Semua Bab Putra Tersembunyi sang Presdir Mandul: Bab 21 - Bab 30

68 Bab

21. Melindungi

Happy Reading*****Bunga keluar dari ruangan VVIP yang dipesan Yusuf setelah berkata egois pada sang suami. Diiringi Shaqina yang setia berada di sampingnya."Kamu harus menceritakan semua dengan jelas padaku, Bunga. Tidak ada lagi yang perlu kamu tutupi dan sembunyikan. Aku sangat tidak suka kamu diperlakukan begini oleh lelaki bejat itu.""Biarkan aku sendiri dulu, Sha. Aku pasti ceritakan semuanya, tapi nggak sekarang." Kedua perempuan yang sudah bersahabat sejak sekolah itu masuk mobil tanpa perbincangan lagi.Yusuf terdiam setelah kepergian Bunga dan Shaqina. Dia mulai mencoba mengingat setiap kepingan-kepingan mimpi yang hadir di setiap malam selama bertahun-tahun lamanya. Perempuan itu selalu mendampinginya dengan setia.Bunga adalah sosok perempuan dalam mimpi Yusuf. Tak jarang, si lelaki sering memimpikan mereka berdua bermesraan layaknya sepasang suami istri. Sulung Purnama itu selalu merasa bersalah saat mimpi-mimpi yang hadir menghiasi malamnya bukanlah sang istri. Dia me
Baca selengkapnya

22. Resah Melanda

Happy Reading*****Sepanjang perjalanan Bunga memilih bungkam bahkan terlihat memejamkan mata. Sesekali, Shaqina melirik sahabatnya itu. Ingin sekali mengajak berbincang dan bertanya mengenai status pernikahan Bunga dan Yusuf. Namun, sadar diri jika sahabatnya itu masih enggan untuk ditanyai."Sha, aku boleh nggak langsung pulang ke rumah saja. Sedikit meriang rasanya," alibi Bunga. "Boleh saja. Kerjaan tidak ada yang mendesak, kan?"Bunga menggelengkan kepala, tetapi ketika melintas di area pemakaman umum. Niat hati ingin langsung pulang berubah haluan. "Bisa turunin aku di sini?"Shaqina melirik dengan ekor matanya. "Jangan nangis di makam Bapak. Beliau akan bertambah sedih di alam sana. Aku temani." Sang pemilik butik bersiap mencari tempat parkir untuk menemani Bunga ke makam bapaknya."Nggak usah ditemani. Aku nggak akan nangis. Beneran." Bunga bahkan sampai harus mengacungkan jari telunjuk dan tengah. "Terus nanti pulangnya gimana? Motormu kan masih di butik?""Duh, kayak jam
Baca selengkapnya

23. Merajuk

Happy Reading*****Menghela napas panjang, reaksi seperti inilah yang ditakutkan ketika bercerita tentang ayahnya Fatih. Mahirah menjadi begitu khawatir dan bertanya terlalu banyak. Sementara Bunga masih enggan untuk menjawab pertanyaan tersebut.Menimbang beberapa saat apa yang ingin dia katakan, Bunga menghela napas. "Ayahnya Fatih sibuk dengan kerjaannya, Bu. Mungkin nanti kalau senggang, dia bakalan berkunjung ke sini.""Kamu sudah ngasih alamat kita? Ibu juga pengen kenalan sama dia, Nduk. Pengen tahu seberapa tampannya menantu Ibu itu." Jeda sebentar, setelah sebelumnya perempuan paruh baya itu tersenyum. Namun, ketika wajah sang putri datar dan cenderung menunjukkan begitu banyak beban. Perempuan itupun berkata kembali, "Ada masalah? Kenapa kamu terlihat nggak bahagia?"Menggenggam tangan perempuan yang telah melahirkannya, Bunga menjawab, "Kita harus pindah dari kota ini, Bu?""Kenapa? Suamimu bahkan belum menjemput kita.""Sebaiknya, dia nggak perlu datang ke sini, Bu. Kas
Baca selengkapnya

