Erikson memoncongkan bibir kecilnya.Dia tidak pernah bilang dia akan merawat Mama Yulia saat tua.Bahkan, dia dipaksa untuk memanggil "Mama" oleh Yulia.Cintia hanya mendengarkan dengan acuh tak acuh percakapan antara Erikson dan Yulia.Tiba-tiba keheningan muncul antara mereka.Samuel juga diam.Di antara antrean, hanya suara Yulia dan Erikson yang terdengar, sebagian besar hanya Yulia terus menggoda Erikson dan Erikson menyokongnya.Setelah menunggu hampir setengah jam, akhirnya giliran mereka."Mau naik bersama saja?" saran Yulia dengan semangat.Kabin roda raksasa cukup luas untuk menampung delapan orang."Tidak apa-apa," tolak Cintia langsung. "Aku tidak ingin mengganggu kencan kalian.""Tidak apa-apa." Yulia bersikeras menunjukkan sikap lapang dada."Ada banyak wartawan di sekitar, tidak baik jika mereka mengambil foto kita bersama," jelas Cintia dengan jujur.Nyatanya, dia juga menyadari banyak orang yang mengikuti mereka.Yulia melihat ke arah Samuel.Sepertinya dia sedang men
Namun, Erikson selalu merasa pandangan Mami kepadanya penuh dengan rasa bersalah.Ini jelas-jelas Papi-nya yang bersalah kepada Mami.Erikson berbaring tenang dalam dekapan Cintia, tanpa memberikan perlawanan sedikit pun, membiarkan Cintia memeluk erat seolah-olah dirinya baru hilang dan sekarang Cintia tidak ingin melepaskan anaknya sama sekali.Gondola roda raksasa naik semakin tinggi dan tiba di posisi paling atas.Cintia baru saja menenangkan dirinya dan menjawab pertanyaan Erikson tadi, "Kalau ada kamu, Mami sama sekali tidak sedih.""Mami," ujar Erikson sambil mengulurkan tangan kecilnya, menghapus air mata Cintia yang belum kering.Barulah Cintia sadar kalau dirinya sedang menangis.Ini mungkin karena emosi yang telah ditekan terlalu lama.Hingga Hari ini, detik ini, Cintia benar-benar mengizinkan dirinya sendiri untuk melepaskan emosinya.Cintia berkata dengan tulus, "Erik, aku sangat bersyukur kamu masih di sini.""Tidak peduli Papi menikahi siapa pun, aku akan selalu berada d
Tentu saja, Yulia tidak akan membiarkan Samuel tahu.Yang akan dia beri tahu kepada Samuel hanyalah dirinya sama sekali tidak tahu tentang pengumuman pernikahan mendadak ini.Dia juga terpaksa menerimanya, bahkan bersedia bekerja sama dengan Samuel untuk membatalkan pernikahan.Berkencan dan berbisnis itu sama seperti strategi perang, tidak pernah dilakukan dengan gegabah, melainkan memerlukan perencanaan matang."Samuel, tadi aku mengirim pesan via WhatsApp kepada Cintia."Samuel menoleh menghadapnya.Seolah-olah hanya dengan menyebutkan nama Cintia, Samuel akan melihatnya dengan serius."Mungkin aku harus menjelaskan hubungan kita padanya?" tanya Yulia dengan niat baik."Tidak perlu," tolak Samuel langsung."Sepertinya dia sangat salah paham.""Jadi, kamu lebih baik menghindarinya," balas Samuel dengan tegas.Yulia merapatkan bibirnya.Di dalam hatinya muncul ketidaknyamanan.Dia benar-benar tidak menyangka hanya dalam waktu setengah tahun, jarak antara Samuel dan dirinya bisa menjad
"Bukannya sudah kukatakan dari awal? Samuel tidak menyukaimu lagi! Kenapa kamu masih saja menempel padanya? Dasar tidak tahu malu ...."Cintia langsung menutup teleponnya.Memang, dia tidak seharusnya banyak berharap dengan Keluarga Dijaya.Sesaat setelah Cintia menutup teleponnya, ponselnya segera berdering kembali.Dia tetap tidak mengangkat teleponnya, sampai akhirnya Jacob kembali meneleponnya."Cintia, kenapa kamu memperlakukan nenekmu seperti itu?" ucap Jacob dengan marah.Cintia bisa membayangkan seberapa besar kemarahan Meri saat dia menutup teleponnya tadi."Aku tidak ada kewajiban untuk menerima makian dan cemoohannya, 'kan?" jawab Cintia. Dia ingin segera menutup teleponnya.Tiba-tiba suara Meri terdengar dari seberang telepon, "Kata Sutio, kamu yang menyebabkan dia kehilangan pekerjaannya?"Tahu kalau tidak akan bisa melakukan apa-apa pada Cintia, Meri langsung mengatakan tujuannya menelepon Cintia lagi."Itu bukan urusanku. Itu urusannya.""Bukan urusanmu? Sutio mengatakan
