Home / Romansa / Saya Tiba-tiba Menjadi Ibu Anak CEO / Chapter 231 - Chapter 240

All Chapters of Saya Tiba-tiba Menjadi Ibu Anak CEO: Chapter 231 - Chapter 240

660 Chapters

Bab 231 Kencan Taman Bermain

Cintia selalu berpikir suatu saat nanti dia akan bertemu kembali dengan Samuel, tetapi dia tidak pernah membayangkan itu akan terjadi dalam keadaan seperti ini.Dia mengira akan Samuel dan Yulia sibuk belakangan ini dan tidak punya waktu untuk mengajak Erikson bermain. Itulah sebabnya Cintia memilih hari ini untuk menjemput Erikson. Jika saja dia tahu ... mungkin dia tidak akan datang, meskipun sebenarnya dia sangat ingin menemui Erikson.Dia berusaha tenang melihat Samuel, pandangan itu tidak terlalu lama, juga tidak sengaja menghindar. Itu hanya cara paling umum terhadap orang asing."Papi, boleh aku pergi bermain dengan Mami?" tanya Erikson sambil memandang Samuel dengan mata penuh harapan.Samuel menelan ludahnya.Pandangannya akhirnya berpindah dari Cintia pada saat ini.Dia berkata, "Tentu saja.""Terima kasih, Papi," ujar Erikson dengan penuh rasa senang.Dia menggoyangkan tangan Cintia dengan penuh kegembiraan dan berkata, "Mami, Papi setuju, aku bisa main ke rumahmu!"Cintia j
Read more

Bab 232 Memang Takdir

Tanpa disadari, di belakang mereka ada Samuel dan Yulia, bersama dengan sejumlah pengawal berpakaian hitam di sekitar mereka.Hari ini, tujuan perjalanan mereka adalah taman hiburan.Awalnya mereka berencana pergi bersama Erikson, tetapi Erikson tiba-tiba dijemput oleh Cintia. Meskipun begitu, keduanya tetap datang sesuai jadwal ke tempat ini dan tanpa sengaja melihat Cintia dan Erikson.Pandangan mata Yulia sedikit bergerak.Sejak kecil, Erikson tidak suka didekati orang, sifatnya juga tidak pernah seceria ini, bahkan memiliki kedewasaan yang tidak sesuai dengan usianya.Namun, di depan Cintia, semuanya berbeda.Yulia memalingkan pandangannya ke Samuel, melihat bagaimana pandangan pria itu terus tertuju pada orang di depannya, sampai akhirnya tertutup oleh kerumunan orang."Ayo," ujar Samuel sambil menghadap ke arah Yulia.Senyum tipis terus terpampang di bibir Yulia, mengikuti di samping Samuel.Di sekitar mereka, selain pengawal, ada juga reporter yang sengaja ditempatkan untuk mela
Read more

Bab 233 Mau Naik Bersama?

Erikson memoncongkan bibir kecilnya.Dia tidak pernah bilang dia akan merawat Mama Yulia saat tua.Bahkan, dia dipaksa untuk memanggil "Mama" oleh Yulia.Cintia hanya mendengarkan dengan acuh tak acuh percakapan antara Erikson dan Yulia.Tiba-tiba keheningan muncul antara mereka.Samuel juga diam.Di antara antrean, hanya suara Yulia dan Erikson yang terdengar, sebagian besar hanya Yulia terus menggoda Erikson dan Erikson menyokongnya.Setelah menunggu hampir setengah jam, akhirnya giliran mereka."Mau naik bersama saja?" saran Yulia dengan semangat.Kabin roda raksasa cukup luas untuk menampung delapan orang."Tidak apa-apa," tolak Cintia langsung. "Aku tidak ingin mengganggu kencan kalian.""Tidak apa-apa." Yulia bersikeras menunjukkan sikap lapang dada."Ada banyak wartawan di sekitar, tidak baik jika mereka mengambil foto kita bersama," jelas Cintia dengan jujur.Nyatanya, dia juga menyadari banyak orang yang mengikuti mereka.Yulia melihat ke arah Samuel.Sepertinya dia sedang men
Read more

