Happy Reading*****"Jika Eyang ingin aku tetap tinggal di sini. Maka, terima Bunga sebagai istriku," ucap Yusuf menghentikan langkah demi menghormati permintaan Jafar.Diam dan menatap Bunga, lelaki sepuh itu tersenyum. "Segitu cintanya kamu dengan perempuan ini. Padahal Eyang cuma bertanya seperti tadi.""Yah, pertanyaan tadi sangat keterlaluan. Bukankah semalam, aku sudah membahas siapa Bunga dan apa hubungannya dengan Yusuf," sahut Purnama."Lantas, apakah dia bisa seenaknya memanggil Eyang padahal Ayah belum memberikan restu untuk hubungan mereka," jawab Jafar tak ingin dibantah siapa pun. "Duduk atau Eyang tidak akan pernah merestui pernikahan kalian." "Untuk apa duduk jika keputusan Eyang tetap sama. Menolak pernikahan kami." Masih tidak mau mengalah, Yusuf menatap Jafar dengan kecewa."Duduklah dan biarkan Eyang menyelesaikan sarapan," ucap Jafar dengan intonasi lebih rendah dari sebelumnya. "Pergilah, Bi. Maaf, jika membuatmu ketakutan seperti tadi," katanya pada sang pemban
Happy Reading*****Tak memerlukan waktu lama untuk dekat dengan Fatih. Bocah berusia enam tahun itu selalu bisa membuat orang-orang dewasa di sekitarnya bahagia dan menerima keberadaannya. Seperti sekarang, Purnama dan Yusuf tidak ke kantor, hanya untuk menemani si kecil berkeliling dan bermain di rumah besar keluarga Prayoga.Jafar pun ikut menemani anak dan cucunya bermain bersama sang cicit. Mereka kini tengah bersantai di tepi kolam renang. Fatih meminta Yusuf untuk menemuinya berenang, sedangkan para wanita tengah menyiapkan makanan ringan untuk kelurga tersebut. Bunga bahkan diminta untuk tidak bekerja hari, Jafar sendirilah yang meminta ijin langsung pada Shaqina."Orang kaya mah harus dituruti, apalah kuasa rakyat jelata seperti aku jika dibanding kelurga Prayoga," ucap si bos ketika ponsel beralih ke tangan sahabatnya setelah Jafar meminta ijin jika Bunga tidak bisa masuk kerja.Ingin sekali menjawab, tetapi Bunga tidak bisa. Dia kini terikat aturan keluarga Prayoga apalagi
Happy Reading*****Penuh kemarahan dan dendam, Adhisti keluar dari kediaman utama, keluarga Prayoga. Sebelum masuk mobil, dia menghubungi seseorang. "Naikkan kabar tentang berita yang aku kirim tadi. Aku tidak bisa diam terus, menerima hinaan si tua Bangka, Jafar. Beraninya dia mengusirku dan membawa perempuan rendahan ke rumah itu," ucap Adhisti pada lawan bicaranya."Kamu yakin perempuan ini kekasih gelap Yusuf?" tanya seseorang yang ditelpon Adhisti."Sangat yakin. Dia adalah desainer di butik Shaqina. Perempuan tidak jelas asal usulnya. Terusir dari kampung halaman karena hamil di luar nikah. Bisa jadi, dia menjerat Yusuf dengan memakai anaknya. Kamu tahu sendiri kalau sepupumu itu mandul. Bertemu anak kecil seperti anak perempuan itu pastinya membuatnya bahagia."Adhisti terus mengompori lawan bicaranya yang tak lain adalah Yudhistira. Sama-sama mendapat hinaan dan terusir dari kediaman utama Prayoga membuat keduanya bersatu apalagi setelah Jafar mengatakan tidak akan memberika
