti Rajendra tak dapat lepas dari tiga hal, yaitu harta, tahta, dan wanita. “Tuan Danu, saya sangat berterima kasih atas dukungan yang sudah Anda berikan. Hanya saja dari informasi yang saya terima, hampir sembilan puluh persen anggota dewan menyetujui keputusan Opa Chandra. Itu artinya, penetapan saya sebagai CEO tidak bergantung pada suara satu orang.”Wajah Tuan Danu memerah saat Rajendra berhasil mematahkan kata-katanya. Ternyata anak muda ini tak hanya cerdas, tetapi juga punya nyali yang besar untuk menyerang balik orang yang menggertaknya.“Jadi kamu menganggap suaraku di perusahaan tidak penting?” tanya Tuan Danu merasa tersinggung.“Saya tid
last updateLast Updated : 2024-03-31
Read more

Makan dengan CEO

Kriuuukkkk!Setelah berada di dalam taksi, Catleya baru sadar bahwa perutnya sejak tadi berteriak minta diisi. Padahal, ia kehabisan waktu untuk sekadar mampir ke restoran atau warung makan. Sekarang saja ia sudah terlambat lima belas menit, apalagi kalau nekat makan dulu. Bisa-bisa ia baru tiba di kantor saat meeting sudah dimulai. Lebih parahnya lagi, ia akan terkena tambahan sanksi dari Rajendra. Catleya pun berpikir ulang, mencoba menemukan solusi atas permasalahannya ini. Jika ia bertahan untuk tidak makan, takutnya cacing di dalam perutnya akan berdemo dan menimbulkan bunyi-bunyian yang mengganggu. Terlebih, ia memiliki penyakit asam lambung yang bisa kambuh sewaktu-waktu.‘Sebaiknya, aku beli roti saja di kantin daripada kelaparan,’ pikir Catleya mengambil keputusan. Begitu taksinya berhenti di depan gerbang kantor Chandra Kirana, Catleya bergegas menuju ke kantin karyawan di basement. Dengan tergesa-gesa, ia membeli dua buah roti manis lantas menuju ke lift. Begitu pintu lif
last updateLast Updated : 2024-04-01
Read more

Mirip Wanita Penggoda

“Sayang, aku pergi sekarang,” pamit Rajendra mencium sekilas kening sang istri. Catleya menganggukkan kepala seraya kembali ke mejanya. Sebenarnya, ia ingin bertanya Rajendra hendak menemui siapa di luar kantor. Namun, ia belum punya keberanian lebih untuk mengutarakan hal itu. Lagi pula, Rajendra sekarang gemar sekali mengancam dan memberikan batasan waktu. Mungkin sebentar lagi makan, minum, dan tidur pun akan diatur olehnya. Selepas Rajendra pergi, Catleya mengirimkan pesan kepada Ineke. Berhubung waktu yang dimilikinya terbatas, Catleya hanya melanjutkan pekerjaan sampai jam lima sore. Kemudian, ia buru-buru turun ke lobi sesudah mengunci pintu ruang CEO.Catleya pun menunggu Ineke sambil berjalan mondar-mandi di depan pintu lobi. Mungkin saja sahabatnya itu masih disibukkan dengan banyak pekerjaan, sehingga belum bisa menemuinya. Padahal, jika Ineke tak kunjung turun maka ia tidak akan bisa pulang ke apartemen tepat waktu. Terlebih, kondisi jalan ibu kota yang macet di jam pula
last updateLast Updated : 2024-04-03
Read more
PREV
1
...
1516171819
...
23
DMCA.com Protection Status