Happy Reading*****Menghela napas panjang, reaksi seperti inilah yang ditakutkan ketika bercerita tentang ayahnya Fatih. Mahirah menjadi begitu khawatir dan bertanya terlalu banyak. Sementara Bunga masih enggan untuk menjawab pertanyaan tersebut.Menimbang beberapa saat apa yang ingin dia katakan, Bunga menghela napas. "Ayahnya Fatih sibuk dengan kerjaannya, Bu. Mungkin nanti kalau senggang, dia bakalan berkunjung ke sini.""Kamu sudah ngasih alamat kita? Ibu juga pengen kenalan sama dia, Nduk. Pengen tahu seberapa tampannya menantu Ibu itu." Jeda sebentar, setelah sebelumnya perempuan paruh baya itu tersenyum. Namun, ketika wajah sang putri datar dan cenderung menunjukkan begitu banyak beban. Perempuan itupun berkata kembali, "Ada masalah? Kenapa kamu terlihat nggak bahagia?"Menggenggam tangan perempuan yang telah melahirkannya, Bunga menjawab, "Kita harus pindah dari kota ini, Bu?""Kenapa? Suamimu bahkan belum menjemput kita.""Sebaiknya, dia nggak perlu datang ke sini, Bu. Kas
Terakhir Diperbarui : 2024-01-02 Baca selengkapnya