Happy Reading*****Memasang muka datar, Yusuf membulatkan mata. "Tidak perlu saya jelaskan, Anda pasti mengerti maksudnya. So, silakan menjauh darinya atau perusahaanmu akan terkena masalah."Lelaki tersebut tersenyum miring. "Ternyata pewaris Prayoga juga seorang don juan. Saya baru tahu hal ini."Berbalik hendak meninggalkan dua lelaki yang tengah berdebat, Bunga menatap tidak suka pada Yusuf. Namun, pergelangan tangannya dicekal oleh sang suami. "Saya nggak punya urusan sama kalian berdua. Permisi," pamit Bunga. Segera menepis tangan Yusuf."Urusanmu adalah urusanku juga. Selama status kita masih suami istri.""Jaga ucapan Anda. Kita nggak punya hubungan apa pun."Lelaki yang sejak tadi berdebat dengan Yusuf melongo mendengar percakapan dua insan berbeda jenis di depannya. "Waw!" seru si lelaki, "tak disangka pengusaha muda yang terkenal pendiam dan cuek pada perempuan ternyata memiliki istri tersembunyi.""Cukup!" teriak Bunga, "saya dan Pak Yusuf nggak memiliki ikatan pernikaha
Happy Reading*****Shaqina dan Aghista saling pandang. Belum pernah melihat wajah panik sang sahabat terutama pada seorang lelaki seperti sekarang."Anu apa sih, Say? Ambigu banget kata-katanya," kata Aghista. Entah mengapa ibu muda itu malah sangat bahagia melihat sikap Bunga pada Yusuf."Pokoknya begitulah," jawab Bunga. Dia mengambil ikan dari kotak makan Yusuf dan menggantinya dengan perkedel kentang miliknya. "Makan ini saja.""Terima kasih," jawab Yusuf masih dengan senyum kebahagiaan. Fawas melirik sahabatnya, "Tidak salah lagi, Bunga adalah wanita idaman yang selama ini kamu cari. Pantas jika sosoknya selalu hadir dalam mimpi walau ingatanmu tentangnya hilang sepenuhnya.""Seperti itulah, dia tahu persis aku alergi sama olahan ikan padahal adhisti saja tidak mengetahui," jawab Yusuf. "Benar begitu, Bunga?" tanya Shaqina.Perempuan yang ditanya tersebut menganggukkan kepala. "Sudahlah, jangan bahas apa pun. Sebaiknya kita makan sekarang. Mukanya Mas Fawas sudah kelaparan ban
Happy Reading*****Duduk berhadapan dengan orang tuanya, Yusuf menatap heran ada sang Papa. Kurun waktu sepuluh tahun terakhir, senyum lelaki paruh baya itu sudah menghilang. Namun, kini Yusuf bisa melihatnya kembali ketika Purnama berinteraksi dengan Fatih. Sudah hampir lima belas menit kedatangannya dengan Bunga di tempat tersebut. Namun, belum ada satu pun pembicaraan yang terjadi. Kelima orang dewasa tersebut lebih memilih mengamati dan mendengarkan celotehan Fatih dan Purnama."Mengapa kamu menyembunyikan keberadaannya?" kata Purnama setelah Fatih duduk dengan tenang dan memakan makanannya yang ada di hadapannya."Maksud Papa apa?" Jantung Yusuf seakan berhenti mendadak mendapat pertanyaan dari papanya. "Kamu tahu apa yang Papa maksud. Tadi, Papa cuma menelpon Bunga untuk meminta penjelasan tentang Fatih. Lalu, mengapa kamu juga hadir di sini.""Pa, jangan terlalu keras," peringat Kamila."Papa tidak suka cara Yusuf menyembunyikan keberadaan Bunga dan Fatih, Ma. Mengapa tidak
