Home / CEO / Putra Tersembunyi sang Presdir Mandul / Chapter 31 - Chapter 40

All Chapters of Putra Tersembunyi sang Presdir Mandul: Chapter 31 - Chapter 40

68 Chapters

31. Cinta atau Harta

Happy Reading*****Azan subuh berkumandang, Bunga membuka mata. Perlahan mencoba menarik tangan kirinya yang dipakai bantalan oleh Yusuf. Namun, usahanya gagal. Lelaki itu bisa merasakan pergerakan yang dilakukan walau sudah berusaha sehalus mungkin. "Jam berapa ini? Kenapa sudah bangun?" tanya Yusuf setengah sadar karena ruhnya belum sepenuhnya kembali."Mas Yusuf, nggak dengar suara azan. Sudah subuh dan saatnya untuk menunaikan kewajiban kita sebagai seorang hamba. Jangan lupa bangunkan Fatih, dia pasti marah kalau nggak dibangunkan untuk salat," pinta Bunga. Lalu, perempuan itu pergi begitu saja meninggalkan kamar tersebut. Sekitar sepuluh menit kemudian, Bunga kembali ke kamar sang putra guna mengecek. Ternyata, ayah dan anak itu masih bergelung dengan selimut. Yusuf bahkan mendekap Fatih sangat erat. Keduanya menempel satu sama lain."Astagfirullah," ucap Bunga sedikit keras melihat keadaan keduanya. Menyibak selimut yang membalut tubuh serta menggoyangkan kaki kanan Fatih. "
Read more

32. Takut

Happy Reading*****Hal yang paling ditakutkan Yusuf terjadi. Tahu persis bagaimana watak Purnama, tidak mudah menerima seseorang yang akan memasuki keluarganya. Sekarang, semua terbukti. Kalimat manis lelaki paruh baya tanpa kumis itu berubah menjadi pertanyaan penuh kecurigaan.Bunga mencoba bersikap tenang walau jantungnya akan copot saat ini. "Saat menikah, saya nggak tahu sama sekali siapa Mas Yusuf. Bagaimana latar belakang keluarga ataupun pekerjaannya. Selama sebulan pernikahan, saya cuma tahu jika beliau adalah salah satu karyawan di pabrik minuman buah kemasan siap saji."Si perempuan menjeda kalimatnya, terbayang awal pernikahan dengan Yusuf. "Nafkah yang diberikan beliau saat itu adalah dua juta. Beliau mengatakan jika gajinya sebagai karyawan cuma dua juta lima ratus, jadi sisa gaji dia minta sebagai pegangan. Jadi, ketika Papa bertanya apa motif saya melakukan semua kebaikan ini. Tentu karena tanggung jawab sebagai seorang ibu yang harus mengurus semua keperluan putrany
Read more

33. Apes

Happy Reading*****Mengumpat sepanjang perjalanan menuju rumah sahabatnya, Adhisti harus rela tidak mengikuti pesta yang dibuat salah satu teman lelakinya. "Sepertinya, pantai adalah tempat ternyaman untuk menenangkan diri," gumam Adhisti.Memutar arah kemudi ke pantai, wanita hamil tersebut menghubungi seseorang. "Kita bertemu di resort biasa. Aku sekarang arah ke sana," ucap Adhisti setelah panggilannya terangkat.Dua puluh lima menit kemudian, perempuan tersebut sudah sampai di sebuah pantai yang tak jauh dari pelabuhan. Di saat bersamaan, rombongan Yusuf dan keluarganya juga memasuki area yang sama. "Sini biar Fatih aku yang gendong," kata Yusuf ketika hendak turun dan melihat putranya terlelap dalam pangkuan sang istri."Biar aku saja. Mas, bantuin bawa keperluan kita tadi. Kasihan kalau Papa ngangkat sendiri.""Perhatian banget menantu Papa ini. Padahal barang-barang yang kita bawa tadi tidak begitu banyak," sahut Purnama."Papa kok ketularan lebay kayak Yusuf. Sejak kapan ja
Read more

