Happy Reading*****Membukakan pintu untuk seorang lelaki yang selama ini menemani malam-malam sepi Adhisti, perempuan hamil itu tersenyum. "Masuk," perintahnya, "setidaknya, malam ini kamu aman dan tidak perlu mencari tempat menginap. Putramu itu sungguh keterlaluan, membela papanya saja tidak bisa.""Jangan banyak omong. Apa kamu yakin Yudhistira sudah tidur?" Orang yang dibukakan pintu tadi adalah Iskandar. Adhisti dan lelaki itu memang memiliki hubungan yang tidak pernah diketahui siapa pun. Namun, tak ada seorang pun yang mengetahui bagaimana hubungan keduanya. "Ck, tua banyak tingkah. Jika sudah begini, aku juga yang repot. Susah payah mendapat pengakuan kejelasan janin ini, tapi kamu malah membuat ulah. Apa menariknya gadis kampung itu sampai kamu juga mengejarnya."Iskandar tersenyum. "Tidak ada yang menarik kecuali tubuhnya yang tidak pernah tersentuh siapa pun selain Yusuf."Adhisti berdecak, mereka berdua mask kamar tanpa berbincang lagi. Setelahnya, si ibu hamil memberik
Happy Reading*****Berusaha menjelaskan dengan cara yang bisa diterima akal seorang bocah. Kamila dan Yusuf terpaksa keluar dari restoran tersebut sebelum mereka melihat adegan yang lebih menjijikkan antara Adhisti dan Iskandar. Yusuf mencoba mengabadikan apa yang dilakukan mantan istrinya itu dan mengirimkan pada Jafar serta Yudhistira. Biarlah mereka yang menilai seperti apa hubungan kedua orang tersebut.Tak kalah mewah dengan restoran sebelumnya. Fatih memesan makanan yang belum pernah diketahuinya semacam steak dan makanan western lainnya. Bocah kecil itu begitu takjub melihat uap panas yang mengepul dari hotplate. "Makan yang kenyang dan jangan ceritakan apa pun pada Eyang kakung maupun Eyang buyut tentang masalah tadi. Biarkan kami para orang tua yang menyelesaikan masalah itu," ucap Kamila. Dia berusaha menasihati cucunya supaya tidak ikut campur dengan urusan orang dewasa, takut menjadi kebiasaan dan terbawa sampai besar nanti."Siap, Eyang." Fatih memberikan hormat pada w
Happy Reading*****Melotot sempurna, Yudhistira tak menyangka bahwa ada lelaki lain di rumahnya. Adhisti sendiri diam mematung ketika seseorang yang memanggilnya sayang tadi mendekat. Lelaki yang sempat terlihat di video yang diputar oleh Jafar beberapa hari lalu. Mereka bertiga sama-sama terkejut."Jadi, begini kelakuanmu yang sebenarnya? Beraninya memasukkan laki-laki ke rumah ini," ucap Yudhistira keras. Adhisti terjingkat, mundur beberapa langkah ketika sang pemilik rumah mendekatinya, siap menerkam."Aku bisa jelaskan, Yud. Dia cuma numpang ke kamar mandi tadi," alibi si ibu hamil dengan suara bergetar.Jelas sekali dia ketakutan saat ini. Wajah menyeramkan Yudhistira terlihat dengan jelas. Hampir tidak pernah salah satu pewaris keluarga Prayoga itu menunjukkan raut menakutkan. Si sulung selalu menunjukkan wajah genit, manis dan penuh rayuan serta penggoda. "Apa yang mau kamu jelaskan, Dhis? Tentang perselingkuhanmu dengan orang ini di rumahku?" Yudhistira melemahkan intonasi
