Semua Bab Kakak Sahabatku Ayah dari Anakku: Bab 101 - Bab 110

202 Bab

Bab 101 Sebuah Keterikatan

Di sebuah kamar di rumah yang megah seorang pria terjaga dari tidurnya dengan napas terengah-engah. Ia kembali bermimpi tentang seorang anak lelaki yang terbaring di ranjang dengan banyak kabel di tubuh anak itu."Aku bermimpi lagi, ada apa denganmu, Nak," bisiknya lirih.Ia meraup wajahnya dengan kasar, hidupnya benar-benar berantakan, rindu tidak terobati dan semakin dalam tak tahu harus mencari ke mana dua orang belahan jiwanya.Ia beranjak dari duduknya, ia tidak tahu kenapa ia tertidur saat selesai sholat subuh, dan sekarang jam sudah menunjukkan pukul delapan pagi ia bergegas berganti pakaian dan mempersiapkan dirinya berangkat ke kantor.Dengan sangat tergesa-gesa ia menuruni tangga dan keluar rumah tanpa menyentuh sarapan yang sudah di siapkan.Masuk kedalam mobil yang di kemudian dengan sangat cepat. Sesampainya di gedung perkantorannya ia berhenti dan memarkirkannya di basement lalu keluar dan berjalan menuju lift. Dalam perjalanan ia berpapasan dengan office boy ia berhenti
Baca selengkapnya

Bab 102 Kebahagiaan Sederhana Si Kecil

Ia meletakan makanan dan air mineral serta nasi kotak di atas meja, lalu pergi begitu saja. Naila yang melihat itu merasa terabaikan tetapi ia membangun pikiran positif agar tidak menaruh curiga pada pria itu."Mau makan sekarang, Nak?" tanya Naila dan bocah itu mengangguk."Mau makan sendiri atau di suapi?" tanya Naila lagi."Mau di suapi, Mam. Tadinya satria ingin di suapi sama Om Dokter, tetapi Om diam saja jadi Satria gak berani bilang, Ma," jawab Satria sambil mengerucutkan bibirnya."Om, masih sibuk, sayang. Dia juga harus memeriksa pasiennya jadi Satria sama Mama saja, ya," jawab Naila memberikan pengertian pada putranya itu sambil menyuapkan bubur kacang hijau yang masih hangat.Melihat bubur yang ada di tangannya itu membuat ia teringat akan Bayu suaminya itu. Pria itu juga menyukai makanan ini. 'Kau sangat mirip ayahmu, Nak,' pikir Naila.Setelah satu cup bubur habis, Naila memberikan obat pada Satria, lalu memberikan satu iris buah apel yang sudah dikupasnya.Naila berjalan
Baca selengkapnya

Bab 103 Perubahan Sikap Dokter Rizal

Gadis itu memberengut. Kenapa tidak sama dengan kak Nara?" tanyanya sambil mendekati Satria."Ah, kenapa jadi protes semua sih? Kalian mau jenguk aku apa mau buat aku pingsan lagi," protes Satria sambil mengerucutkan bibirnya karena kesal."Jangan pingsan, nanti kita gak bisa main sama-sama. Baiklah aku tidak akan protes lagi," jawab Clarissa."Nah begitu kalian semua cantik dan imut, trimakasih sudah menjengukku," ucap Satria."Apa kau akan tinggal lama di sini?" tanya Nara."Tidak tahu," jawabnya lalu menoleh pada Mamanya."Ma, apa kita tinggal lama di sini?" tanyanya.Naila menoleh. Tunggu sembuh dan di periksa ya, sayang," jawabnya.Ketiga anak itu manggut-manggut, mereka pun berbincang-bincang bercerita tentang teman mereka dan sekolah mereka sedang Lia dan Hatan berbincang-bincang dengan Naila."Ros, apa kata Dokter? Satria sakit apa?" tanya Hatan."Masih belum tahu, Mas. Masih menunggu hasil lab," jawab Naila."Kalau ada apa-apa telepon aku Ros, akulah yang bertanggung jawab at
Baca selengkapnya

