Happy Reading*****"Jadi, ini tujuanmu mendekati aku? Tidak pernah terpikir jika kamu memanfaatkan rasa cinta ini. Di mana janji manis yang dulu, kamu ucapkan, Yud?" Seorang perempuan melempar amplop cokelat besar ke muka Yudhistira.Tamu tak diundang itu adalah Adhisti. Sengaja datang karena ingin memberitahu pada Yudhistira bahwa janin yang ada di perutnya adalah milik sang lelaki. Sesuai saran dari seluruh keluarganya, perempuan itu sudah melakukan tes DNA pada janinnya.Purnama dan keluarga lainnya sempat terkejut dengan aksi sang mantan menantu. Semula, mereka mengira jika Bunga yang melakukannya, tetapi posisi Adhisti satu langkah di depan menantu baru keluarga Prayoga. "Kamu sudah tahu bagaimana reputasiku tentang perempuan, Dhis. Tidak perlu berlagak menjadi orang paling teraniaya. Kita melakukannya atas dasar suka sama suka." Yudhistira memegang pipinya yang terasa panas akibat tamparan perempuan yang sedang hamil itu."Kamu yang menjeratku," teriak Adhisti. "Hentikan dr
Happy Reading*****"Bodoh!" kata Jafar keras, "janin di kandungan Adhisti adalah benihmu. Sekarang, kamu harus menikahinya setelah bayi itu dilahirkan.""Kenapa harus menunggu bayi ini lahir?" tanya Adhisti heran. "Apa kamu tidak pernah mendengar bahwa masa iddah seorang perempuan yang sedang hamil adalah sampai anaknya lahir," jawab Bunga. "Tapi, bukankah sperma Yusuf infertil. Jadi, tidak mungkin dia bisa membuahi sekalipun kami pernah berhubungan intim sebelumnya jatuhnya talak. Lagian juga, kami tidak pernah melakukannya lagi semenjak aku mengetahui tentang kehamilan ini. Orang yang sering melakukannya adalah Yudhis," terang Adhisti tanpa rasa mau sama sekali menyebutkan semua aib perzinaannya dengan lelaki lain seain suaminya. "Rendahan. Di mana harga dirimu sebagai perempuan baik-baik dengan nama besar keluarga Jaya," ucap humayrah lantang, "Aku tidak mau punya menantu seperti dia, Yah. Bekas banyak orang."Santai, Jafar pun tersenyum menanggapi perkataan si bungsu. "Suda
Happy Reading*****"Diam, jangan pernah berteriak atau aku akan menyakitimu. Sejak tadi, aku mencoba menahan untuk tidak menyentuhmu. Sekarang tidak ada siapa pun yang bisa mencegahnya. Semua orang sibuk dengan pembagian warisan dari si tua yang maunya menang sendiri itu," ucap si lelaki."Om, kenapa Anda tega pada istri keponakan sendiri?" Tangis Bunga pecah. Bukan karena sakit di tangannya yang dicekal Iskandar. Namun, karena dia lalai menjaga diri saat tidak ada suaminya. "Jangan cengeng. Lama-lama kamu juga akan menikmati apa yang kita lakukan." Iskandar menyeret Bunga ke kamar tamu yang letaknya paling ujung di dekat kolam renang. Kamar yang tak ada seorang pun berani masuk kecuali si lelaki dan istrinya. Kamar itu memiliki banyak kenangan terutama ketika Jafar dan Purnama tidak di rumah. Kamar yang selalu menjadi saksi percintaan keduanya hingga Jafar menikahkan mereka dan melarang menggunakan ruangan tersebut.Mendorong tubuh istri Yusuf dengan kasar ke ranjang. Secara bruta