Happy Reading*****"Kenapa mukamu pucat gitu? Apa kamu lupa siapa dia?" Tatapan Yudhistira setajam belati bahkan jika mungkin, jantung Adhisti langsung terhunus karenanya. Seseorang yang tersakiti akan jauh lebih menakutkan untuk membalas apa yang telah orang lakukan. Seperti itulah gambaran Yudhistira saat ini. "Kenapa aku harus melupakan dia. Bukankah dia adalah dokter yang telah memeriksa dan membantuku melakukan tes DNA janin kita." Secepat itu, Adhisti merubah mimik muka ketakutannya demi menjaga kebohongan yang terlanjur dia buat. Muak rasanya, melihat tingkah si perempuan yang seperti itu. Yudistira bukanlah orang sabar seperti Yusuf. Saat ini, darahnya sudah mendidih. Jika Adhisti tidak hamil, mungkin lelaki itu sudah mencekiknya. Bagaimana mungkin perempuan yang beberapa waktu lalu masih sempat dia puja-puja, ternyata tak lebih hanyalah seekor rubah betina. Dulu, Yudhistira sempat kagum dengan sikap sabar dan ikhlas yang dimiliki Adhisti. Bertahan dalam rumah tangga ya
Happy Reading*****"Sayang, tolong jangan mengatakan hal menakutkan itu. Mas, tidak mau kehilanganmu lagi. Jika kamu minta waktu. Mas, akan bicara pada Eyang dan menunda resepsi pernikahan kita sampai kamu siap dan trauma karena masalah itu selesai semua," tambah Yusuf setelah beberapa saat tidak mendapatkan jawaban dari Bunga tentang pertanyaan sebelumnya."Mas, aku nggak mau kamu menderita. Mungkin luka ini akan sembuh lama. Jadi, menikahlah dengan orang lain. Nggak masalah, aku akan bahagia jik Mas Yusuf juga bahagia," terang Bunga. Tidak ada reaksi berlebih di wajah ibu satu anak itu. Datar, terlihat seperti orang yang putus asa. Menyadari akan ada perdebatan di antara menantu serta putranya, Kamila memberi kode pada sang besan untuk meninggalkan keduanya. Mengajak Fatih menjauh dari orang tuanya."Kita jalan-jalan sama eyang Kakung, yuk," kata Kamila memecah kesunyian yang terjadi setelah Bunga membuka suara."Boleh, Fatih pergi keluar Unda?"Cepat, Bunga mengangguk. Dia juga m
Happy Reading*****Tak mudah untuk meyakinkan Bunga bahwa Yusuf ingin memulai semuanya dari awal layaknya sepasang anak muda yang dimabuk cinta. Oleh karena kegigihan lelaki itulah, Bunga akhirnya mau menerima ajakan sang suami."Kurang asyik kamu, Bunga. Masak pernyataan cintanya Yusuf langsung kamu terima. Tidak ada perjuangan sama sekali. Setidaknya, jual mahal dikit, kek. Biar ada seninya. Kayak cewek di sebelahku ini. Awal-awal galak banget, tapi akhirnya mau juga," cerita Irsan tanpa memperhatikan wajah Shaqina yang berubah masam.Tak tahan mendengar ocehan sang calon suami yang makin lama makin memojokkannya, Shaqina memukul lengan Irsan keras. "Lemes kali mulutmu, Mas. Belum juga resmi jadi suami, semua aibku sudah kamu beber ke mana-mana." "Aku tidak membongkar aib, Sayang. Apa yang aku ceritakan semua hanyalah suatu gambaran supaya Bunga tidak serta merta langsung menerima cintanya muka dingin ini." Irsan melirik Yusuf. "Dingin itu untuk orang yang tidak dikenal dan cewek
Happy Reading*****Tubuh Bunga menegang mendengar bisikan Mahirah. Semalam, banyak wejangan yang didapatkan dari perempuan paruh baya tersebut. Salah satunya, Bunga harus belajar membuka diri untuk menerima setiap perlakuan maupun perkataan romantis sang suami.Bukan cuma Mahirah yang memberi nasihat, Kamila pun sempat mengatakan beberapa kalimat penyemangat. Bunga harus segera bangkit dari keterpurukan setelah pelecehan itu terjadi. Setidaknya, dia harus membuktikan pada diri sendiri bahwa apa yang lakukan Iskandar tidak berdampak apapun dalam dirinya. Tersenyum, Bunga mengangguk. Lalu, berbisik untuk membalas perkataan sang suami setelah kepergian ibunya. "Jangan terburu-buru, Sayang. Katanya masih ingin menikmati masa pacaran."Berjalan lebih dulu meninggalkan Yusuf yang diam mematung setelah mendengar balasannya. "Apa aku tadi tidak salah dengar. Bunga memanggilku sayang?" ucap Yusuf dalam hati. Kupu-kupu mulai beterbangan dalam perutnya andai tidak ada instruksi dari sang Papa