24. Mata-mata

Happy Reading*****"Pagi, Sayang," sapa Adhisti pada sang suami yang sudah duduk di meja makan dengan roti panggang di tangannya. Perempuan itu berusaha bersikap manja dengan mencium kedua pipi sang suami.Namun, Yusuf malah bersikap cuek dan dingin. Dia tetap melanjutkan sarapan dengan memasukkan roti panggang ke mulutnya. Mengusap bekas ciuman yang diberikan Adhisti."Apa yang kamu inginkan?" tanya Yusuf tho the point. Sudah sangat hafal dengan sikap dan perilaku sang istri. Tiap kali, perempuan itu bersikap manis, pasti ada yang diinginkan. Adhisti duduk di sebelah suaminya. Mulai membalik piring dan mengisinya dengan roti panggang yang sudah disiapkan. Segelas susu hamil rasa cokeoat juga sudah tersedia di meja tersebut, sesuai permintaan pada pembantunya."Curigaan banget, sih. Ini permintaan si bayi yang pengen manja sama papinya." Adhisti melempar senyuman termanis. "Tidak semua sikap manisku karena menginginkan sesuatu, Sayang." Kerlingan mata sebelah kiri diberikan."Kamu
Baca selengkapnya

25. Tegang

Happy Reading*****Tubuh kecil Fatih gemetar, bocah itu memeluk kaki bundanya dengan menahan tangis. Suara menggelegar yang dikeluarkan Purnama cukup membuat si kecil ketakutan."Papa ngomongnya jangan keras-keras. Fatih ketakutan," bisik Kamila. Saat itulah Purnama menyadari jika perkataannya sudah keterlaluan. Berjongkok, berusaha menyejajarkan dengan tinggi Fatih. Lelaki paruh baya itu menyentuh pipi si kecil lembut. "Maafkan Eyang, Sayang. Bicara terlalu kasar seperti tadi. Eyang Kakung janji, tidak akan membuatmu takut. Sini, peluk Eyang."Fatih mendongak, menatap sang Bunda yang menatap kosong. Raga si wanita memang masih berada di tempat tersebut, tetapi ruhnya sedang mengembara entah ke mana. "Maafkan suamiku, Bunga. Dia cuma terlalu khawatir dengan keadaan Fatih tadi, kamu tiba-tiba menarik pergelangannya dengan kasar seperti itu. Suami saya, sudah menganggap putramu seperti cucu sendiri. Oleh karena itulah, beliau bersikap demikian," jelas Kamila. Perempuan itu bahkan sa
Baca selengkapnya

26. Curhat

Happy Reading*****Memarkirkan kendaraan di halaman butik, Bunga berjalan dengan wajah cemberut. Kejadian di sekolah Fatih membuat suasana hatinya memburuk. Ragu-ragu ibu satu anak itu masuk, chat dari dua sahabatnya makin memperburuk suasana hati. Bunga tidak bisa memiliki alasan lagi untuk menghindar bercerita tentang ayahnya Fatih serta pernikahannya dengan Yusuf. Jika kemarin masih bisa mengelak dengan alasan ingin menenangkan hati terlebih dahulu, kali ini tidak bisa.Beberapa menit kemudian, Bunga sudah melihat dua sahabatnya tersebut. Shaqina dan Aghista duduk manis di sofa lantai dua, tempat biasa para tamu menunggu. Kening ibu satu anak itu berkerut, bibir maju sedikit dan matanya memutar malas. Kedua sahabatnya itu pasti akan langsung menginterogasi terkait kejadian kemarin."Nggak usah gegayaan begitu apalagi sok imut. Kamu bukan Fatih yang akan kami ciumi jika mengeluarkan jurus menggemaskan," ucap Aghista. Kedua tangannya bersedekap dengan lirikan mematikan terhadap Bun
Baca selengkapnya

27. Ngeles

Happy Reading*****Memasang muka datar, Yusuf membulatkan mata. "Tidak perlu saya jelaskan, Anda pasti mengerti maksudnya. So, silakan menjauh darinya atau perusahaanmu akan terkena masalah."Lelaki tersebut tersenyum miring. "Ternyata pewaris Prayoga juga seorang don juan. Saya baru tahu hal ini."Berbalik hendak meninggalkan dua lelaki yang tengah berdebat, Bunga menatap tidak suka pada Yusuf. Namun, pergelangan tangannya dicekal oleh sang suami. "Saya nggak punya urusan sama kalian berdua. Permisi," pamit Bunga. Segera menepis tangan Yusuf."Urusanmu adalah urusanku juga. Selama status kita masih suami istri.""Jaga ucapan Anda. Kita nggak punya hubungan apa pun."Lelaki yang sejak tadi berdebat dengan Yusuf melongo mendengar percakapan dua insan berbeda jenis di depannya. "Waw!" seru si lelaki, "tak disangka pengusaha muda yang terkenal pendiam dan cuek pada perempuan ternyata memiliki istri tersembunyi.""Cukup!" teriak Bunga, "saya dan Pak Yusuf nggak memiliki ikatan pernikaha
Baca selengkapnya