Happy Reading*****Yusuf terpaksa berbohong pada Adhisti bahwa malam ini dirinya akan keluar kota selama dua hari. Purnama dan Kamila sudah merestui putra mereka untuk menginap di rumah baru yang diperuntukkan untuk Fatih serta bundanya. Bunga dan mahirah bahkan tidak diperkenankan pulang ke kontrakan mengambil barang-barang mereka. Semua sudah disiapkan oleh orang tua Yusuf. Setelah menidurkan Fatih, Yusuf keluar kamar. Bergabung dengan orang tuanya yang kini tengah menonton televisi. Tidak ada perbincangan di antara mereka karena Purnama fokus dengan benda pipih persegi di pangkuan. Bunga sendiri terlihat sibuk mengerjakan sketsa desain baju muslimah. Mahirah dan Kamila lebih fokus pada acara televisi, padahal Yusuf tahu persis jika mamanya tidak pernah mengikuti acara yang sedang tayang. Duduk di sebelah Bunga, Yusuf menatap Purnama. "Pa, bisa kita bicara?"Mengalihkan fokus dari laptop, Purnama tersenyum. "Tidak ada yanga perlu dibicarakan lagi. Sudah malam, Papa pelu istirah
Happy Reading*****Azan subuh berkumandang, Bunga membuka mata. Perlahan mencoba menarik tangan kirinya yang dipakai bantalan oleh Yusuf. Namun, usahanya gagal. Lelaki itu bisa merasakan pergerakan yang dilakukan walau sudah berusaha sehalus mungkin. "Jam berapa ini? Kenapa sudah bangun?" tanya Yusuf setengah sadar karena ruhnya belum sepenuhnya kembali."Mas Yusuf, nggak dengar suara azan. Sudah subuh dan saatnya untuk menunaikan kewajiban kita sebagai seorang hamba. Jangan lupa bangunkan Fatih, dia pasti marah kalau nggak dibangunkan untuk salat," pinta Bunga. Lalu, perempuan itu pergi begitu saja meninggalkan kamar tersebut. Sekitar sepuluh menit kemudian, Bunga kembali ke kamar sang putra guna mengecek. Ternyata, ayah dan anak itu masih bergelung dengan selimut. Yusuf bahkan mendekap Fatih sangat erat. Keduanya menempel satu sama lain."Astagfirullah," ucap Bunga sedikit keras melihat keadaan keduanya. Menyibak selimut yang membalut tubuh serta menggoyangkan kaki kanan Fatih. "
Happy Reading*****Hal yang paling ditakutkan Yusuf terjadi. Tahu persis bagaimana watak Purnama, tidak mudah menerima seseorang yang akan memasuki keluarganya. Sekarang, semua terbukti. Kalimat manis lelaki paruh baya tanpa kumis itu berubah menjadi pertanyaan penuh kecurigaan.Bunga mencoba bersikap tenang walau jantungnya akan copot saat ini. "Saat menikah, saya nggak tahu sama sekali siapa Mas Yusuf. Bagaimana latar belakang keluarga ataupun pekerjaannya. Selama sebulan pernikahan, saya cuma tahu jika beliau adalah salah satu karyawan di pabrik minuman buah kemasan siap saji."Si perempuan menjeda kalimatnya, terbayang awal pernikahan dengan Yusuf. "Nafkah yang diberikan beliau saat itu adalah dua juta. Beliau mengatakan jika gajinya sebagai karyawan cuma dua juta lima ratus, jadi sisa gaji dia minta sebagai pegangan. Jadi, ketika Papa bertanya apa motif saya melakukan semua kebaikan ini. Tentu karena tanggung jawab sebagai seorang ibu yang harus mengurus semua keperluan putrany
Happy Reading*****Mengumpat sepanjang perjalanan menuju rumah sahabatnya, Adhisti harus rela tidak mengikuti pesta yang dibuat salah satu teman lelakinya. "Sepertinya, pantai adalah tempat ternyaman untuk menenangkan diri," gumam Adhisti.Memutar arah kemudi ke pantai, wanita hamil tersebut menghubungi seseorang. "Kita bertemu di resort biasa. Aku sekarang arah ke sana," ucap Adhisti setelah panggilannya terangkat.Dua puluh lima menit kemudian, perempuan tersebut sudah sampai di sebuah pantai yang tak jauh dari pelabuhan. Di saat bersamaan, rombongan Yusuf dan keluarganya juga memasuki area yang sama. "Sini biar Fatih aku yang gendong," kata Yusuf ketika hendak turun dan melihat putranya terlelap dalam pangkuan sang istri."Biar aku saja. Mas, bantuin bawa keperluan kita tadi. Kasihan kalau Papa ngangkat sendiri.""Perhatian banget menantu Papa ini. Padahal barang-barang yang kita bawa tadi tidak begitu banyak," sahut Purnama."Papa kok ketularan lebay kayak Yusuf. Sejak kapan ja