Happy Reading*****Jafar menarik kerah baju menantunya yang berusaha menodai Bunga. Walau sudah tua, kekuatan lelaki itu masih besar. Buktinya, dia bisa menjauhkan Iskandar dari tubuh Bunga.Tamparan bertubi-tubi diberikan sng pemimpin keluarga, sementara Bunga mendekap erat tubuhnya sendiri. Rasa takut itu belum hilang malah makin bertambah ketika melihat Jafar memukuli Iskandar."Kenakan jilbabmu dengan benar," perintah Jafar pada Bunga. Ibu satu anak itu masih memeluk dirinya sendiri dengan erat. Di atas ranjang, dia duduk meringkuk. Jafar benar-benar tak tega melihat keadaannya. "Yusuf, Purnama, Kamila," teriak si lelaki setelah menghajar Iskandar habis-habis. Suami si bungsu tersebut tersungkur di lantai dengan bibir penuh darah. Wajahnya penuh lebam disebabkan pukulan mertuanya.Tak berapa lama, semua orang berkumpul bahkan Humayrah dan Yudhistira juga ada di kamar tersebut."Ya Allah, Sayang," ucap Yusuf. Langsung mendekap tubuh sang istri. "Apa yang terjadi, Yah?" tanya P
Happy Reading*****Humayrah menjerit histeris ketika sang suami diusir tanpa belas kasihan oleh Jafar bahkan Yudhistira membiarkan kepergian papanya dengan tetap diam. Rekaman CCTV yang mereka tonton tadi sudah membuktikan semuanya. Bejat sungguh teramat bejat apa yang dilakukan oleh Iskandar. Yusuf bahkan sempat menghajar lelaki itu karena tega berbuat aniaya kepada istrinya. Kamila sampai menutup mata melihat rekaman tersebut. Tak tega jika harus melihat kejahatan di depan matanya."Berhenti menangis, Ra. Kamu bukan anak kecil yang harus Ayah tenangkan seperti dulu. Sejak awal kamu berhubungan dengan Iskandar. Ayah sudah tidak suka. Sekarang, semua terbukti, kan?" ujar Jafar."Bawa Mama pulang, Yud," pinta Humayrah tak menggubris perkataan sang ayah. Purnama menghela napas panjang demikian juga dengan Kamila. Yusuf dan Bunga sudah masuk kamar terlebih dahulu. Para orang tua sengaja membiarkan keduanya satu kamar karena kesedihan dan psikis Bunga masih terguncang pasca pelecehan
Happy Reading*****Membukakan pintu untuk seorang lelaki yang selama ini menemani malam-malam sepi Adhisti, perempuan hamil itu tersenyum. "Masuk," perintahnya, "setidaknya, malam ini kamu aman dan tidak perlu mencari tempat menginap. Putramu itu sungguh keterlaluan, membela papanya saja tidak bisa.""Jangan banyak omong. Apa kamu yakin Yudhistira sudah tidur?" Orang yang dibukakan pintu tadi adalah Iskandar. Adhisti dan lelaki itu memang memiliki hubungan yang tidak pernah diketahui siapa pun. Namun, tak ada seorang pun yang mengetahui bagaimana hubungan keduanya. "Ck, tua banyak tingkah. Jika sudah begini, aku juga yang repot. Susah payah mendapat pengakuan kejelasan janin ini, tapi kamu malah membuat ulah. Apa menariknya gadis kampung itu sampai kamu juga mengejarnya."Iskandar tersenyum. "Tidak ada yang menarik kecuali tubuhnya yang tidak pernah tersentuh siapa pun selain Yusuf."Adhisti berdecak, mereka berdua mask kamar tanpa berbincang lagi. Setelahnya, si ibu hamil memberik
Happy Reading*****Berusaha menjelaskan dengan cara yang bisa diterima akal seorang bocah. Kamila dan Yusuf terpaksa keluar dari restoran tersebut sebelum mereka melihat adegan yang lebih menjijikkan antara Adhisti dan Iskandar. Yusuf mencoba mengabadikan apa yang dilakukan mantan istrinya itu dan mengirimkan pada Jafar serta Yudhistira. Biarlah mereka yang menilai seperti apa hubungan kedua orang tersebut.Tak kalah mewah dengan restoran sebelumnya. Fatih memesan makanan yang belum pernah diketahuinya semacam steak dan makanan western lainnya. Bocah kecil itu begitu takjub melihat uap panas yang mengepul dari hotplate. "Makan yang kenyang dan jangan ceritakan apa pun pada Eyang kakung maupun Eyang buyut tentang masalah tadi. Biarkan kami para orang tua yang menyelesaikan masalah itu," ucap Kamila. Dia berusaha menasihati cucunya supaya tidak ikut campur dengan urusan orang dewasa, takut menjadi kebiasaan dan terbawa sampai besar nanti."Siap, Eyang." Fatih memberikan hormat pada w