Happy Reading*****"Hai, Sayang. Kenapa berhenti?" ucap Yusuf tak tahan melihat sikap si lelaki yang cari-cari perhatian pada istrinya.Bunga tersenyum menatap sang suami. "Mas, kenalkan. Ini sahabat kami bertiga pas masih SMA dulu.""Hmm," jawab Yusuf tanpa berniat untuk berjabat tangan. Bunga menyadari sikap tidak suka yang ditunjukkan sang suami. Dia pun menggandeng tangan Yusuf posesif. "Mar, kenalin dia ini ....""Saya calon suaminya," ucap Yusuf. Tampang sengaja dibuat mode dingin. "Oh, rupanya sudah punya clon suami. Aku kira kamu masih sendiri." Sengaja mengedipkan sebelah mata, lelaki itu seakan memancing emosi Yusuf. "Kenalkan, saya Damar. Salah satu direksi sekaligus Direktur dari Akasurya Grup."Fawas menarik garis bibir. Seolah mengejek nama perusahaan yang disebutkan barusan. "Jika kamu mengaku direktur Akasurya Grup, lalu siapa Ganandra?""Nah, benar. Tidak perlu sok ngaku-ngaku, deh. Ganandra itu adalah direktur utama Akasurya Grup," tambah Irsan. Dia sengaja merapa
Happy Reading*****Kegagalan meneguk indahnya malam pertama setelah sekian lama keduanya terpisah membuat Bunga begitu canggung saat ini. Walau berkali-kali Yusuf mengatakan tidak masalah, tetapi tetap saja perempuan itu merasa bersalah. Di saat sang suami sedang berada di puncak gairahnya terpaksa harus padam karena tamu bulanan Bunga datang lebih awal."Sini, Sayang," panggil Yusuf menepuk bagian pahanya."Mas, ih. Aku kan nggak bisa itu.""Tidak masalah. Walau tidak bisa masak kamu mau jauhi Mas, Yang.""Maaf, ya, Mas. Aku sudah membuatmu kecewa.""Tidak masalah, Sayang. Kita bisa mengulangnya di lain waktu. Mau jalan-jalan ke luar? Besok, kita pasti sibuk dan tidak memiliki kesempatan untuk berduaan.""Gimana bisa keluar kalau kuncinya saja dibawa Mama, Mas."Yusuf menepuk kening. Lupa jika seluruh keluarganya telah mengurung mereka di kamar tersebut. "Jadi, apa yang harus kita lakukan saat ini.""Nggak ada," jawab Bunga. Perempuan itu sengaja menjauhi sang suami. Duduk di sofa,
Happy Reading*****Sore sekitar pukul enam, keluarga Prayoga sudah berada di kediaman mereka. Tak membuang waktu lagi, Yusuf dilarikan ke rumah sakit tempat sang dokter praktek. Ada banyak harapan dari seluruh anggota keluarga tersebut atas kesembuhan Yusuf. Pemeriksaa panjang dan melelahkan akan segera mereka hadapi setelah Yusuf masuk ke ruang sang dokter. "Unda, Ayah sebenarnya sakit apa?" tanya si mungil yang sejak tadi berusaha menahan rasa ingin tahunya karena semua orang dewasa sibuk membicarakan sang ayah. "Ayah nggak sakit, Sayang. Cuma kelelahan saja.""Apa Ayah bekerja terlalu berat? Bisakah Fatih membantu pekerjaan Ayah supaya nggak kelelahan lagi seperti sekarang?"Kalimat demi kalimat yang terlontar dari bibir mungil itu terdengar oleh Purnama dan Jafar. Keduanya lantas tersenyum dengan kepala menggeleng-geleng. "Apa Ayah harus membawanya ke kantor sejak dini," ujar Jafar pada sang putra. "Lebih cepat lebih baik. Fatih itu persis Yusuf. Semangatnya untuk membantu p