Happy Reading*****Melupakan kejadian beberapa menit lalu, Purnama dan Kamila mendapat banyak kebahagiaan setelah berkumpul dengan keluarga baru putranya. Tak perlu liburan jauh dan menguras kantong. Kebersamaan seperti ini saja sudah membuat kedua orang tua Yusuf bahagia. Sebuah kebahagiaan yang belum pernah mereka rasakan sebelumnya."Papa lihat, Yusuf sangat bahagia dengan Bunga dan Fatih. Tawa dan senyum itu tidak pernah kita lihat sebelumnya. Apakah tega merampas kebahagian itu kembali? Adhisti jelas-jelas telah mengkhianati putra kita. Harusnya, dia tidak melakukan hal itu terlepas bagaimana perlakuan Yusuf padanya," ucap Kamila ketika hendak mengambil camilan pada cucunya."Mata dan hati Papa baru terbuka, Ma. Selama ini, Papa menulikan semua kesakitan Yusuf demi membahagiakan Ayah. Semoga Allah masih mau mengampuni dosa-dosa Papa. Andai kita tidak pernah bertemu Fatih, kebahagiaan ini mungkin tidak akan pernah kita dapatkan.""Setelah ini, apa yang akan Papa lakukan pada Adhi
Happy Reading*****Kegagalan meneguk indahnya malam pertama setelah sekian lama keduanya terpisah membuat Bunga begitu canggung saat ini. Walau berkali-kali Yusuf mengatakan tidak masalah, tetapi tetap saja perempuan itu merasa bersalah. Di saat sang suami sedang berada di puncak gairahnya terpaksa harus padam karena tamu bulanan Bunga datang lebih awal."Sini, Sayang," panggil Yusuf menepuk bagian pahanya."Mas, ih. Aku kan nggak bisa itu.""Tidak masalah. Walau tidak bisa masak kamu mau jauhi Mas, Yang.""Maaf, ya, Mas. Aku sudah membuatmu kecewa.""Tidak masalah, Sayang. Kita bisa mengulangnya di lain waktu. Mau jalan-jalan ke luar? Besok, kita pasti sibuk dan tidak memiliki kesempatan untuk berduaan.""Gimana bisa keluar kalau kuncinya saja dibawa Mama, Mas."Yusuf menepuk kening. Lupa jika seluruh keluarganya telah mengurung mereka di kamar tersebut. "Jadi, apa yang harus kita lakukan saat ini.""Nggak ada," jawab Bunga. Perempuan itu sengaja menjauhi sang suami. Duduk di sofa,
Happy Reading*****Sore sekitar pukul enam, keluarga Prayoga sudah berada di kediaman mereka. Tak membuang waktu lagi, Yusuf dilarikan ke rumah sakit tempat sang dokter praktek. Ada banyak harapan dari seluruh anggota keluarga tersebut atas kesembuhan Yusuf. Pemeriksaa panjang dan melelahkan akan segera mereka hadapi setelah Yusuf masuk ke ruang sang dokter. "Unda, Ayah sebenarnya sakit apa?" tanya si mungil yang sejak tadi berusaha menahan rasa ingin tahunya karena semua orang dewasa sibuk membicarakan sang ayah. "Ayah nggak sakit, Sayang. Cuma kelelahan saja.""Apa Ayah bekerja terlalu berat? Bisakah Fatih membantu pekerjaan Ayah supaya nggak kelelahan lagi seperti sekarang?"Kalimat demi kalimat yang terlontar dari bibir mungil itu terdengar oleh Purnama dan Jafar. Keduanya lantas tersenyum dengan kepala menggeleng-geleng. "Apa Ayah harus membawanya ke kantor sejak dini," ujar Jafar pada sang putra. "Lebih cepat lebih baik. Fatih itu persis Yusuf. Semangatnya untuk membantu p