Happy Reading*****Melotot sempurna, Yudhistira tak menyangka bahwa ada lelaki lain di rumahnya. Adhisti sendiri diam mematung ketika seseorang yang memanggilnya sayang tadi mendekat. Lelaki yang sempat terlihat di video yang diputar oleh Jafar beberapa hari lalu. Mereka bertiga sama-sama terkejut."Jadi, begini kelakuanmu yang sebenarnya? Beraninya memasukkan laki-laki ke rumah ini," ucap Yudhistira keras. Adhisti terjingkat, mundur beberapa langkah ketika sang pemilik rumah mendekatinya, siap menerkam."Aku bisa jelaskan, Yud. Dia cuma numpang ke kamar mandi tadi," alibi si ibu hamil dengan suara bergetar.Jelas sekali dia ketakutan saat ini. Wajah menyeramkan Yudhistira terlihat dengan jelas. Hampir tidak pernah salah satu pewaris keluarga Prayoga itu menunjukkan raut menakutkan. Si sulung selalu menunjukkan wajah genit, manis dan penuh rayuan serta penggoda. "Apa yang mau kamu jelaskan, Dhis? Tentang perselingkuhanmu dengan orang ini di rumahku?" Yudhistira melemahkan intonasi
Happy Reading*****Kegagalan meneguk indahnya malam pertama setelah sekian lama keduanya terpisah membuat Bunga begitu canggung saat ini. Walau berkali-kali Yusuf mengatakan tidak masalah, tetapi tetap saja perempuan itu merasa bersalah. Di saat sang suami sedang berada di puncak gairahnya terpaksa harus padam karena tamu bulanan Bunga datang lebih awal."Sini, Sayang," panggil Yusuf menepuk bagian pahanya."Mas, ih. Aku kan nggak bisa itu.""Tidak masalah. Walau tidak bisa masak kamu mau jauhi Mas, Yang.""Maaf, ya, Mas. Aku sudah membuatmu kecewa.""Tidak masalah, Sayang. Kita bisa mengulangnya di lain waktu. Mau jalan-jalan ke luar? Besok, kita pasti sibuk dan tidak memiliki kesempatan untuk berduaan.""Gimana bisa keluar kalau kuncinya saja dibawa Mama, Mas."Yusuf menepuk kening. Lupa jika seluruh keluarganya telah mengurung mereka di kamar tersebut. "Jadi, apa yang harus kita lakukan saat ini.""Nggak ada," jawab Bunga. Perempuan itu sengaja menjauhi sang suami. Duduk di sofa,
Happy Reading*****Sore sekitar pukul enam, keluarga Prayoga sudah berada di kediaman mereka. Tak membuang waktu lagi, Yusuf dilarikan ke rumah sakit tempat sang dokter praktek. Ada banyak harapan dari seluruh anggota keluarga tersebut atas kesembuhan Yusuf. Pemeriksaa panjang dan melelahkan akan segera mereka hadapi setelah Yusuf masuk ke ruang sang dokter. "Unda, Ayah sebenarnya sakit apa?" tanya si mungil yang sejak tadi berusaha menahan rasa ingin tahunya karena semua orang dewasa sibuk membicarakan sang ayah. "Ayah nggak sakit, Sayang. Cuma kelelahan saja.""Apa Ayah bekerja terlalu berat? Bisakah Fatih membantu pekerjaan Ayah supaya nggak kelelahan lagi seperti sekarang?"Kalimat demi kalimat yang terlontar dari bibir mungil itu terdengar oleh Purnama dan Jafar. Keduanya lantas tersenyum dengan kepala menggeleng-geleng. "Apa Ayah harus membawanya ke kantor sejak dini," ujar Jafar pada sang putra. "Lebih cepat lebih baik. Fatih itu persis Yusuf. Semangatnya untuk membantu p