Bab 234 Saingan yang Tak Terduga

Namun, Erikson selalu merasa pandangan Mami kepadanya penuh dengan rasa bersalah.Ini jelas-jelas Papi-nya yang bersalah kepada Mami.Erikson berbaring tenang dalam dekapan Cintia, tanpa memberikan perlawanan sedikit pun, membiarkan Cintia memeluk erat seolah-olah dirinya baru hilang dan sekarang Cintia tidak ingin melepaskan anaknya sama sekali.Gondola roda raksasa naik semakin tinggi dan tiba di posisi paling atas.Cintia baru saja menenangkan dirinya dan menjawab pertanyaan Erikson tadi, "Kalau ada kamu, Mami sama sekali tidak sedih.""Mami," ujar Erikson sambil mengulurkan tangan kecilnya, menghapus air mata Cintia yang belum kering.Barulah Cintia sadar kalau dirinya sedang menangis.Ini mungkin karena emosi yang telah ditekan terlalu lama.Hingga Hari ini, detik ini, Cintia benar-benar mengizinkan dirinya sendiri untuk melepaskan emosinya.Cintia berkata dengan tulus, "Erik, aku sangat bersyukur kamu masih di sini.""Tidak peduli Papi menikahi siapa pun, aku akan selalu berada d
Read more

Bab 235 Apa Daya Tariknya?

Tentu saja, Yulia tidak akan membiarkan Samuel tahu.Yang akan dia beri tahu kepada Samuel hanyalah dirinya sama sekali tidak tahu tentang pengumuman pernikahan mendadak ini.Dia juga terpaksa menerimanya, bahkan bersedia bekerja sama dengan Samuel untuk membatalkan pernikahan.Berkencan dan berbisnis itu sama seperti strategi perang, tidak pernah dilakukan dengan gegabah, melainkan memerlukan perencanaan matang."Samuel, tadi aku mengirim pesan via WhatsApp kepada Cintia."Samuel menoleh menghadapnya.Seolah-olah hanya dengan menyebutkan nama Cintia, Samuel akan melihatnya dengan serius."Mungkin aku harus menjelaskan hubungan kita padanya?" tanya Yulia dengan niat baik."Tidak perlu," tolak Samuel langsung."Sepertinya dia sangat salah paham.""Jadi, kamu lebih baik menghindarinya," balas Samuel dengan tegas.Yulia merapatkan bibirnya.Di dalam hatinya muncul ketidaknyamanan.Dia benar-benar tidak menyangka hanya dalam waktu setengah tahun, jarak antara Samuel dan dirinya bisa menjad
Read more

Bab 236 Samuel Tidak Menyukaimu Lagi!

"Bukannya sudah kukatakan dari awal? Samuel tidak menyukaimu lagi! Kenapa kamu masih saja menempel padanya? Dasar tidak tahu malu ...."Cintia langsung menutup teleponnya.Memang, dia tidak seharusnya banyak berharap dengan Keluarga Dijaya.Sesaat setelah Cintia menutup teleponnya, ponselnya segera berdering kembali.Dia tetap tidak mengangkat teleponnya, sampai akhirnya Jacob kembali meneleponnya."Cintia, kenapa kamu memperlakukan nenekmu seperti itu?" ucap Jacob dengan marah.Cintia bisa membayangkan seberapa besar kemarahan Meri saat dia menutup teleponnya tadi."Aku tidak ada kewajiban untuk menerima makian dan cemoohannya, 'kan?" jawab Cintia. Dia ingin segera menutup teleponnya.Tiba-tiba suara Meri terdengar dari seberang telepon, "Kata Sutio, kamu yang menyebabkan dia kehilangan pekerjaannya?"Tahu kalau tidak akan bisa melakukan apa-apa pada Cintia, Meri langsung mengatakan tujuannya menelepon Cintia lagi."Itu bukan urusanku. Itu urusannya.""Bukan urusanmu? Sutio mengatakan
Read more

Bab 237 Niat Jahat

Di Vila Keluarga Dijaya.Kemarahan Meri sudah mencapai ubun-ubunnya. Dia sangat kesal dengan Cintia."Nenek, jangan marah lagi." Starvy menenangkan Meri yang ada di sebelahnya. "Sekarang Samuel sudah punya tunangan, tentu saja Kak Cintia merasa sedih. Dia malah akan marah kalau Nenek memaksanya seperti ini.""Dia pantas mendapatkannya!" ucap Meri dengan kesal. Lalu, dia pun berkata, "Dia berani berpikir kalau dia bisa berhubungan dengan Samuel dan menikahi pria kaya? Mimpi saja dia!""Kak Cintia memang agak sombong. Bagaimana mungkin dia bisa masuk ke dalam Keluarga Purnomo semudah itu?" ucap Starvy tidak berdaya, "Tapi, ada yang mengatakan kalau belajarlah dari pengalaman. Aku berharap Kak Cintia bisa belajar dari kejadian ini."Sebenarnya, Starvy juga merasa tidak nyaman.Dia berpikir, kalau Cintia saja bisa mendapatkan Samuel, kenapa dia tidak bisa? Starvy ingin mendapatkan kesempatan untuk mengambil Samuel dari Cintia, tetapi siapa sangka kalau ternyata Samuel sudah mempunyai tunan
Read more