Happy Reading*****Pletak .... Satu sentilan mendarat di kening sang direktur yang terkenal pandai dan selalu berhasil dalam bisnisnya. Namun, entah mengapa pikirannya menjadi buntu ketika dihadapkan pada persoalan asmara. "Apa?" kata Yusuf tak terima diperlakukan kurang ajar oleh sahabatnya."Kamu memang tidak mengingat tragedi pelecehan itu atau pura-pura bodoh. Mana mungkin aku menyukai istri sahabatku sendiri. Yang benar saja, tunanganku sekarang sudah amat sangat sempurna," seloroh Irsan. Dia masih mengawasi Bunga. Takut perempuan itu berbuat nekat jika langsung menolong.Yusuf terdiam beberapa saat, memaksa memorinya untuk mengingat semua kejadian yang telah terlewat. Berhasil, kenangan demi kenangan beberapa hari lalu serta seluruh kejadian bagaimana keluarganya mengenal Bunga hadir dalam ingatan. Namun, menit berikutnya lelaki itu merasakan kepalanya berputar."San, tolong!" ucap Yusuf lirih.Irsan menoleh pada sahabatnya dan segera berteriak sekencang mungkin memanggil nam
Happy Reading*****Pagi-pagi sekali, setelah melakukan salat subuh berjemaah dengan para sahabatnya. Yusuf dan Bunga dikejutkan dengan kehadiran Purnama beserta seluruh keluarga besar keluarga Prayoga termasuk putra mereka. Kemarin malam, setelah melakukan panggilan video dan mengetahui kondisi kesehatan Yusuf, mereka sekeluarga tidak bisa duduk diam ataupun tidur nyenyak.Jafar bahkan langsung meminta asisten pribadinya untuk memesan tiket penerbangan ke Bali. Malam itu juga, lewat tengah malam, mereka sekeluarga menyusul Bunga."Eyang, Papa?" ucap Yusuf dengan bola mata terbuka sempurna. Detik berikutnya, lelaki itu melirik sang istri. "Eyang, aku bisa jelaskan siapa Bunga."Yusuf mengajak rombongan keluarganya masuk dan duduk di sofa. Para sahabatnya melihat dari jarak yang tidak begitu jauh sambil menggelengkan kepala."Ayah, kenapa nggak mau nyapa? Fatih kangen." Bukannya Jafar atau Purnama yang menjawab pertanyaan lelaki tampan itu, tetapi seorang anak kecil. Yusuf mengerutkan
Happy Reading*****Bunga menatap panik pada sang suami. Dia telah berteriak minta tolong pada dua sahabat ayahnya Fatih. Namun, Yusuf masih tetap berteriak dan berjalan ke tengah pantai.Entah apa yang terjadi dengan sang suami. Padahal, Bunga cuma ingin mengambil kerang dan segera kembali ke sisi Yusuf saat ombak yang datang terlihat sangat besar. Akan tetapi, sng suami malah berteriak keras memperingatkan dan berlari ke tengah pantai."Berhenti, Suf. Ada apa denganmu?" tanya Fawas. Sekuat tenaga, lelaki itu mengejar. Irsan dan Shaqina bahkan menghentikan kegiatan pemotretan karena takut terjadi sesuatu dengan sahabatnya."Ya Allah, Mas. Kamu kenapa sebenarnya?" kata Bunga. Dia terus berteriak memanggil Yusuf. Pergerakannya kalah cepat karena tubuh mungil si wanita.Ombak yang begitu besar menghantam Yusuf. Beruntung, Fawas sudah memegang tangan lelaki itu. Mereka berdua terseret beberapa meter ke tengah pantai. "Suf, sadar," ucap Fawas. Lelaki itu terpaksa menampar sahabatnya. Pan
Happy Reading*****Kelima rombongan Aghista pun melihat ke arah pandang ibu satu anak tersebut. Yusuf bahkan dengan cepat menutup mata sang istri dengan tangannya, sedangkan Shaqina terpaksa harus memalingkan muka. Malu sekali dengan adegan dua orng dewasa di depan mereka saat ini. "Cih, belum ada satu menit mengatakan akan melindungi Bunga dari gangguan lelaki manapun, tapi kelakuannya yang sekarang sungguh memalukan," kata Irsan. "Namanya bajingan, selamanya tidak akan pernah berubah," tambah Shaqina cukup keras hingga dua orang yang sedang melakukan adegan dewasa berciuman tersebut menoleh. Mata Damar membulat sempurna bahkan dia langsung mendorong perempuan yang tadi menjadi partner ya berciuman. "Jangan salah paham Bunga," kata Damar, "kamu tahu siapa dia. Sejak dulu, dia sudah mengejarku. Entah bagaimana dia bisa tahu, aku sedang ada kerjaan di sini.""Untuk apa kamu menjelaskan semua itu pada kekasihku?" tanya Yusuf. Tangannya sudah disingkirkan dari wajah sang istri."Mas
