Home / Pernikahan / Bukan Aku Yang Mandul / Chapter 51 - Chapter 60

All Chapters of Bukan Aku Yang Mandul: Chapter 51 - Chapter 60

108 Chapters

51. Rahma Mendatangi Aisyah

Rahma benar-benar mengikuti keinginannya untuk membujuk Aisyah rujuk dengan Wahid. Ia menyadari jika rumahnya tak berjalan baik tanpa kehadiran Aisyah. Rahma tak bisa menahan dirinya yang harus kelelahan mengurus semua pekerjaan rumah tangga.Tanpa meminta izin dari anak lelakinya dan berdiskusi dengan suaminya, ia langsung pergi ke rumah Aisyah keesokan paginya setelah pulang dari pasar. Tak lupa ia membawa beberapa buah tangan untuk menjalankan rencananya. Sejujurnya ia tak tahu apa yang harus dibawanya. “Benar juga, selama lima tahun jadi menantuku, aku tak tahu apa yang disukai Aisyah. Orang tuanya Aisyah juga aku tak tahu apa yang disukainya,” gumamnya bingung saat ia baru saja turun dari angkutan umum di depan gang rumah menuju orang tuanya Aisyah. “Nggak apa-apa, deh! Yang penting niatnya ‘kan baik, membujuk mereka untuk rujuk.”Tekad Rahma lebih kuat. Ia langsung melangkah penuh percaya diri. Semakin jelas rumah mantan menantunya terlihat, rasa gugup dan cemasnya bertambah me
Read more

52. Pukulan Telak Untuk Rahma

“Sebenarnya Wahid tidak ingin bercerai denganmu, Aisyah. Bukankah kamu tahu sendiri kalau Wahid itu tak bisa menyuarakan isi hatinya jika sedang tertekan. Anak itu akan berbicara jika sudah tenang,” sahut Rahma dengan tatapan membujuk. “Kamu lebih mengenalnya dari umi, Aisyah.”Benar. Aisyah memang lebih mengenal Wahid daripada Rahma. Alasan itulah ia memantapkan hatinya untuk berpisah.Aisyah tahu sekali seperti apa hati mantan suaminya itu. Karena selalu meragu dan tak bisa menyuarakan isi hatinya, serta memilih istrinya yang tersakiti. Namun, bukan itu alasan utamanya untuk berpisah.Sekali lagi luka yang ditorehkan Wahid lebih dalam. Air mata Aisyah menerobos paksa saat hatinya tiba-tiba harus teringat dengan luka tersebut, tuduhan kalau dirinya berzina. Wahid tak mempercayai dirinya yang sakit dan terus berasumsi ia hamil hingga memberikan talak.“Umi, selama lima tahun aku ikhlas diperlakukan tidak adil di rumah itu. Aku dijadikan pembantu oleh Umi dan aku ridho karena menurutku
Read more

53. Wahid Dan Zalimar

“Kurang ajar banget kamu, Aisyah! Berani sekali membuat aku malu di depan ibumu!” geram Rahma setelah ia melangkah turun dari angkutan umum yang berhenti di jalanan menuju rumahnya. Pikirannya semrawut menahan emosi dan rasa malu. Ia kira wanita itu tak akan pernah berani melawan dirinya, tetapi Aisyah berani menyanggah ucapannya. Bahkan yang membuatnya kesal, mantan menantunya berani meninggikan suaranya. “Awas saja kamu, Aisyah! Akan aku buat perhitungan setelah apa yang aku terima hari ini!” Rahma bersumpah dengan dada naik turun menahan emosi. “Akan aku adukan perbuatanmu pada Wahid dan memastikan kamu akan menerima ganjarannya!”Kakinya terus melangkah dengan gerakan cepat agar ia segera sampai ke rumahnya. Setelah sampai di rumah Rahma langsung bergegas menuju dapur dan menghempaskan kasar semua belanjaannya di lantai dapur. Ia tak peduli jika ada beberapa kantong kresek yang pecah dan sobek karena dihempaskan secara kasar. Tangan wanita paruh baya itu langsung meraih handle
Read more