Happy Reading*****Pletak .... Satu sentilan mendarat di kening sang direktur yang terkenal pandai dan selalu berhasil dalam bisnisnya. Namun, entah mengapa pikirannya menjadi buntu ketika dihadapkan pada persoalan asmara. "Apa?" kata Yusuf tak terima diperlakukan kurang ajar oleh sahabatnya."Kamu memang tidak mengingat tragedi pelecehan itu atau pura-pura bodoh. Mana mungkin aku menyukai istri sahabatku sendiri. Yang benar saja, tunanganku sekarang sudah amat sangat sempurna," seloroh Irsan. Dia masih mengawasi Bunga. Takut perempuan itu berbuat nekat jika langsung menolong.Yusuf terdiam beberapa saat, memaksa memorinya untuk mengingat semua kejadian yang telah terlewat. Berhasil, kenangan demi kenangan beberapa hari lalu serta seluruh kejadian bagaimana keluarganya mengenal Bunga hadir dalam ingatan. Namun, menit berikutnya lelaki itu merasakan kepalanya berputar."San, tolong!" ucap Yusuf lirih.Irsan menoleh pada sahabatnya dan segera berteriak sekencang mungkin memanggil nam
Happy Reading*****Pagi-pagi sekali, setelah melakukan salat subuh berjemaah dengan para sahabatnya. Yusuf dan Bunga dikejutkan dengan kehadiran Purnama beserta seluruh keluarga besar keluarga Prayoga termasuk putra mereka. Kemarin malam, setelah melakukan panggilan video dan mengetahui kondisi kesehatan Yusuf, mereka sekeluarga tidak bisa duduk diam ataupun tidur nyenyak.Jafar bahkan langsung meminta asisten pribadinya untuk memesan tiket penerbangan ke Bali. Malam itu juga, lewat tengah malam, mereka sekeluarga menyusul Bunga."Eyang, Papa?" ucap Yusuf dengan bola mata terbuka sempurna. Detik berikutnya, lelaki itu melirik sang istri. "Eyang, aku bisa jelaskan siapa Bunga."Yusuf mengajak rombongan keluarganya masuk dan duduk di sofa. Para sahabatnya melihat dari jarak yang tidak begitu jauh sambil menggelengkan kepala."Ayah, kenapa nggak mau nyapa? Fatih kangen." Bukannya Jafar atau Purnama yang menjawab pertanyaan lelaki tampan itu, tetapi seorang anak kecil. Yusuf mengerutkan
Happy Reading*****Bunga menatap panik pada sang suami. Dia telah berteriak minta tolong pada dua sahabat ayahnya Fatih. Namun, Yusuf masih tetap berteriak dan berjalan ke tengah pantai.Entah apa yang terjadi dengan sang suami. Padahal, Bunga cuma ingin mengambil kerang dan segera kembali ke sisi Yusuf saat ombak yang datang terlihat sangat besar. Akan tetapi, sng suami malah berteriak keras memperingatkan dan berlari ke tengah pantai."Berhenti, Suf. Ada apa denganmu?" tanya Fawas. Sekuat tenaga, lelaki itu mengejar. Irsan dan Shaqina bahkan menghentikan kegiatan pemotretan karena takut terjadi sesuatu dengan sahabatnya."Ya Allah, Mas. Kamu kenapa sebenarnya?" kata Bunga. Dia terus berteriak memanggil Yusuf. Pergerakannya kalah cepat karena tubuh mungil si wanita.Ombak yang begitu besar menghantam Yusuf. Beruntung, Fawas sudah memegang tangan lelaki itu. Mereka berdua terseret beberapa meter ke tengah pantai. "Suf, sadar," ucap Fawas. Lelaki itu terpaksa menampar sahabatnya. Pan
Happy Reading*****Kelima rombongan Aghista pun melihat ke arah pandang ibu satu anak tersebut. Yusuf bahkan dengan cepat menutup mata sang istri dengan tangannya, sedangkan Shaqina terpaksa harus memalingkan muka. Malu sekali dengan adegan dua orng dewasa di depan mereka saat ini. "Cih, belum ada satu menit mengatakan akan melindungi Bunga dari gangguan lelaki manapun, tapi kelakuannya yang sekarang sungguh memalukan," kata Irsan. "Namanya bajingan, selamanya tidak akan pernah berubah," tambah Shaqina cukup keras hingga dua orang yang sedang melakukan adegan dewasa berciuman tersebut menoleh. Mata Damar membulat sempurna bahkan dia langsung mendorong perempuan yang tadi menjadi partner ya berciuman. "Jangan salah paham Bunga," kata Damar, "kamu tahu siapa dia. Sejak dulu, dia sudah mengejarku. Entah bagaimana dia bisa tahu, aku sedang ada kerjaan di sini.""Untuk apa kamu menjelaskan semua itu pada kekasihku?" tanya Yusuf. Tangannya sudah disingkirkan dari wajah sang istri."Mas