34. Terbongkar

Happy Reading*****Melupakan kejadian beberapa menit lalu, Purnama dan Kamila mendapat banyak kebahagiaan setelah berkumpul dengan keluarga baru putranya. Tak perlu liburan jauh dan menguras kantong. Kebersamaan seperti ini saja sudah membuat kedua orang tua Yusuf bahagia. Sebuah kebahagiaan yang belum pernah mereka rasakan sebelumnya."Papa lihat, Yusuf sangat bahagia dengan Bunga dan Fatih. Tawa dan senyum itu tidak pernah kita lihat sebelumnya. Apakah tega merampas kebahagian itu kembali? Adhisti jelas-jelas telah mengkhianati putra kita. Harusnya, dia tidak melakukan hal itu terlepas bagaimana perlakuan Yusuf padanya," ucap Kamila ketika hendak mengambil camilan pada cucunya."Mata dan hati Papa baru terbuka, Ma. Selama ini, Papa menulikan semua kesakitan Yusuf demi membahagiakan Ayah. Semoga Allah masih mau mengampuni dosa-dosa Papa. Andai kita tidak pernah bertemu Fatih, kebahagiaan ini mungkin tidak akan pernah kita dapatkan.""Setelah ini, apa yang akan Papa lakukan pada Adhi
Read more

35. Jujur Lebih Baik

Happy Reading*****Purnama menatap ayahnya dengan berani. Terbiasa dengan sifat keras dan tegas Jafar membuat lelaki yang kini memiliki dua warna rambut itu langsung mengubah rasa terkejutnya menjadi marah. "Mengapa Ayah menuduhku seperti itu? Apakah ada kesalahan yang telah aku perbuat? Kami cuma ingin menikmati waktu berdua sebelum adanya cucu." Purnama begitu santai saat menjawab perkataan Jafar."Tidak perlu beralasan. Ayah tahu kalian menghindari sesuatu. Katakan, apa yang sedang kalian sembunyikan?" "Kami tidak akan pernah bisa menyembunyikan apa pun dari Ayah. Jadi, katakan mengapa Ayah meminta kami semua harus pulang malam ini?" Membalik pertanyaan adalah cara yang tepat untuk menghentikan aksi Jafar terus mengorek mereka semua. Lelaki sepuh itu tertawa keras."Kamu benar-benar anakku, Purnama. Secepat itu membalik pertanyaan dan membuatmu satu tingkat lebih maju dari Ayah," ucap Jafar."Jadi, apa tujuan eyang memanggil kami semua pulang?" tanya Yusuf, dia sudah mulai bosa
Read more

36. Pengakuan Palsu

Happy Reading*****"Pertanyaan macam apa ini, Yang?" jawab Adhisti tegas. Sama sekali tidak merasa takut atau menyesal. "Hanya kamu yang bisa menjawabnya, Dhis. Jangan coba-coba membodohi Eyang." Tatapan Jafar seperti singa kelaparan. Siap menerkam mangsa sewaktu-waktu buruannya lengah.Bisik-bisik seluruh keluarga Prayoga pun terdengar kecuali Purnama dan Kamila. Yusuf sendiri masih menatap bingung pada sang istri. Tidak pernah menyangka jika Adhisti sampai berbuat hal memalukan seperti itu. Pergaulan Adhisti memang bebas, tetapi Yusuf tidak membayangkan jika sampai sejauh itu. Selama pernikahan keduanya berlangsung, lelaki itu menerima keadaan Adhisti walau tidak ada cinta di hatinya. Hubungan intim suami istri juga tetap berjalan lancar seperti pasangan pada umumnya.Yusuf berusaha sebaik mungkin menjalankan perannya sebagai suami walau sampai lebih lima tahun belum tumbuh cinta. "Harusnya, Eyang tidak menanyakan hal memalukan seperti ini. Apakah aku terlihat seperti wanita mur
Read more

37. Menyakitkan

Happy Reading*****"Apa maksud Eyang, aku tidak bisa memiliki keturunan selamanya?" tanya Yusuf. Sejak tadi, lelaki itu berusaha untuk menahan semua pertanyaan pada Adhisti. Namun, ketika menyangkut keturunan, Yusuf tak lagi bisa untuk tetap diam mendengarkan. "Berat bagi Eyang mengatakan ini, Suf. Orang tuamu mungkin tidak mengetahui hal ini dan Eyang sengaja meminta pada dokter untuk tidak menceritakan penyakit yang kamu derita setelah kecelakaan itu." Jafar menjeda kalimatnya. Meraup oksigen sebanyak mungkin sebelum melanjutkan apa yang tersimpan di hati. "Aku sakit apa, Yang? Apa ada yang lebih berat dari hilangnya ingatanku." Kamila mengusap lengan putranya. Sejak tadi, perempuan itu memilih untuk berada di samping Yusuf. Naluri seorang ibu yang ingin melindungi anak-anaknya menjadikan istri Purnama itu tidak bisa jauh-jauh dari buah hatinya. "Tenang, Nak. Kita tunggu apa yang akan disampaikan Eyang," tutur Kamila lembut."Jika Ayah tahu bahwa Yusuf tidak bisa memiliki k
Read more