54. Harapan Mamanya Haidar

“Sepertinya ini berkas pemeriksaan kesehatan pasien. Isinya apa?” Wahid panik dan terkejut. Ia lengah dan tak bisa melindungi berkas yang kini sudah berpindah tangan pada tangan kakaknya. Tiba-tiba saja Haidar langsung merampas paksa berkas di tangan Zalimar.“Ini memang berkas pemeriksaan kesehatan pasien, tetapi ini adalah hal yang privasi. Jadi, tidak seharusnya Kak Zali sembarangan merampasnya,” ucap Haidar tegas.Dokter tampan itu memberikan berkas tersebut pada Wahid. “Sebaiknya Pak Wahid segera serahkan berkas ini pada bagian administrasi. Saya meresepkan beberapa vitamin kesehatan untuk Pak Wahid dan istrinya ... bukankah beliau adalah pasien saya,” sambungHaidar makin tegas seraya membalas tatapan penuh tanyanya Zalimar.“Te—terima kasih, Dokter Haidar,” seru Wahid dengan wajah lega.Kemudian lelaki berjabang tipis itu menundukkan kepalanya beberapa derajat dan langsung memutar tubuhnya menjauh dari Hadar dan Zalimar. Begitu juga dengan dokter tampan itu. Ia juga membungkukk
Read more

55. Perjuangan Ibunya Haidar

Sejujurnya Revalina sudah mengetahui siapa wanita tampatan hati putranya. Namun, ia memilih menunggu Haidar sendiri yang memberitahunya. Tentu saja dari Zalimar.Setelah putranya berpamitan untuk mengunjungi pasien rawat inapnya, Revalina memandangi bangga pada Haidar. Ingatannya pun berselancar pada saat Zalimar mengunjunginya setelah berdebat dengan Haidar saat di rumah sakit. Tampaknya wanita itu tak terima mengetahui kedekatan Aisyah dengan dokter tampan itu.“Mbak Reva, Aisyah itu hanya akan menjadi benalu untuk Haidar! Mbak harus mendengarkan aku ... wanita itu belum resmi bercerai dengan adikku, tetapi sudah berani merayu anakmu, Mbak.” Zalimar mengadu pada Reva.Tentu saja saat itu Revalina syok mendengar aduannya. Zalimar makin bersemangat menjelekkan Aisyah. Ia sungguh tak rela jika mantan adik iparnya mendapatkan lelaki yang lebih baik dari Wahid, adiknya.“Aku punya buktinya kalau wanita itu tidak baik, Mbak. Dia ditalak oleh adikku karena berselingkuh, dia itu mandul, it
Read more

56. Keluarga Wahid Hancur

Zalimar hanya bisa terduduk lemas setelah perdebatan panjang dengan suaminya, hingga ia tak menyadari Wahid menghampirinya. Lelaki itu tampak terkejut melihat kakaknya masih berada di teras rumah sakit dengan wajah sembam. Cepat-cepat ia menyembunyikan obat dan vitamin miliknya, hasil pemeriksaan tadi.“Kak Zali, ada apa?” tanya Wahid cemas dan bingung.Wanita dengan hijab berwarna coklat muda itu menoleh, tetapi tak bereaksi. Wajahnya jelas sekali menggambarkan sedih yang mendalam. Ia lantas terisak dan menarik lengan Wahid hingga membuat lelaki itu langsung terduduk di sisinya. Zalimar lalu memeluk lengannya dan menangis tersedu-sedu.Wahid menahan malu. Tentu saja, beberapa pengunjung rumah sakit menatap ke arahnya. Tatapan penuh penghakiman Wahid dapat menebak garis tatapan mereka pasti mengira dirinya yang menyebabkan wanita itu menangis.“Kak Zali, jangan menangis dong! Malu diliatin orang! Nanti dikiranya aku ngapa-ngapain, Kak Zali!” nasehan Wahid seraya mencoba melepaskan ked
Read more

57. Berakhir Sudah

Sidang pertemuan kali ini sebelum pada keputusan akhir, sedikit berbeda. Wahid terus menunduk dan tak berani menatap pada Aisyah seperti sidang sebelumnya. Bukan itu saja yang membuatnya persidangan kali ini berbeda, kedua orang tuanya Wahid datang, begitu juga dengan kedua orang tuanya Aisyah.Mereka seolah akan tahu jika kedua orang tua yang pernah akrab sebagai besan akan menghadiri proses perceraian anak mereka kini. Jujur saja Ibrahim seolah tak memiliki muka seperti Wahid. Tak berani menatap Aisyah dan kedua orang tuanya. Akbar bahkan menunjukkan tatapan tak ramah, setelah mengetahui kebenaran putrinya dijadikan pembantu oleh keluarga mantan mertuanya.Namun itu juga tujuan mereka untuk datang, saling meluruskan dan meminta maaf. Walaupun berat, Aisyah dan kedua orang tuanya bukanlah manusia yang pendendam. Mereka diajarkan untuk saling memaafkan sebagai cara untuk mengikhlaskan rasa sakit hati.“Kami memaafkan bukan berarti kami bisa melupakan perlakuan buruk kalian pada Aisyah
Read more