Bab 238 Lawan yang Seimbang

[Oke. Aku akan mengirimkan alamatku,] balas Cintia lalu memberikan alamat dan lokasinya pada Yulia.[Terima kasih. Aku akan datang dalam 30 menit.]Cintia lalu meletakkan ponselnya dan melihat Erikson yang sedang menonton acara tentang teknologi luar angkasa di sofa. Hati Cintia penuh dengan rasa keengganan.Akan tetapi ....Cintia masih punya banyak waktu ke depannya, dia tidak perlu terburu-buru.Cintia mendekati Erikson lalu berkata, "Erik, Mama Yulia sebentar lagi akan datang untuk menjemputmu."Erikson yang sedang menonton dengan antusias seketika murung mendengar Yulia akan datang menjemputnya."Besok Mama Yulia akan meninggalkan Bandung. Kamu bisa menemaninya malam ini, 'kan? Setelah Mama Yulia pergi, kalau waktunya pas, aku akan menjemputmu kembali setiap akhir minggu. Bagaimana?""Baiklah," ucap Erikson setuju sambil menganggukkan kepalanya.Walaupun Erikson tidak mau, dia tidak akan membuat Cintia kesulitan.Sikap dewasa Erikson ini yang membuat Cintia makin sedih....Kurang
Read more

Bab 239 Upaya Penculikan

Hari Senin, Yulia meninggalkan Bandung.Beberapa media memberitakan Samuel yang pergi mengantar Yulia dan keduanya berpisah di bandara.Cintia tidak tahu, berapa banyak media yang memberitakan tentang Samuel dan Yulia di Bandung ini. Berita mereka bahkan masuk dalam media industri hiburan. Berita keduanya yang menghabiskan waktu seminggu bersama menjadi berita panas. Setiap hari, media apa pun yang Cintia lihat, pasti memberitakan tentang Samuel dan Yulia.Cintia meletakkan ponselnya dan berjalan ke arah ruang rapat tingkat tinggi untuk membicarakan tentang rencana membuat produk mewah Grup Galaksi.Karena identitas Cintia sebagai Lovely terungkap, banyak pebisnis yang ingin berkerja sama dengan Grup Galaksi, yang tentu saja merupakan sebuah peluang bisnis untuk mereka. Untuk masalah keterbatasan dana Grup Galaksi, dengan adanya pebisnis baru, mereka bisa saling bekerja sama dan saling menguntungkan dari penjualan besar-besaran.Sekarang, yang paling penting adalah mencari rekan bisnis
Read more

Bab 240 Penolakan Cintia

"Aku akan mengantarmu ke rumah sakit," ucap Cintia.Cintia datang ke kantor polisi dengan membawa mobilnya, sedangkan Rein dibawa oleh mobil polisi.Setidaknya, Cintia bisa mengucapkan terima kasih dengan mengantarnya ke dokter, 'kan?"Tidak perlu. Lagipula lukaku ini luka ringan. Beberapa hari juga akan membaik," ucap Rein sambil menggelengkan kepalanya, "Sudah malam, kamu cepat pulang dan beristirahatlah.""Sebentar saja, untuk diperiksa dokter," ucap Cintia bersikeras.Dia tidak ingin berutang budi pada Rein."Terima kasih ...." Rein ragu tetapi akhirnya menyetujui.Mereka berdua pun masuk ke dalam mobil Cintia.Cintia duduk di belakang kemudi dan Rein duduk di sebelah Cintia."Aku tidak menyangka kalau kamu bisa menyetir," ucap Rein, lalu melanjutkan, "Aku tidak pernah melihatmu menyetir sebelumnya.""Dulu aku terlalu sibuk," jawab Cintia berterus terang.Rein merendahkan pandangannya, tatapannya penuh dengan rasa bersalah, "Maafkan aku Cintia. Waktu itu aku ....""Aku tidak ingin
Read more
PREV
1
...
2223242526
...
66
Scan code to read on App
DMCA.com Protection Status