38. Istri Idaman

Happy Reading*****Sejak sang mertua menceritakan tentang kejadian menghilangnya Yusuf, Bunga sama sekali tidak bisa tenang. Matanya enggan terpejam memikirkan keberadaan sang suami. Saat ini, dia nekat menghubungi suami Aghista untuk menanyakan keberadaan Yusuf."Katakan saja, Mas. Di mana taman terdekat dari rumah utama keluarga Mas Yusuf," pinta Bunga."Sekitar lima menit dari rumah Yusuf. Kenapa kamu malah tanya taman, Bunga?" "Nanti, aku ceritakan setelah menemukan Mas Yusuf. Mas Fawas dan Mas Irsan tolong datang ke kantor beliau, ya. Siapa tahu Mas Yusuf ada di sana.""Tapi, Bunga. Ini sudah larut sekali," protes Aghista menimpali permintaan sahabatnya."Sekali ini saja, Say. Aku mohon, ayahnya Fatih sedang kacau saat ini. Mama sama Papa belum menemukan keberadaannya sejak tadi pagi." Suara Bunga mulai bergetar membuat sahabatnya tak kuasa untuk mengiyakan permintaan tersebut."Baiklah. Kami akan bantu. Lalu, kamu akan mencari ke mana? Kalau kamu mencari Mas Yusuf, Fatih sama
Read more

39. Mencari Restu

Happy Reading*****Berada di rumah utama keluarga Prayoga tidak pernah terpikirkan oleh Bunga. Oleh karena permintaan Purnama dan Kamila, perempuan itu mau dibawa pulang oleh Yusuf. Kakinya gemetaran saat menginjakkan lantai keramik di rumah besar tersebut. Bunga merasa seperti penjahat yang siap masuk buih saat ini. "Santai, Yang. Mas, tidak akan membiarkanmu dimarahi Eyang. Kita akan hadapi bersama apa pun yang terjadi." Kalimat pamungkas yang diucapkan Yusuf mampu membuat Bunga tenang."Kamu tamu di rumah ini. Jadi, bersikaplah sebagai orang lain yang sedang berkunjung di rumah kami." Jafar menatap Bunga. Lalu, memanggil asisten rumah tangga untuk menyiapkan kamar."Sudah sangat malam. Kalian semua, segeralah istirahat. Jangan ada obrolan apa pun setelah ini. Kita akan membahas semua masalah besok pagi."Mengangguk patuh, semua orang pergi meninggalkan Bunga kecuali Kamila dan Yusuf. "Mama akan mengantarmu ke kamar. Mas akan menelepon ibu nanti mengabarkan semuanya," ucap Yusuf
Read more

40. Gemas

Happy Reading*****"Jika Eyang ingin aku tetap tinggal di sini. Maka, terima Bunga sebagai istriku," ucap Yusuf menghentikan langkah demi menghormati permintaan Jafar.Diam dan menatap Bunga, lelaki sepuh itu tersenyum. "Segitu cintanya kamu dengan perempuan ini. Padahal Eyang cuma bertanya seperti tadi.""Yah, pertanyaan tadi sangat keterlaluan. Bukankah semalam, aku sudah membahas siapa Bunga dan apa hubungannya dengan Yusuf," sahut Purnama."Lantas, apakah dia bisa seenaknya memanggil Eyang padahal Ayah belum memberikan restu untuk hubungan mereka," jawab Jafar tak ingin dibantah siapa pun. "Duduk atau Eyang tidak akan pernah merestui pernikahan kalian." "Untuk apa duduk jika keputusan Eyang tetap sama. Menolak pernikahan kami." Masih tidak mau mengalah, Yusuf menatap Jafar dengan kecewa."Duduklah dan biarkan Eyang menyelesaikan sarapan," ucap Jafar dengan intonasi lebih rendah dari sebelumnya. "Pergilah, Bi. Maaf, jika membuatmu ketakutan seperti tadi," katanya pada sang pemban
Read more
PREV
1234567
DMCA.com Protection Status