Di Vila Keluarga Dijaya.Kemarahan Meri sudah mencapai ubun-ubunnya. Dia sangat kesal dengan Cintia."Nenek, jangan marah lagi." Starvy menenangkan Meri yang ada di sebelahnya. "Sekarang Samuel sudah punya tunangan, tentu saja Kak Cintia merasa sedih. Dia malah akan marah kalau Nenek memaksanya seperti ini.""Dia pantas mendapatkannya!" ucap Meri dengan kesal. Lalu, dia pun berkata, "Dia berani berpikir kalau dia bisa berhubungan dengan Samuel dan menikahi pria kaya? Mimpi saja dia!""Kak Cintia memang agak sombong. Bagaimana mungkin dia bisa masuk ke dalam Keluarga Purnomo semudah itu?" ucap Starvy tidak berdaya, "Tapi, ada yang mengatakan kalau belajarlah dari pengalaman. Aku berharap Kak Cintia bisa belajar dari kejadian ini."Sebenarnya, Starvy juga merasa tidak nyaman.Dia berpikir, kalau Cintia saja bisa mendapatkan Samuel, kenapa dia tidak bisa? Starvy ingin mendapatkan kesempatan untuk mengambil Samuel dari Cintia, tetapi siapa sangka kalau ternyata Samuel sudah mempunyai tunan
[Oke. Aku akan mengirimkan alamatku,] balas Cintia lalu memberikan alamat dan lokasinya pada Yulia.[Terima kasih. Aku akan datang dalam 30 menit.]Cintia lalu meletakkan ponselnya dan melihat Erikson yang sedang menonton acara tentang teknologi luar angkasa di sofa. Hati Cintia penuh dengan rasa keengganan.Akan tetapi ....Cintia masih punya banyak waktu ke depannya, dia tidak perlu terburu-buru.Cintia mendekati Erikson lalu berkata, "Erik, Mama Yulia sebentar lagi akan datang untuk menjemputmu."Erikson yang sedang menonton dengan antusias seketika murung mendengar Yulia akan datang menjemputnya."Besok Mama Yulia akan meninggalkan Bandung. Kamu bisa menemaninya malam ini, 'kan? Setelah Mama Yulia pergi, kalau waktunya pas, aku akan menjemputmu kembali setiap akhir minggu. Bagaimana?""Baiklah," ucap Erikson setuju sambil menganggukkan kepalanya.Walaupun Erikson tidak mau, dia tidak akan membuat Cintia kesulitan.Sikap dewasa Erikson ini yang membuat Cintia makin sedih....Kurang
Hari Senin, Yulia meninggalkan Bandung.Beberapa media memberitakan Samuel yang pergi mengantar Yulia dan keduanya berpisah di bandara.Cintia tidak tahu, berapa banyak media yang memberitakan tentang Samuel dan Yulia di Bandung ini. Berita mereka bahkan masuk dalam media industri hiburan. Berita keduanya yang menghabiskan waktu seminggu bersama menjadi berita panas. Setiap hari, media apa pun yang Cintia lihat, pasti memberitakan tentang Samuel dan Yulia.Cintia meletakkan ponselnya dan berjalan ke arah ruang rapat tingkat tinggi untuk membicarakan tentang rencana membuat produk mewah Grup Galaksi.Karena identitas Cintia sebagai Lovely terungkap, banyak pebisnis yang ingin berkerja sama dengan Grup Galaksi, yang tentu saja merupakan sebuah peluang bisnis untuk mereka. Untuk masalah keterbatasan dana Grup Galaksi, dengan adanya pebisnis baru, mereka bisa saling bekerja sama dan saling menguntungkan dari penjualan besar-besaran.Sekarang, yang paling penting adalah mencari rekan bisnis