Happy Reading*****Bunga menatap suaminya yang tersenyum ketika melihat ekspresi terkejut Damar. "Mas, kamu nggak melakukan hal-hal menakutkan seperti janjimu tadi, kan?" tanya Bunga. Dia, hanya ingin memastikan bahwa suaminya tidak bertindak apa pun juga saat ini. Sungguh, keluarga Prayoga itu sangat menakutkan jika sudah merasa disakiti atau terancam. Seperti kasus Yudhistira dan Adhisti. Sepupu Yusuf itu, tega memasukkan si ibu hamil ke penjara berserta ayahnya sendiri. Padahal jelas-jelas mereka sudah meminta maaf. Kejadian pelecehan beberapa waktu lalu juga membuat Jafar marah besar. Lelaki sepuh tersebut bahkan meminta putrinya untuk bercerai dengan Iskandar. Tidak ada toleransi jika menyangkut nama baik dan rasa sakit yang dialami keluarga Prayoga. Semua harus dibayar sepadan. Sungguh, melihat wajah semringah sang suami. Bunga khawatir dengan keadaan Damar. Bukan karena dia menaruh hati pada lelaki tersebut, tetapi lebih kepada rasa kemanusiaan. "Hal-hal menakutkan gimana
Happy Reading*****"Kekanakan bagaimana?" jawab Damar, "aku cuma ingin melindungimu dari lelaki tidak baik ini."Kalimat Damar membuat Yusuf membulatkan mata. "Kita baru sekali bertemu. Jangan menyimpulkan sesuatu yang belum kamu ketahui kebenarannya," ucap suami Bunga. "Kebenaran apalagi yang perlu aku ketahui. Ekspresi wajah Bunga, jelas sangat tidak nyaman dengan perlakuanmu," jawab Damar. Masih kukuh dengan pendapat awal yang dilihatnya tadi. "Diam, Mar. Kamu terlalu jauh mencampuri urusan pribadiku," sahut Bunga. Kilat amarah itu jelas ditampakkan olehnya pada lelaki yang sejak tadi berusaha mendekatinya."Hah!" ucap sang lelaki sedikit terkejut dengan protes yang Bunga lakukan. "Kamu tidak perlu takut seperti itu, Bunga. Aku selalu siap ketika ada lelaki yang mengganggumu." Suara Damar mulai meninggi membuat orang-orang di dalam pesawat melihat ke arah mereka bertiga.Shaqina yang duduk dua kursi di belakang Yusuf dan Bunga, meminta ijin pada Irsan. "Permisi, Mas.""Mau ke ma
Happy Reading*****"Hai, Sayang. Kenapa berhenti?" ucap Yusuf tak tahan melihat sikap si lelaki yang cari-cari perhatian pada istrinya.Bunga tersenyum menatap sang suami. "Mas, kenalkan. Ini sahabat kami bertiga pas masih SMA dulu.""Hmm," jawab Yusuf tanpa berniat untuk berjabat tangan. Bunga menyadari sikap tidak suka yang ditunjukkan sang suami. Dia pun menggandeng tangan Yusuf posesif. "Mar, kenalin dia ini ....""Saya calon suaminya," ucap Yusuf. Tampang sengaja dibuat mode dingin. "Oh, rupanya sudah punya clon suami. Aku kira kamu masih sendiri." Sengaja mengedipkan sebelah mata, lelaki itu seakan memancing emosi Yusuf. "Kenalkan, saya Damar. Salah satu direksi sekaligus Direktur dari Akasurya Grup."Fawas menarik garis bibir. Seolah mengejek nama perusahaan yang disebutkan barusan. "Jika kamu mengaku direktur Akasurya Grup, lalu siapa Ganandra?""Nah, benar. Tidak perlu sok ngaku-ngaku, deh. Ganandra itu adalah direktur utama Akasurya Grup," tambah Irsan. Dia sengaja merapa