Semua Bab Bukan Aku Yang Mandul: Bab 31 - Bab 40

108 Bab

31. Haidar VS Wahid

“Dokter Haidar, mengenal Aisyah?” tanya Wahid dengan wajah cemas.Haidar memasang wajah sungkan dan bingung. Haruskah ia pergi dari sana agar tak menjadi pengganggu. Namun, dokter tampan itu bukanlah orang yang suka menghindar dari masalah.“Kebetulan, saya—““Haidar adalah teman sekolahnya Aisyah dulu! Karena batuan Nak Haidar lah Aisyah mendapatkan penanganan tepat.” Akbar memotong jawaban Haidar.“Ah, benar. Kebetulan saat sekolah kami satu kelas selama dua tahun berturut-turut,” imbuh Haidar mencoba mengurangi tatapan cemasnya Wahid.Sayangnya, ucapan Haidar tak membuat wajah cemas Wahid berkurang. Lelaki berjambang tipis itu menunduk sebentar. Dadanya tampak naik turun, menahan rasa kesal dan emosi.Tiba-tiba lelaki itu menatap Haidar dengan tatapan penuh selidik. Tentu saja dokter muda tampan itu makin sungkan. Ia bahkan bingung untuk berekspresi.Pikiran Wahid terlihat tak menentu. Berbagai tanya muncul dalam pikirannya. Bagaimana jika dokter itu menceritakan kelemahannya.Buka
Baca selengkapnya

32. Bunda Untuk Anaknya Dokter Haidar

“Bukan begitu, Dokter Haidar!”Wahid langsung menundukkan wajahnya. Haidar menghela napas dalam. Mungkin ia terlalu jelas menyerang lelaki dengan rahang tegas itu.“Sejujurnya saya merasa bersalah pada Aisyah dan menyesal telah menyakitinya ... mungkin dokter belum mengalaminya, bagaimana rasanya tersiksa karena rasa bersalah pada orang yang selama ini mengorbankan hidupnya demi saya,” ungkap Wahid pelan.Haidar terdiam. Ucapan Wahid sangat menusuk hatinya. Kedua bola matanya mendadak berembun, walaupun tipis. Ia bahkan tersenyum sinis.“Pak Wahid!” panggilnya pelan, tetapi Wahid langsung menaikkan pandangannya.Dokter tampan itu menaikkan bola matanya seraya mengatur napasnya agar embun tipis pada matanya menghilang. Kemudian ia berdeham kecil.“Boleh saya memberi saran?” tanya Haidar dan langsung dijawab anggukan kepalanya Wahid. “Jangan bandingkan masalah Pak Wahid dengan orang lain! Jangan merasa kalau diri ini adalah yang paling tersiksa. Sesungguhnya rasa seperti itu sangat meny
Baca selengkapnya

33. Aisyah Ceria

Haidar langsung membekap mulut anaknya dengan tangannya. Ia tak menyangka Haikal akan mengatakan pertanyaan polosnya di depan Aisyah dan kedua orang tuanya. Haidar kira putranya hanya berbual dengannya saja. Dokter tampan itu menggelengkan kepala pada putranya dengan wajah menahan malu. Namun, Haikal tak dapat mengerti tindakan ayahnya. Sementara Akbar dan Nilam langsung tertawa geli mendengar ucapan polosnya Haikal. “Anak-anak, lucu sekali,” seru Nilam seraya mendekati Haikal yang tengah menarik tangan ayahnya. “Tangan Ayah pait!” cicit Haikal jujur dan polos. Wajah Haidar meringis dan semakin malu. Akbar lantas menepuk pundaknya dan membawanya untuk duduk di sofa. Sedangkan Nilam membungkuk di hadapan Haikal dan memberikan senyuman manis untuk anak kecil. “Namamu siapa, Nak?” tanya Nilam lembut. “Haikal, Bu,” jawab anak kecil itu membalas senyuman Nilam. “Aku ke sini mau nengokin temennya ayah.” Wanita paruh baya itu membelai lembut pipi tembamnya Haikal. “Pintar sekali! Ayok
Baca selengkapnya