58. Nurul Terdesak

“Bukannya baru minggu lalu, Bu Nurul kontrol bulanan? Hasilnya baik-baik saka, ada keluhan apa?” tanya Haidar cemas saat mendapatkan panggilan pasien darurat di IGD. Nurul ditemani Wahid dan juga Rahma serta Sarah yang menunggu dengan cemas di ruangan luar IGD. Wanita itu mengerang menahan sakit. Bahkan wajahnya tampak pucat. “Pasien mengalami pendarahan dan Kram pada rahim juga dapat menandakan adanya kontraksi yang tidak normal.” Perawat yang mendampingi Haidar terus mendampinginya seraya menyiapkan mesin USG. “Sudah diperiksa pendarahannya?” tanya Haidar seraya memeriksa urat nadi pada tangan pasiennya, lalu berpindah memeriksa kondisi perut Nurul. “Sudah, Dok. Tak terlalu banyak, tetapi sepertinya cukup serius,” jawab perawat itu. “Saya juga sudah mengambil sampel darahnya untuk diperiksa,” sambungnya dan langsung dijawab anggukan Haidar. Wajah Nurul panik. Ia menatap wajah cemas dokter dan perawat yang menanganinya. Tampaknya kondisinya sangat buruk, bahkan kram perutnya sema
Read more

59. Pengakuan Wahid

“Aku tidak setuju! Panggil dokter lain yang lebih handal!” perintah Sarah menentang keputusan Wahid.“Saya suaminya Nurul berarti saya yang punya hak,” tagas Wahid pada Sarah.Suasana di ruangan IGD terasa makin tegang. Nurul hanya bisa diam menahan segala rasa yang tak bisa ia gambarkan. Yang jelas rasa takut paling mendominasinya. Sementara Rahma tampak syok melihat keberanian anak lelakinya.Selama ini Wahid dikenal tak banyak menentang. Namun, kali ini Wahid menunjukkan kesungguhannya. Ia lantas meraih lengan anak lelakinya itu, mencoba menjadi penengah.“Wahid, apa yang dikatakan Bu Sarah itu benar. Lebih baik kita panggil satu dokter lagi untuk memperjelas kondisi Nurul. Ini demi kebaikan istrimu juga,” bujuk Rahma dengan nada menenangkan.“Tidak, Umi! Aku lebih percaya perkataan Dokter Haidar,” sahut Wahid meyakinkan.Bukan tanpa alasan Wahid lebih percaya dengan Haidar. Akan tetapi, itu adalah ungkapan hatinya yang ingin berubah. Selama ini ia selalu dikendalikan oleh kedua or
Read more

60. Nurul Tersudut

Semuanya tercengang. Tatapan tak percaya tertuju pada Wahid. Ibrahim yang sudah lebih dulu tahu kondisi Wahid, tetap terkejut. Ia tak menyangka Wahid berani mengungkapkan kondisinya di hadapan besannya.“Wa—wahid, apa yang kamu katakan?” tanya Rahma gagap dengan tatapan tak percaya.“Aku mengatakan keadaan yang sebenarnya, Umi,” jawab Wahid seraya menundukkan wajahnya.Tatapan penuh penyesalan tergambar jelas. “Selama ini hanya Aisyah yang tahu kondisiku, tetapi ia menutupinya dan tak pernah mengungkapkan pada siapa pun. Aisyah menutupi aibku rapat-rapat,” ungkap Wahid diikuti tetes air mata bersalah.“Aisyah memilih diam saat semua tuduhan mandul tertuju padanya. Hingga Nurul datang, Aisyah tahu betul kalau aku bukan pelakunya, tetapi dia tetap memberi restu karena memang aku juga bersalah,” sambung Wahid menjelaskan semuanya tanpa ada yang terlewatkan.Benar, tak ada yang Wahid lewatkan dari penjelasannya. Bahkan ia pun mengungkapkan bagaimana Nurul selama ini bertingkah sebagai ist
Read more
PREV
1
...
45678
...
11
DMCA.com Protection Status