Happy Reading*****Sang perempuan langsung terkejut mendengar perkataan dua orang lelaki dari keluarga Prayoga. Matanya membulat sempurna. Siapa lagi kalau bukan Adhisti yang melakukannya. "Kabar yang kamu naikkan itu tidak akan merubah kesalahan fatalmu. Apa kalian tahu kesalahan fatal perempuan ini sehingga terusir dari keluarga Prayoga?" tanya Jafar kepada para pewarta.Semua orang yang sedang mewawancarai Adhisti menggelengkan kepala. Purnama dan Jafar pun tersenyum membalas jawaban mereka."Baiklah, tolong tanyakan siapa ayah dari janin yang dia kandung," kata Jafar. Senyum penuh permusuhan dia tampilkan. "Setelah itu, saya sebagai kepala keluarga Prayoga akan menjawab apa yang kalian tanyakan. Termasuk tentang perselingkuhan cucu saya yang sudah terlanjur berembus."Para pewarta pun beralih menatap Adhisti kembali. Keluarga Prayoga dan Jaya menjadi poros utama di pesta tersebut. Padahal, pesta itu diadakan oleh salah satu kolega sekaligus orang nomor satu di propinsi yang mere
Happy Reading*****Semua permasalahan Yusuf dan Bunga terselesaikan dengan sangat mudah oleh Jafar. Adhisti kalah telak ketika semua kebenaran dibeberkan di pesta itu. Terpaksa pulang karena menanggung malu, perempuan itu malah dimusuhi oleh keluarganya sendiri. Kini, semua berbalik arah. Keluarga Jaya dipermalukan dan saham perusahaan turun karena skandal yang dilakukan Adhisti dan Yudhistira. Jafar bahkan mengumumkan Bunga sebagai menantu dari keluarga Prayoga malam itu juga. Selama perjalanan pulang, tidak ada yang berani membuka suara untuk bertanya bagaimana Jafar bisa mendapatkan rekaman pernikahan Yusuf dengan Bunga. Purnama dan Kamila sendiri memilih diam. Berada satu mobil dengan Jafar membuat Bunga bangga apalagi dirinya yang dibela di depan banyak orang di pesta tadi. Tidak ada hal yang lebih membahagiakan selain pengakuan tentang hubungan pernikahannya dengan Yusuf. "Istirahatlah. Besok akan banyak acara yang menanti. Jangan sampai kelelahan," ucap Jafar ketika mereka
Happy Reading*****Tepat pukul satu siang, Kamila dan Bunga sudah berada di sekolah Fatih. Oleh karena sudah berpesan pada Irsan untuk membawa si kecil ke kantornya terlebih dahulu sebab keduanya terlambat menjemput. Dua perempuan beda generasi tersebut langsung menuju kantor sahabat Yusuf.Pintu dibuka oleh sang pemilik Yayasan secara langsung. Wajahnya terlihat belepotan bedak. Kamila bahkan tertawa melihatnya, sedangkan Bunga malah mencari keberadaan Fatih. "Masuk, Tan, Bunga," ucap Irsan mempersilakan.Bunga menatap putranya setelah melihat wajah Irsan sekilas. "Pasti Fatih yang mencoret-coret muka Om Irsan seperti itu? Jangan nakal, dong, Nak?""Ini bukan nakal namanya, Bunga. Kami memainkan permainan dan aku selalu kalah. Anakmu ini benar-benar keturunan Yusuf," ucap Irsan.Bug ....Sebuah pukulan mengenai kepala Irsan. "Aduh," ucap sang pemilik sekolah memegang kepalanya yang terasa sakit. "Mengapa Tante memukulku?""Rasain, makanya jangan sembarangan kalau ngomong. Jelas-je
Happy Reading*****Membawa rasa marah karena ucapan tantenya, Yudhistira pergi meninggalkan Bunga. Setelah kepergian lelaki itu, Kamila mengajak menantunya untuk segera mengantri di kasir. Purnama dan Yusuf sudah perjalanan pulang. Tidak enak jika para lelaki tersebut datang tanpa sambutan para istri."Jangan dengarkan semua omongan Yudhistira tadi. Ingat, dia selalu menjadi musuh dalam selimut bagi suamimu. Walau mereka bersaudara, tapi Yudhi menganggap Yusuf saingan terberatnya. Padahal kami tidak pernah dendam dan selalu memaafkan semua kesalahan keluarganya," cerita Kamila ketika mereka perjalanan pulang."Iya, Ma. Bunga akan lebih berhati-hati lagi." Berjanji akan menceritakan pertemuannya nanti dengan Yusuf. Bunga tidak mau menyimpan apa pun juga dari sang suami.Baru saja mobil yang ditumpangi Kamila dan Bunga sampai di parkiran. Sosok Purnama dan Yusuf sudah tersenyum. Kebetulan yang tidak direncanakan, ketika dua lelaki itu baru turun, para istri juga sampai.Membuka pintu m