Bab 104 Sikap yang Semakin Dingin

Setelah bersusah payah menyusul Dokter Rizal, akhirnya ia pun bisa membersamainya. "Dok, kenapa jalannya cepat sekali?" gerutu Naila sambil mengatur napasnya sebentar.Lelaki itu tidak meresponnya sama sekali ia kembali berjalan masuk bersama Naila. Setelah itu ia pun duduk di depan Dokter Hamza dan di ikuti Naila duduk di sebelahnya.Naila menatap pria itu berusaha mencari sesuatu di wajah datarnya itu. dan sekarang ia benar-benar yakin bahwa lelaki itu tersinggung akan perkataan dan sikapnya kemarin."Begini bu, untuk hasil labnya baru bisa diketahui besok, untuk itu saya juga ingin memeriksa ibu untuk mengetahui apakah sumsum tulang belakang ibu cocok dengan Satria, Jika nanti memang perkiraan saya benar, maka untuk bisa sembuh secara total anak Anda butuh transplantasi sumsum tulang belakang. Utamanya, pendonor sumsum tulang ini memang diprioritaskan dari keluarga (yang memiliki kekerabatan dekat). Dengan cara ini, risiko terjadinya penolakan sistem im
Baca selengkapnya

Bab 105 Kebimbangan Naila

Naila pasrah ia telah kehilangan sosok yang hangat dan bersahabat karena kekerasan hatinya. 'Lebih baik begini agar dia segera mencari wanita lain yang lebih segalanya dariku,' pikir Naila.Dia berjalan menuju ruangan anaknya setiap waktu yang terlewat membuatnya berfikir keras, apa dia harus menemui Bayu, suaminya untuk mengatakan bawah putranya sakit dan saat ini sedang merindukannya. Bukankah ini semua ia yang memulainya. Setiap kali mempunyai niatan untuk mempertemukan sang putra dengan papanya selalu saja ketakutan bertemu dengan Regan membuat niatnya kembali menguap entah kemana.Ia tidak ingin tubuhnya dijamah pria itu bagaimana dia menjelaskan pada Bayu jika hal itu benar-benar terjadi.Lia yang berada di depan pintu ruangan itu terpaku saat Nanti melewati ruangan itu begitu saja."Ros, kau mau kemana? Apa kau sudah lupa dengan ruangan putramu sendiri?" tanya Lia sedikit berteriak.Naila tersadar dari lamunannya ia menyapukan tatapan di seluruh tempat itu, benar saja ruangan
Baca selengkapnya

Bab 106 Masih Perang Dingin

Tanpa disadari mereka ada seseorang yang mendengarkan percakapan mereka, tidak lain adalah Dokter Rizal. Lelaki itu mengerutkan keningnya, sambil berfikir dengan keras.'Apa yang terjadi dengan hidupmu sebenarnya? Ternyata namamu Naila Maharani. Kau menyimpan misteri yang benar-benar aku tidak tahu, Naila. Baiklah aku tetap memanggilmu Rosmala hingga kau sendiri mau bercerita padaku tentang siapa kamu, Bayu dan Regan,' pikir Dokter Rizal.Dokter Rizal keluar dari persembunyiannya ia berjalan menuju kamar Satria, menyapa bocah itu dengan senyum manisnya."Bagaimana denganmu, Boy," tanya Dokter Rizal."Aku Baik, Om. Aku senang mereka datang menjengukku, karena aku bosan hanya bermain dengan Om Dokter dan Mama. Up, sorry, Om," ucapnya sambil menutup mulutnya menatap Dokter Rizal dengan puppy eyes-nya."Oh jadi kamu bosan sama Om, maunya main dengan mereka, gak mau main sama Om lagi?" tanya Dokter Rizal pura-pura merajuk."Bukan, hanya sedikit Om, percaya deh, Satria itu sayang sama Om, c
Baca selengkapnya

Bab 107 Kecemasan Naila

Setelah beberapa saat kemudian Hatan, Lia dan anak-anak pun pulang ruangan sepi kembali, membuat Satria sedih."Ma, kapan kita pulang?" tanya Satria.Nunggu perintah Dokter dulu ya, sayang," jawab Naila dengan lembut."Baik, Ma!" jawab bocah kecil sambil bermain dengan mainannya.Naila menghampiri putranya ia menyentuh pucuk kepala anaknya. "Nak, waktunya untuk membersihkan tubuhmu, ibu seka pakai air hangat, ya?" tanyanya pada sang putra."Belum boleh mandi, Ma?" tanya Satria.Naila terdiam ia menatap jam dinding menunjukkan jam empat sore, biasanya Dokter Rizal akan datang ke seni untuk menanyakan keluhan Satria tetapi entah kenapa ia belum ke sini juga."Sebentar, Mama lihat dulu badanmu masih panas atau tidak?" tanya Naila sambil menyentuh kening Satria."Masih hangat, Mama seka saja ya?" tanyanya pada putranya.Satria mengangguk pasrah dan Naila memencet bel untuk memanggil suster, Seorang suster datang membawa sebaskom air hangat untuk pasien."Ada sesuatu yang ibu butuhkan lagi
Baca selengkapnya