34. Penyesalan

“Aku akan terus melajang! Jika memang nanti aku menikah, itu atas dasar keinginanku bukan dijodohkan!” ucap Haidar tegas.“Ta—tapi.” Revalina tak berani melanjutkan ucapannya.Wanita paruh baya itu itu memilih mengekori putranya ke dalam rumah. Namun, ia memilih duduk di ruang tengah. Sementara Haidar langsung membawa Haikal yang masih dalam gendongannya ke kemar.Lelaki tampan itu membangunkan sebentar putranya dan membantunya menukar pakaian. Haidar bahkan meminta Haikal untuk menggosok giginya dahulu. Walaupun dalam keadaan mengantuk, Haikal menurut dan tak ada protes.“Anak pintar,” puji Haidar seraya mengacak lembut rambut anak lelakinya.Rasa kantuk anak lelakinya tak berkurang sedikit pun. Selesai berkumur, Haikal langsung digendong dan dibaringkan di ranjangnya. Haidar menyelipkan bantal guling dengan gambar iron man, karakter yang disukainya dan langsung didekap erat oleh putranyal. Tak lupa Haidar menaikkan selimut hingga menutupi dadanya, lalu mengecup keningnya.Setelah me
Baca selengkapnya

35. Pagi Yang Cerah

“Janji, sore kita tengokin bunda lagi!”Haidar harus membuat janji dengan Haikal agar putranya mau ditinggalkan di day care. Setelah mendapatkan persetujuan dari Haikal barulah ia berangkat ke rumah sakit. Dokter muda itu datang lebih awal dari biasanya, tetapi bukan karena Aisyah.Dokter tampan itu mendapatkan panggilan darurat untuk operasi pasien yang harus melahirkan secara darurat. Memang sudah tugasnya selalu siaga. Haidar tak hanya menerima pasien rawat jalan, ia juga dituntut melakukan beberapa tindakan operasi.Jika sedang begini, ia harus lebih pandai membujuk putranya karena waktu istirahatnya akan tersita dan berkurangnya kebersamaan dengan Haikal. Sebelumnya, dokter tampan itu memiliki baby sitter yang ia pekerjakan untuk menjaga Haikal.Namun, karena sebuah keteledoran baby sitter-nya Haikal hampir terjatuh dari balkon rumahnya di lantai dua. Alasan itu juga ia memilih menitipkan putranya di day care. Haidar memang memiliki asisten rumah tangga, bi Rumsih dan mang Danang
Baca selengkapnya

36. Zalimar Yang Menyebalkan

“Aisyah, ngapain kamu di sini?” tanya Zalimar dengan tatapan tak suka. Ia lalu menatap lelaki di samping Aisyah. “Dokter Raihan? Kenapa kamu bisa sama Dokter Haidar?” cecarnya.“Kak Zali sendiri sedang apa di sini?” Aisyah berbalik tanya. Ia tak perlu bersikap baik lagi pada wanita di hadapannya.Wajah Asiyah pun menunjukkan tatapan tak suka. Ia merasakan suhu tubuhnya meninggi. Hingga Haidar dapat mendengar hembusan napasnya.“Kontrol emosimu, Aisyah,” perintah Haidar pada Aisyah.Kemudian dokter tampan itu bangkit dari duduknya dan menatap Zalimar dengan tatapan tajam. “Bu Aisyah adalah pasien saya! Dia dalam pengawasan saya,” ucapnya sopan.“Sebaiknya kamu istirahat di dalam! Hindari perdebatan agar tak memicu emosinya!” saran Haidar pada Aisyah.Aisyah mengangguk dan langsung bangkit. Tiba-tiba Zalimar memajukan tubuhnya hendak meraih lengan Aisyah saat wanita itu hendak memutar tubuhnya. Namun, Haidar langsung mencegahnya dengan mengulurkan tangannya melindungi tubuh Aisyah.“Bia
Baca selengkapnya

37. Terkejut Dan Sesak

“Fitnah gimana, sih! Kamu bilang dia adalah pasienmu, kamu ‘kan dokter kandungan. Berarti dia beneran hamil? Berapa bulan usia kandungannya?”Haidar melongo. Ucapan Zalimar benar-benar mengejutkan dirinya. Tak disangka ternyata sahabatnya mendapatkan fitnah yang keji. Tak adil rasanya.“Haidar!” panggil Zalimar menyadarkan dokter tampan di hadapannya.Kedua bola mata Haidar mengerjap berkali-kali, mencoba menghilangkan rasa panas dan perih pada hatinya yang menjalar hingga ke indera penglihatannya. Ia lantas menghela napas panjang untuk meredamkan emosinya. Haidar marah, wanita yang pernah mengisi hatinya dulu dan kini mendapatkan perlakuan tak baik.Namun, ia rasa dirinya ikut memperkeruh keadaan Aisyah karena mengatakan pada Zalimar jika sahabatnya itu adalah pasiennya. Yang Zalimar tahu dirinya adalah dokter kandungan. Alasan itulah wanita di hadapannya yang lebih tua lima tahun darinya mengira Aisyah dirawat karena hamil.“Kak Zali, aku memang mengatakan Aisyah adalah pasienku, te
Baca selengkapnya