Happy Reading*****"Dasar perempuan kelas rendah. Cuma ditanya begitu saja sudah minta lebih. Kenapa kamu melepas Adhisti dan memilih perempuan seperti itu, Suf. Ibaratnya, kamu membuang intan demi mendapat besi." Yudhistira menatap Yusuf datar."Sudah selesai bicaramu?" tanya Yusuf, "Bunga memang dari strata sosial menengah ke bawah, tapi akhlaknya cukup membanggakan dibanding dirimu dan Adhisti. Jadi, jika aku melepas perempuan itu dan melemparnya padamu. Artinya, status kalian sama bejatnya di mataku."Yusuf kemudian beralih menatap dan mengusap kepala sang istri yang tertutup jilbab. "Katakan pada Mas. Apa yang sebenarnya terjadi. Mas, tidak percaya dengan omongan Yudhistira. Kamu tidak akan ketakutan, jika dia tidak melakukan apa pun.""Jangan naif, Suf. Aku tidak tertarik sama sekali dengan perempuan seperti dia. Melihatnya saja sudah malas." Maju satu langkah untuk meninggalkan sepupunya yang masih betah mendekap Bunga. "Lelaki sepertimu, tak akan cukup satu wanita. Mulutm
Happy Reading*****Kegagalan meneguk indahnya malam pertama setelah sekian lama keduanya terpisah membuat Bunga begitu canggung saat ini. Walau berkali-kali Yusuf mengatakan tidak masalah, tetapi tetap saja perempuan itu merasa bersalah. Di saat sang suami sedang berada di puncak gairahnya terpaksa harus padam karena tamu bulanan Bunga datang lebih awal."Sini, Sayang," panggil Yusuf menepuk bagian pahanya."Mas, ih. Aku kan nggak bisa itu.""Tidak masalah. Walau tidak bisa masak kamu mau jauhi Mas, Yang.""Maaf, ya, Mas. Aku sudah membuatmu kecewa.""Tidak masalah, Sayang. Kita bisa mengulangnya di lain waktu. Mau jalan-jalan ke luar? Besok, kita pasti sibuk dan tidak memiliki kesempatan untuk berduaan.""Gimana bisa keluar kalau kuncinya saja dibawa Mama, Mas."Yusuf menepuk kening. Lupa jika seluruh keluarganya telah mengurung mereka di kamar tersebut. "Jadi, apa yang harus kita lakukan saat ini.""Nggak ada," jawab Bunga. Perempuan itu sengaja menjauhi sang suami. Duduk di sofa,
Happy Reading*****Sore sekitar pukul enam, keluarga Prayoga sudah berada di kediaman mereka. Tak membuang waktu lagi, Yusuf dilarikan ke rumah sakit tempat sang dokter praktek. Ada banyak harapan dari seluruh anggota keluarga tersebut atas kesembuhan Yusuf. Pemeriksaa panjang dan melelahkan akan segera mereka hadapi setelah Yusuf masuk ke ruang sang dokter. "Unda, Ayah sebenarnya sakit apa?" tanya si mungil yang sejak tadi berusaha menahan rasa ingin tahunya karena semua orang dewasa sibuk membicarakan sang ayah. "Ayah nggak sakit, Sayang. Cuma kelelahan saja.""Apa Ayah bekerja terlalu berat? Bisakah Fatih membantu pekerjaan Ayah supaya nggak kelelahan lagi seperti sekarang?"Kalimat demi kalimat yang terlontar dari bibir mungil itu terdengar oleh Purnama dan Jafar. Keduanya lantas tersenyum dengan kepala menggeleng-geleng. "Apa Ayah harus membawanya ke kantor sejak dini," ujar Jafar pada sang putra. "Lebih cepat lebih baik. Fatih itu persis Yusuf. Semangatnya untuk membantu p