"Aku akan mengantarmu ke rumah sakit," ucap Cintia.Cintia datang ke kantor polisi dengan membawa mobilnya, sedangkan Rein dibawa oleh mobil polisi.Setidaknya, Cintia bisa mengucapkan terima kasih dengan mengantarnya ke dokter, 'kan?"Tidak perlu. Lagipula lukaku ini luka ringan. Beberapa hari juga akan membaik," ucap Rein sambil menggelengkan kepalanya, "Sudah malam, kamu cepat pulang dan beristirahatlah.""Sebentar saja, untuk diperiksa dokter," ucap Cintia bersikeras.Dia tidak ingin berutang budi pada Rein."Terima kasih ...." Rein ragu tetapi akhirnya menyetujui.Mereka berdua pun masuk ke dalam mobil Cintia.Cintia duduk di belakang kemudi dan Rein duduk di sebelah Cintia."Aku tidak menyangka kalau kamu bisa menyetir," ucap Rein, lalu melanjutkan, "Aku tidak pernah melihatmu menyetir sebelumnya.""Dulu aku terlalu sibuk," jawab Cintia berterus terang.Rein merendahkan pandangannya, tatapannya penuh dengan rasa bersalah, "Maafkan aku Cintia. Waktu itu aku ....""Aku tidak ingin
Hanya dengan melihatnya saja semua orang sudah tahu bahwa gelang ini tak ternilai harganya. Ini juga sejenis harta karun yang tak ternilai.Tidak mungkin dapat Cintia terima."Ini tidak ada hubungannya dengan Natasya. Kamu baru saja pulang kembali ke Keluarga Anggono. Ini adalah pertemuan pertama kita dan ini adalah hadiah dari Nenek. Tak perlu malu-malu. Kalau kamu masih tak mau menerimanya, aku pasti akan marah," ujar Nyonya Besar Ria dengan sengaja."Kak Cintia, jangan sungkan. Ini adalah niat baik dari nenekku, kamu ambil saja." Natasya yang berada di samping Nyonya Besar Ria melanjutkan omongannya, "Gelang ini sebenarnya kami pilih dari kotak perhiasan gelang giok nenek untuk waktu yang cukup lama. Leon dan aku merasa ini cocok untukmu, coba kamu pakai dan lihatlah."Cintia benar-benar tidak ingin berutang budi kepada siapa pun."Cintia, karena Nenek Ria yang memberikannya padamu, kamu ambil saja," sebut Tuan Besar Ricky yang berada di sampingnya.Cintia tidak punya pilihan selai
"Kamu tak mau pulang?" Cintia mengangkat alis matanya."Bukan itu, hanya saja ...."Hanya saja karena Leon, 'kan?Karena Erikson berpikir Leon adalah papinya, jadinya Erikson ingin menghabiskan lebih banyak waktu dengan Leon.Cintia bahkan mulai meragukan apakah Erikson sebenarnya pergi mencari Leon hari ini.Terpikirkan akan kemungkinan ini, Cintia semakin kukuh dengan pendiriannya dan berencana untuk meninggalkan Kota Jakarta. "Oke." Erikson berkompromi.Bagaimana pun juga, Mami sudah tidak suka Papi lagi.Papi memang sudah keterlaluan.Kemarin, dia masih bisa melihat muka Mami, kemudian pergi melindungi perempuan lain dan memarahi Mami. Mami membencinya, pasti begitu."Mami, aku akan kembali tidur. Selamat tidur.""Selamat tidur."Erikson kembali ke kamarnya.Dia melihat hasil tes DNA yang berada di meja dan ingin menunjukkannya kepada Maminya.Hari ini, hanya demi kertas hasil tes DNA ini, Erikson sudah menghabiskan waktunya seharian. Namun sekarang, itu sudah tidak berguna lagi
"Oh, begitu." Keraguan Laura terhapuskan.Dalam kehidupan Cintia, selain Erikson, hanya ada Erikson.Apa pun yang Erikson mau, sudah pasti tidak akan Cintia tolak. "Omong-omong, aku sudah mulai sedikit merindukan Erik." Lily tiba-tiba mengirimkan pesan itu."Apa kamu mau menemuinya? Dia sudah tumbuh menjadi seorang pria ganteng, tinggi badannya juga kurang lebih sama denganku." Cintia berinisiatif untuk mengundang teman-temannya."Lupakan saja, kita bicarakan lagi sewaktu aku sudah mapan." Lily menolak ajakan itu dan melanjutkan mengirim pesan, "Dulunya aku hidup dengan glamor, aku tak bisa membiarkan Erik berpikir aku sudah tidak sesuai lagi. Apa pun yang kuperbuat, juga tidak terlalu rendah dari yang Tammy miliki, 'kan?""Kamu masih saja peduli dengan keberadaan Tammy," sela Laura."Omong kosong, memangnya kamu tidak? Aku hanya menerima ujian yang diberikan pencipta padaku. Tunggu aku sampai berhasil, namaku pasti akan melejit sampai ke langit."Cintia tidak bisa menahan dirinya unt