38. Tantangan Untuk Aisyah

“Hei, ada apa ini? Kenapa berteriak di ruangan pasien!”Dokter Lukman memasuki kamar rawat Aisyah dengan wajah menahan kesal. Ia lantas menatap pada Zalimar yang berteriak pada pasiennya. Zalimar langsung membuang wajahnya.“Tolong jangan membuat keributan di rumah sakit! Ini bukan pasar!” tegas dokter Lukman. “Maaf, jika saya mengganggu kenyamanan rumah pasien Anda, tetapi saya hanya memberikan peringatan pada orang yang tak tahu diri,” sahut Zalimar tanpa rasa bersalah seraya melirik sinis pada Aisyah. “Jika Anda punya masalah, selesaikan dengan kepala dingin! Anda bisa saya tuntut karena mengganggu kenyamanan pasien saya!” seru dokter Lukman makin murka. “Tanpa mengurangi rasa hormat, silahkan keluar dari ruangan pasien, sebelum saya panggil keamanan rumah sakit!” Dokter Lukman makin tegas seraya menunjuk ke arah pintu.Zalimar mendengus kesal, tetapi ia tak punya pilihan lain. Namun, sebelum wanita itu melangkahkan tungkai kakinya menuju pintu, Zalimar menoleh pada Akbar. Lelaki
Baca selengkapnya

39. Rencana Jahat Nurul

Aisyah memutar tubuhnya menghadap artis cantik itu. Ia mengangguk mengerti, lalu memberikan senyuman percaya diri. Shahira tampak sedikit bingung dengan wanita berhijab di hadapannya.Indera penglihatannya tak berpindah dari semua gerakan Aisyah yang kini mulai memberikan sentuhan pada pakaian miliknya. Tangan Aisyah tampak piawai memberikan sedikit tambalan dengan jahitan tangannya pada bagian yang sudah ia tandai sebelumnya. Setelah sekitar 15 menit Aisyah berkutat dengan hasil sulamannya, ia membentangkan pakaiannya dan menunjukkan pada Shahira.“Hanya beberapa sentuhan saja di bagian pinggang dan bawah pakaiannya agar terlihat modis dan anggun sesuai karakter Kak Shahira,” jelas Aisyah santun seraya menunjukkan hasil sentuhan tangannya.Artis cantik itu melongo. Wajahnya berubah takjub, hingga tanpa ia sadari mengukir senyuman lebar. Aisyah pun terlihat lega melihat ekspresi Shahira.“Sepertinya kamu punya bakat menjadi desainer baju,” ucap Shahira memuji Aisyah, hingga wanita ber
Baca selengkapnya

40. Nurul Iri Pada Aisyah

Sesuai janjinya Haidar pada Haikal untuk menjepotnya setelah ia pulang bekerja dan menjenguk Aisyah. Waktu istirahatnya begitu terbatas karena ia harus melakuakn operasi darurat lagi. Memang itulah resiko pekerjaannya. Ia harus selalu siaga dengan beberapa pasien yang tak terduga. Beberapa kali ia terlabat menjemput putranya karena harus menjani operasi darurat. Sebelumnya Haidar memiliki asisten rumah tangga dan babby sitter, tetapi asisten rumah tangganya yang merupakan perempuan tua sedang pulang kampung dalam waktu yang lama dan lebih dari satu tahun. Hanya petugas keamanan saja yang menunggui rumahnya. Baby sitter di rumahnya juga merupakan seorang perempuan yang lebih muda, sehingga Haidar enggan melanjutkannya jika tak ada asisten rumah tangganya yang sudah tua. Banyak alasan yang perlu ia pertimbangkan, salah satunya fitnah. Apalgi, beberapa kali baby sitter itu terlihat menggodanya. Alasan itu juga yang membuat Haidar mempercayakan putranya dititipkan di day cara. Dokter ta
Baca selengkapnya
Sebelumnya
123456
...
11
DMCA.com Protection Status