Happy Reading*****Pletak .... Satu sentilan mendarat di kening sang direktur yang terkenal pandai dan selalu berhasil dalam bisnisnya. Namun, entah mengapa pikirannya menjadi buntu ketika dihadapkan pada persoalan asmara. "Apa?" kata Yusuf tak terima diperlakukan kurang ajar oleh sahabatnya."Kamu memang tidak mengingat tragedi pelecehan itu atau pura-pura bodoh. Mana mungkin aku menyukai istri sahabatku sendiri. Yang benar saja, tunanganku sekarang sudah amat sangat sempurna," seloroh Irsan. Dia masih mengawasi Bunga. Takut perempuan itu berbuat nekat jika langsung menolong.Yusuf terdiam beberapa saat, memaksa memorinya untuk mengingat semua kejadian yang telah terlewat. Berhasil, kenangan demi kenangan beberapa hari lalu serta seluruh kejadian bagaimana keluarganya mengenal Bunga hadir dalam ingatan. Namun, menit berikutnya lelaki itu merasakan kepalanya berputar."San, tolong!" ucap Yusuf lirih.Irsan menoleh pada sahabatnya dan segera berteriak sekencang mungkin memanggil nam
Happy Reading*****Pagi-pagi sekali, setelah melakukan salat subuh berjemaah dengan para sahabatnya. Yusuf dan Bunga dikejutkan dengan kehadiran Purnama beserta seluruh keluarga besar keluarga Prayoga termasuk putra mereka. Kemarin malam, setelah melakukan panggilan video dan mengetahui kondisi kesehatan Yusuf, mereka sekeluarga tidak bisa duduk diam ataupun tidur nyenyak.Jafar bahkan langsung meminta asisten pribadinya untuk memesan tiket penerbangan ke Bali. Malam itu juga, lewat tengah malam, mereka sekeluarga menyusul Bunga."Eyang, Papa?" ucap Yusuf dengan bola mata terbuka sempurna. Detik berikutnya, lelaki itu melirik sang istri. "Eyang, aku bisa jelaskan siapa Bunga."Yusuf mengajak rombongan keluarganya masuk dan duduk di sofa. Para sahabatnya melihat dari jarak yang tidak begitu jauh sambil menggelengkan kepala."Ayah, kenapa nggak mau nyapa? Fatih kangen." Bukannya Jafar atau Purnama yang menjawab pertanyaan lelaki tampan itu, tetapi seorang anak kecil. Yusuf mengerutkan
Happy Reading*****Bunga menatap panik pada sang suami. Dia telah berteriak minta tolong pada dua sahabat ayahnya Fatih. Namun, Yusuf masih tetap berteriak dan berjalan ke tengah pantai.Entah apa yang terjadi dengan sang suami. Padahal, Bunga cuma ingin mengambil kerang dan segera kembali ke sisi Yusuf saat ombak yang datang terlihat sangat besar. Akan tetapi, sng suami malah berteriak keras memperingatkan dan berlari ke tengah pantai."Berhenti, Suf. Ada apa denganmu?" tanya Fawas. Sekuat tenaga, lelaki itu mengejar. Irsan dan Shaqina bahkan menghentikan kegiatan pemotretan karena takut terjadi sesuatu dengan sahabatnya."Ya Allah, Mas. Kamu kenapa sebenarnya?" kata Bunga. Dia terus berteriak memanggil Yusuf. Pergerakannya kalah cepat karena tubuh mungil si wanita.Ombak yang begitu besar menghantam Yusuf. Beruntung, Fawas sudah memegang tangan lelaki itu. Mereka berdua terseret beberapa meter ke tengah pantai. "Suf, sadar," ucap Fawas. Lelaki itu terpaksa menampar sahabatnya. Pan
Happy Reading*****Kelima rombongan Aghista pun melihat ke arah pandang ibu satu anak tersebut. Yusuf bahkan dengan cepat menutup mata sang istri dengan tangannya, sedangkan Shaqina terpaksa harus memalingkan muka. Malu sekali dengan adegan dua orng dewasa di depan mereka saat ini. "Cih, belum ada satu menit mengatakan akan melindungi Bunga dari gangguan lelaki manapun, tapi kelakuannya yang sekarang sungguh memalukan," kata Irsan. "Namanya bajingan, selamanya tidak akan pernah berubah," tambah Shaqina cukup keras hingga dua orang yang sedang melakukan adegan dewasa berciuman tersebut menoleh. Mata Damar membulat sempurna bahkan dia langsung mendorong perempuan yang tadi menjadi partner ya berciuman. "Jangan salah paham Bunga," kata Damar, "kamu tahu siapa dia. Sejak dulu, dia sudah mengejarku. Entah bagaimana dia bisa tahu, aku sedang ada kerjaan di sini.""Untuk apa kamu menjelaskan semua itu pada kekasihku?" tanya Yusuf. Tangannya sudah disingkirkan dari wajah sang istri."Mas