Happy Reading*****Bunga menatap suaminya yang tersenyum ketika melihat ekspresi terkejut Damar. "Mas, kamu nggak melakukan hal-hal menakutkan seperti janjimu tadi, kan?" tanya Bunga. Dia, hanya ingin memastikan bahwa suaminya tidak bertindak apa pun juga saat ini. Sungguh, keluarga Prayoga itu sangat menakutkan jika sudah merasa disakiti atau terancam. Seperti kasus Yudhistira dan Adhisti. Sepupu Yusuf itu, tega memasukkan si ibu hamil ke penjara berserta ayahnya sendiri. Padahal jelas-jelas mereka sudah meminta maaf. Kejadian pelecehan beberapa waktu lalu juga membuat Jafar marah besar. Lelaki sepuh tersebut bahkan meminta putrinya untuk bercerai dengan Iskandar. Tidak ada toleransi jika menyangkut nama baik dan rasa sakit yang dialami keluarga Prayoga. Semua harus dibayar sepadan. Sungguh, melihat wajah semringah sang suami. Bunga khawatir dengan keadaan Damar. Bukan karena dia menaruh hati pada lelaki tersebut, tetapi lebih kepada rasa kemanusiaan. "Hal-hal menakutkan gimana
Happy Reading*****"Kekanakan bagaimana?" jawab Damar, "aku cuma ingin melindungimu dari lelaki tidak baik ini."Kalimat Damar membuat Yusuf membulatkan mata. "Kita baru sekali bertemu. Jangan menyimpulkan sesuatu yang belum kamu ketahui kebenarannya," ucap suami Bunga. "Kebenaran apalagi yang perlu aku ketahui. Ekspresi wajah Bunga, jelas sangat tidak nyaman dengan perlakuanmu," jawab Damar. Masih kukuh dengan pendapat awal yang dilihatnya tadi. "Diam, Mar. Kamu terlalu jauh mencampuri urusan pribadiku," sahut Bunga. Kilat amarah itu jelas ditampakkan olehnya pada lelaki yang sejak tadi berusaha mendekatinya."Hah!" ucap sang lelaki sedikit terkejut dengan protes yang Bunga lakukan. "Kamu tidak perlu takut seperti itu, Bunga. Aku selalu siap ketika ada lelaki yang mengganggumu." Suara Damar mulai meninggi membuat orang-orang di dalam pesawat melihat ke arah mereka bertiga.Shaqina yang duduk dua kursi di belakang Yusuf dan Bunga, meminta ijin pada Irsan. "Permisi, Mas.""Mau ke ma
Happy Reading*****"Hai, Sayang. Kenapa berhenti?" ucap Yusuf tak tahan melihat sikap si lelaki yang cari-cari perhatian pada istrinya.Bunga tersenyum menatap sang suami. "Mas, kenalkan. Ini sahabat kami bertiga pas masih SMA dulu.""Hmm," jawab Yusuf tanpa berniat untuk berjabat tangan. Bunga menyadari sikap tidak suka yang ditunjukkan sang suami. Dia pun menggandeng tangan Yusuf posesif. "Mar, kenalin dia ini ....""Saya calon suaminya," ucap Yusuf. Tampang sengaja dibuat mode dingin. "Oh, rupanya sudah punya clon suami. Aku kira kamu masih sendiri." Sengaja mengedipkan sebelah mata, lelaki itu seakan memancing emosi Yusuf. "Kenalkan, saya Damar. Salah satu direksi sekaligus Direktur dari Akasurya Grup."Fawas menarik garis bibir. Seolah mengejek nama perusahaan yang disebutkan barusan. "Jika kamu mengaku direktur Akasurya Grup, lalu siapa Ganandra?""Nah, benar. Tidak perlu sok ngaku-ngaku, deh. Ganandra itu adalah direktur utama Akasurya Grup," tambah Irsan. Dia sengaja merapa