Happy Reading*****Pletak .... Satu sentilan mendarat di kening sang direktur yang terkenal pandai dan selalu berhasil dalam bisnisnya. Namun, entah mengapa pikirannya menjadi buntu ketika dihadapkan pada persoalan asmara. "Apa?" kata Yusuf tak terima diperlakukan kurang ajar oleh sahabatnya."Kamu memang tidak mengingat tragedi pelecehan itu atau pura-pura bodoh. Mana mungkin aku menyukai istri sahabatku sendiri. Yang benar saja, tunanganku sekarang sudah amat sangat sempurna," seloroh Irsan. Dia masih mengawasi Bunga. Takut perempuan itu berbuat nekat jika langsung menolong.Yusuf terdiam beberapa saat, memaksa memorinya untuk mengingat semua kejadian yang telah terlewat. Berhasil, kenangan demi kenangan beberapa hari lalu serta seluruh kejadian bagaimana keluarganya mengenal Bunga hadir dalam ingatan. Namun, menit berikutnya lelaki itu merasakan kepalanya berputar."San, tolong!" ucap Yusuf lirih.Irsan menoleh pada sahabatnya dan segera berteriak sekencang mungkin memanggil nam
Happy Reading*****Pagi-pagi sekali, setelah melakukan salat subuh berjemaah dengan para sahabatnya. Yusuf dan Bunga dikejutkan dengan kehadiran Purnama beserta seluruh keluarga besar keluarga Prayoga termasuk putra mereka. Kemarin malam, setelah melakukan panggilan video dan mengetahui kondisi kesehatan Yusuf, mereka sekeluarga tidak bisa duduk diam ataupun tidur nyenyak.Jafar bahkan langsung meminta asisten pribadinya untuk memesan tiket penerbangan ke Bali. Malam itu juga, lewat tengah malam, mereka sekeluarga menyusul Bunga."Eyang, Papa?" ucap Yusuf dengan bola mata terbuka sempurna. Detik berikutnya, lelaki itu melirik sang istri. "Eyang, aku bisa jelaskan siapa Bunga."Yusuf mengajak rombongan keluarganya masuk dan duduk di sofa. Para sahabatnya melihat dari jarak yang tidak begitu jauh sambil menggelengkan kepala."Ayah, kenapa nggak mau nyapa? Fatih kangen." Bukannya Jafar atau Purnama yang menjawab pertanyaan lelaki tampan itu, tetapi seorang anak kecil. Yusuf mengerutkan
Happy Reading*****Bunga menatap panik pada sang suami. Dia telah berteriak minta tolong pada dua sahabat ayahnya Fatih. Namun, Yusuf masih tetap berteriak dan berjalan ke tengah pantai.Entah apa yang terjadi dengan sang suami. Padahal, Bunga cuma ingin mengambil kerang dan segera kembali ke sisi Yusuf saat ombak yang datang terlihat sangat besar. Akan tetapi, sng suami malah berteriak keras memperingatkan dan berlari ke tengah pantai."Berhenti, Suf. Ada apa denganmu?" tanya Fawas. Sekuat tenaga, lelaki itu mengejar. Irsan dan Shaqina bahkan menghentikan kegiatan pemotretan karena takut terjadi sesuatu dengan sahabatnya."Ya Allah, Mas. Kamu kenapa sebenarnya?" kata Bunga. Dia terus berteriak memanggil Yusuf. Pergerakannya kalah cepat karena tubuh mungil si wanita.Ombak yang begitu besar menghantam Yusuf. Beruntung, Fawas sudah memegang tangan lelaki itu. Mereka berdua terseret beberapa meter ke tengah pantai. "Suf, sadar," ucap Fawas. Lelaki itu terpaksa menampar sahabatnya. Pan
Happy Reading*****Kelima rombongan Aghista pun melihat ke arah pandang ibu satu anak tersebut. Yusuf bahkan dengan cepat menutup mata sang istri dengan tangannya, sedangkan Shaqina terpaksa harus memalingkan muka. Malu sekali dengan adegan dua orng dewasa di depan mereka saat ini. "Cih, belum ada satu menit mengatakan akan melindungi Bunga dari gangguan lelaki manapun, tapi kelakuannya yang sekarang sungguh memalukan," kata Irsan. "Namanya bajingan, selamanya tidak akan pernah berubah," tambah Shaqina cukup keras hingga dua orang yang sedang melakukan adegan dewasa berciuman tersebut menoleh. Mata Damar membulat sempurna bahkan dia langsung mendorong perempuan yang tadi menjadi partner ya berciuman. "Jangan salah paham Bunga," kata Damar, "kamu tahu siapa dia. Sejak dulu, dia sudah mengejarku. Entah bagaimana dia bisa tahu, aku sedang ada kerjaan di sini.""Untuk apa kamu menjelaskan semua itu pada kekasihku?" tanya Yusuf. Tangannya sudah disingkirkan dari wajah sang istri."Mas