Bab 108 Apa Kita Masih berteman

Langkah kaki lebar Dokter Rizal menyusuri koridor rumah sakit menuju ruang rawat Satria, ia berusaha untuk melupakan apa yang terjadi pad dirinya dan Rosmala, jujur saat ini dia tengah patah hati, harapan yang semula menjadi hilang musnah.Sesampainya di pintu masuk ia mengucapkan salam dan di jawab oleh Naila dan sekecil Satria.Ia menghampiri bocah itu yang terseyum menyambutnya, ada tatapan aneh yang di tujukan pada dirinya dari Naila. Wanita itu mengernyitkan dahinya. Namun setelah itu ia pun kembali tersenyum."Om Dokter, apa besok aku boleh pulang?" tanyanya begitu melihat Dokter Rizal."Belum tunggu instruksi dari Dokter Hamza dulu ya, sayang," jawab Dokter Rizal."Kenapa lama sekali aku, 'kan mau main sama Clarissa dan Nara?" tanyanya lagi sambil mengerucutkan bibirnya.Dokter Rizal mencubit pipi gembul itu karena gemas. "Akan ku suruh paman Hatan mengantarkan kesini setelah pulang sekolah agar kamu bisa main bersama dengan mereka," jawab Dokter Rizal "Benarkah, aku senang se
Baca selengkapnya

Bab 109 Bersedia Terluka Hanya untuk Melihat Senyumannya

Naila menatap punggung yang berlalu pergi, ada sesuatu yang mengusik pikirannya saat ini. 'Dia tadi memanggilku apa? Apa dia tahu nama yang sesungguhnya? Lalu, dari mana ia tahu namaku selama ini?' pikirnya.Naila menghembuskan napasnya dan menyandarkan punggungnya di sandaran sofa, ia tidak pernah tahu sampai kapan ia akan hidup sebagai pelarian. Ingin sekali ia pergi untuk menemui suami lalu berkata, "Aku lelah, Mas." Matanya terpejam untuk sekedar menghilangkan penat hatinya, hingga ada menggoncang tubuhnya sangat keras."Ros, Bangun ini sudah magrib, tidak boleh tidur di waktu magrib." Terdengar seseorang membangunkannya.Ia membuka matanya tampak terlihat wajah Dokter Rizal begitu dekat, lalu pria itu menarik kepalanya kebelakang dan merubah posisinya dari membungkuk menjadi tegap berdiri kemudian duduk di sofa dengan perasaan kurang nyaman."Maaf," ucapnya"Tidak apa, aku sepertinya ketiduran?" tanyanya. "Ya, ini sudah magrib, biar ku jaga Boy, pergilah untuk sholat," saran Do
Baca selengkapnya

Bab 110 Merencanakan Suatu Misi

DI Korea di sebuah apartemen yang megah seorang wanita cantik menatap keluar jendela dengan tatapan kosong sambil berbicara dengan seorang lewat Sabungan seluler miliknya."Don, Apa belum Muncul wanita itu, aku sudah tidak sabar membalas sakit hatiku pada Regan," ungkap wanita itu."Mana berani muncul, nyonya, kalau resikonya adalah diculik dan diruda paksa oleh tuan Regan," jawab Doni.Wanita itu tak lain dan tak bukan adalah Mawar, wanita itu rela merombak seluruh tubuhnya mirip dengan Naila. Sepintas tampak tak ada bedanya dengan Naila. Namun, ketika bersuara baru terlihat berbeda.Mawar menghembuskan napasnya. "Don, siapkan aku tempat tinggal di sana, aku akan ke Jakarta, rasanya lama menunggu wanita itu muncul, waktuku sudah tidak banyak lagi, Don," ungkap Mawar."Anda ingin melakukannya segera, tolong pikirkan, Nyonya. Jika Anda gagal maka akan membahayakan Nyonya Naila juga tuan Bayu," jawab Doni.Siapkan saja dulu tempat tinggalku, dan coba cari tahu di mana Naila lalu persiap
Baca selengkapnya
Sebelumnya
1
...
910111213
...
21
DMCA.com Protection Status