“Katakan padaku, Aisyah! Di mana salahku?” tanya Haidar dengan tatapan pasrah.Asiyah terdiam. Bibirnya terasa terkunci. Ia bisa melihat jelas kesungguhan serta ketulusan lelaki tampan di hadapannya.“Apa aku tidak pantas mendampingimu, atau Haikal tak layak punya ibu sepertimu?” tanya Haidar lagi, semakin membuat Aisyah terdiam. “Katakan, Aisyah!”Perlahan, wanita cantik dengan hijab hijau tua itu pun menggelengkan kepalanya. Tak ada keraguan pada tatapan serta ucapan Haidar. Lelaki itu jujur.“Maafkan aku, Haidar. Aku hanya takut dan tak ingin terluka lagi,” ungkap Aisyah lalu diikuti senyuman penyesalan.“Aku tahu, Aisyah. Pasti sulit untuk bangkit dan percaya padaku, tapi aku mohon ... percaya padaku! Aku sudah melihat seperti apa rasa sakit yang kamu alami, jadi tidak mungkin aku akan membuat luka baru di hatimu,” ucap Haidar menenangkan.Aisyah langsung melebarkan senyumannya. Hatinya sungguh lega. Ingin rasanya ia menggapai lelaki di hadapannya dan memeluknya sebagai ungkapan b
Read more