Happy Reading*****Bunga menatap suaminya yang tersenyum ketika melihat ekspresi terkejut Damar. "Mas, kamu nggak melakukan hal-hal menakutkan seperti janjimu tadi, kan?" tanya Bunga. Dia, hanya ingin memastikan bahwa suaminya tidak bertindak apa pun juga saat ini. Sungguh, keluarga Prayoga itu sangat menakutkan jika sudah merasa disakiti atau terancam. Seperti kasus Yudhistira dan Adhisti. Sepupu Yusuf itu, tega memasukkan si ibu hamil ke penjara berserta ayahnya sendiri. Padahal jelas-jelas mereka sudah meminta maaf. Kejadian pelecehan beberapa waktu lalu juga membuat Jafar marah besar. Lelaki sepuh tersebut bahkan meminta putrinya untuk bercerai dengan Iskandar. Tidak ada toleransi jika menyangkut nama baik dan rasa sakit yang dialami keluarga Prayoga. Semua harus dibayar sepadan. Sungguh, melihat wajah semringah sang suami. Bunga khawatir dengan keadaan Damar. Bukan karena dia menaruh hati pada lelaki tersebut, tetapi lebih kepada rasa kemanusiaan. "Hal-hal menakutkan gimana
Happy Reading*****"Kekanakan bagaimana?" jawab Damar, "aku cuma ingin melindungimu dari lelaki tidak baik ini."Kalimat Damar membuat Yusuf membulatkan mata. "Kita baru sekali bertemu. Jangan menyimpulkan sesuatu yang belum kamu ketahui kebenarannya," ucap suami Bunga. "Kebenaran apalagi yang perlu aku ketahui. Ekspresi wajah Bunga, jelas sangat tidak nyaman dengan perlakuanmu," jawab Damar. Masih kukuh dengan pendapat awal yang dilihatnya tadi. "Diam, Mar. Kamu terlalu jauh mencampuri urusan pribadiku," sahut Bunga. Kilat amarah itu jelas ditampakkan olehnya pada lelaki yang sejak tadi berusaha mendekatinya."Hah!" ucap sang lelaki sedikit terkejut dengan protes yang Bunga lakukan. "Kamu tidak perlu takut seperti itu, Bunga. Aku selalu siap ketika ada lelaki yang mengganggumu." Suara Damar mulai meninggi membuat orang-orang di dalam pesawat melihat ke arah mereka bertiga.Shaqina yang duduk dua kursi di belakang Yusuf dan Bunga, meminta ijin pada Irsan. "Permisi, Mas.""Mau ke ma
Happy Reading*****"Hai, Sayang. Kenapa berhenti?" ucap Yusuf tak tahan melihat sikap si lelaki yang cari-cari perhatian pada istrinya.Bunga tersenyum menatap sang suami. "Mas, kenalkan. Ini sahabat kami bertiga pas masih SMA dulu.""Hmm," jawab Yusuf tanpa berniat untuk berjabat tangan. Bunga menyadari sikap tidak suka yang ditunjukkan sang suami. Dia pun menggandeng tangan Yusuf posesif. "Mar, kenalin dia ini ....""Saya calon suaminya," ucap Yusuf. Tampang sengaja dibuat mode dingin. "Oh, rupanya sudah punya clon suami. Aku kira kamu masih sendiri." Sengaja mengedipkan sebelah mata, lelaki itu seakan memancing emosi Yusuf. "Kenalkan, saya Damar. Salah satu direksi sekaligus Direktur dari Akasurya Grup."Fawas menarik garis bibir. Seolah mengejek nama perusahaan yang disebutkan barusan. "Jika kamu mengaku direktur Akasurya Grup, lalu siapa Ganandra?""Nah, benar. Tidak perlu sok ngaku-ngaku, deh. Ganandra itu adalah direktur utama Akasurya Grup," tambah Irsan. Dia sengaja merapa