Happy Reading*****Bunga menatap suaminya yang tersenyum ketika melihat ekspresi terkejut Damar. "Mas, kamu nggak melakukan hal-hal menakutkan seperti janjimu tadi, kan?" tanya Bunga. Dia, hanya ingin memastikan bahwa suaminya tidak bertindak apa pun juga saat ini. Sungguh, keluarga Prayoga itu sangat menakutkan jika sudah merasa disakiti atau terancam. Seperti kasus Yudhistira dan Adhisti. Sepupu Yusuf itu, tega memasukkan si ibu hamil ke penjara berserta ayahnya sendiri. Padahal jelas-jelas mereka sudah meminta maaf. Kejadian pelecehan beberapa waktu lalu juga membuat Jafar marah besar. Lelaki sepuh tersebut bahkan meminta putrinya untuk bercerai dengan Iskandar. Tidak ada toleransi jika menyangkut nama baik dan rasa sakit yang dialami keluarga Prayoga. Semua harus dibayar sepadan. Sungguh, melihat wajah semringah sang suami. Bunga khawatir dengan keadaan Damar. Bukan karena dia menaruh hati pada lelaki tersebut, tetapi lebih kepada rasa kemanusiaan. "Hal-hal menakutkan gimana
Happy Reading*****"Kekanakan bagaimana?" jawab Damar, "aku cuma ingin melindungimu dari lelaki tidak baik ini."Kalimat Damar membuat Yusuf membulatkan mata. "Kita baru sekali bertemu. Jangan menyimpulkan sesuatu yang belum kamu ketahui kebenarannya," ucap suami Bunga. "Kebenaran apalagi yang perlu aku ketahui. Ekspresi wajah Bunga, jelas sangat tidak nyaman dengan perlakuanmu," jawab Damar. Masih kukuh dengan pendapat awal yang dilihatnya tadi. "Diam, Mar. Kamu terlalu jauh mencampuri urusan pribadiku," sahut Bunga. Kilat amarah itu jelas ditampakkan olehnya pada lelaki yang sejak tadi berusaha mendekatinya."Hah!" ucap sang lelaki sedikit terkejut dengan protes yang Bunga lakukan. "Kamu tidak perlu takut seperti itu, Bunga. Aku selalu siap ketika ada lelaki yang mengganggumu." Suara Damar mulai meninggi membuat orang-orang di dalam pesawat melihat ke arah mereka bertiga.Shaqina yang duduk dua kursi di belakang Yusuf dan Bunga, meminta ijin pada Irsan. "Permisi, Mas.""Mau ke ma
Happy Reading*****"Hai, Sayang. Kenapa berhenti?" ucap Yusuf tak tahan melihat sikap si lelaki yang cari-cari perhatian pada istrinya.Bunga tersenyum menatap sang suami. "Mas, kenalkan. Ini sahabat kami bertiga pas masih SMA dulu.""Hmm," jawab Yusuf tanpa berniat untuk berjabat tangan. Bunga menyadari sikap tidak suka yang ditunjukkan sang suami. Dia pun menggandeng tangan Yusuf posesif. "Mar, kenalin dia ini ....""Saya calon suaminya," ucap Yusuf. Tampang sengaja dibuat mode dingin. "Oh, rupanya sudah punya clon suami. Aku kira kamu masih sendiri." Sengaja mengedipkan sebelah mata, lelaki itu seakan memancing emosi Yusuf. "Kenalkan, saya Damar. Salah satu direksi sekaligus Direktur dari Akasurya Grup."Fawas menarik garis bibir. Seolah mengejek nama perusahaan yang disebutkan barusan. "Jika kamu mengaku direktur Akasurya Grup, lalu siapa Ganandra?""Nah, benar. Tidak perlu sok ngaku-ngaku, deh. Ganandra itu adalah direktur utama Akasurya Grup," tambah Irsan. Dia sengaja merapa