28. Memori Tentangmu

Happy Reading*****Shaqina dan Aghista saling pandang. Belum pernah melihat wajah panik sang sahabat terutama pada seorang lelaki seperti sekarang."Anu apa sih, Say? Ambigu banget kata-katanya," kata Aghista. Entah mengapa ibu muda itu malah sangat bahagia melihat sikap Bunga pada Yusuf."Pokoknya begitulah," jawab Bunga. Dia mengambil ikan dari kotak makan Yusuf dan menggantinya dengan perkedel kentang miliknya. "Makan ini saja.""Terima kasih," jawab Yusuf masih dengan senyum kebahagiaan. Fawas melirik sahabatnya, "Tidak salah lagi, Bunga adalah wanita idaman yang selama ini kamu cari. Pantas jika sosoknya selalu hadir dalam mimpi walau ingatanmu tentangnya hilang sepenuhnya.""Seperti itulah, dia tahu persis aku alergi sama olahan ikan padahal adhisti saja tidak mengetahui," jawab Yusuf. "Benar begitu, Bunga?" tanya Shaqina.Perempuan yang ditanya tersebut menganggukkan kepala. "Sudahlah, jangan bahas apa pun. Sebaiknya kita makan sekarang. Mukanya Mas Fawas sudah kelaparan ban
Baca selengkapnya

29. Kejelasan Status

Happy Reading*****Duduk berhadapan dengan orang tuanya, Yusuf menatap heran ada sang Papa. Kurun waktu sepuluh tahun terakhir, senyum lelaki paruh baya itu sudah menghilang. Namun, kini Yusuf bisa melihatnya kembali ketika Purnama berinteraksi dengan Fatih. Sudah hampir lima belas menit kedatangannya dengan Bunga di tempat tersebut. Namun, belum ada satu pun pembicaraan yang terjadi. Kelima orang dewasa tersebut lebih memilih mengamati dan mendengarkan celotehan Fatih dan Purnama."Mengapa kamu menyembunyikan keberadaannya?" kata Purnama setelah Fatih duduk dengan tenang dan memakan makanannya yang ada di hadapannya."Maksud Papa apa?" Jantung Yusuf seakan berhenti mendadak mendapat pertanyaan dari papanya. "Kamu tahu apa yang Papa maksud. Tadi, Papa cuma menelpon Bunga untuk meminta penjelasan tentang Fatih. Lalu, mengapa kamu juga hadir di sini.""Pa, jangan terlalu keras," peringat Kamila."Papa tidak suka cara Yusuf menyembunyikan keberadaan Bunga dan Fatih, Ma. Mengapa tidak
Baca selengkapnya

30. Curiga

Happy Reading*****Yusuf terpaksa berbohong pada Adhisti bahwa malam ini dirinya akan keluar kota selama dua hari. Purnama dan Kamila sudah merestui putra mereka untuk menginap di rumah baru yang diperuntukkan untuk Fatih serta bundanya. Bunga dan mahirah bahkan tidak diperkenankan pulang ke kontrakan mengambil barang-barang mereka. Semua sudah disiapkan oleh orang tua Yusuf. Setelah menidurkan Fatih, Yusuf keluar kamar. Bergabung dengan orang tuanya yang kini tengah menonton televisi. Tidak ada perbincangan di antara mereka karena Purnama fokus dengan benda pipih persegi di pangkuan. Bunga sendiri terlihat sibuk mengerjakan sketsa desain baju muslimah. Mahirah dan Kamila lebih fokus pada acara televisi, padahal Yusuf tahu persis jika mamanya tidak pernah mengikuti acara yang sedang tayang. Duduk di sebelah Bunga, Yusuf menatap Purnama. "Pa, bisa kita bicara?"Mengalihkan fokus dari laptop, Purnama tersenyum. "Tidak ada yanga perlu dibicarakan lagi. Sudah malam, Papa pelu istirah
Baca selengkapnya
Sebelumnya
1234567
DMCA.com Protection Status