Erikson baru kembali pulang rumah larut malam.Kalau bukan karena panggilan yang terus terhubung, Cintia sudah pasti akan mengira Erikson telah diculik."Kamu pergi bermain ke mana, kenapa sangat lama?" Cintia bukan sedang menyalahkan Erikson.Cintia juga tidak akan menyalahkan Erikson.Cintia hanya merasa penasaran. Erikson selalu patuh dengan ibunya, tetapi setelah tahu kalau Erikson sudah terlalu lama jauh dari ibunya, tentu ibunya akan menjadi sangat khawatir, tetapi Erikson tetap memilih untuk pulang larut malam. Erikson lantas melihat Cintia, tidak mengatakan apa pun.Erikson masih belum sempat menjawab."Sudah pulang saja sudah bagus. Erik, lain kali harus pulang lebih awal, ya. Mami-mu hampir mau menelepon polisi, loh," canda Tuan Besar Ricky."Iya, Kakek Buyut," ujar Erikson sembari menganggukkan kepalanya."Kamu pasti lapar, ya. Mari kita makan malam." Tuan Besar Ricky menarik tangan Erikson dengan hangat dan pergi berjalan ke meja makan.Erikson berbalik dan melihat pada Ci
Leon melihat ke arah Cintia dan melihat raut wajah Cintia yang sama sekali tidak memedulikannya.Sebelumnya, Leon selalu merasa mungkin Cintia memiliki udang di balik batu terhadap dirinya sendiri.Kalau dilihat-lihat kembali sekarang, Cintia benar-benar tidak punya niat yang lain juga. Cintia bahkan tampak seperti ingin menjauh dari Leon. Leon pun menelan ludahnya dan berkata, "Hati-hati di jalan."Leon dan Cintia juga benar-benar bertemu karena kebetulan saja.Tidak ada alasan kenapa mereka harus saling terlibat di kehidupan satu sama lain. Cintia mengangguk ringan, kemudian masuk ke dalam sedan Willy dan pergi. Di dalam mobil, Willy mengambil inisiatif untuk mulai berbicara, "Kenapa kamu tak membiarkan Leon meminta maaf?""Karena aku tahu dia itu orang yang tak punya perasaan. Untuk apa melihatnya meminta maaf?" ucap Cintia yang sedang bersandar di kursi mobil sambil melihat pemandangan di luar jendela."Apa kamu tidak menyimpan perasaan yang lain … kepada Leon?" Willy mengataka
Leon menggigit bibirnya dengan ringan dan masih tidak mengatakan apa-apa."Benar, dia memang benar-benar terlalu khawatir denganku. Kalau tidak, dia juga takkan langsung menyerangmu karena dia tak tahu situasi sebenarnya. Leon biasanya bukan orang yang seperti itu," Natasya menjelaskan kepada Leon.Tampaknya, Natasya memang benar-benar ingin meredakan konflik antara Leon dan Cintia.Sebenarnya, tidak seorang pun tahu kalau Natasya sedang memamerkan hubungan yang dirinya miliki dengan Leon. Namun, karena Natasya dapat mengalirkan perasaannya itu dengan secara alami, orang-orang pun tidak merasa gusar dengan sikapnya itu."Orang-orang akan bersikap seperti itu kepada orang yang mereka sayangi." Cintia mengamini ucapan Natasya.Cintia juga merasa cukup jika permasalahannya sudah diselesaikan. Cintia sebenarnya juga tidak membutuhkan permintaan maaf apa pun. Benar-benar, sungguh-sungguh tidak memerlukan hal demikian. Karena ini bukanlah masalah yang begitu besar. "Jangan khawatir, Kak
Leon pun masuk ke dalam ruangan.Saat ini, Willy juga ikut terbangun karena suara bising.Willy juga tipe orang yang sangat mudah terbangun.Willy lantas melihat selimut yang ada di tubuhnya, kemudian melihat Cintia dan bertanya, "Sudah berapa lama aku tertidur?""Belum sampai sepuluh menit." Cintia merasa sedikit tidak berdaya.Cintia juga merupakan penderita insomnia kronis. Dia sangat paham betapa tidak nyamannya ketika tiba-tiba terbangun. Willy sendiri tidak terbangun dengan rasa marah karena kantuk, dia hanya meregangkan pinggangnya sambil mengatakan, "Aku sebenarnya tak kelelahan. Aku tak tahu kenapa aku bisa tertidur. Selimut ini, kamu yang berikan, ya?""Hanya kebiasaanku.""Oke."Willy senyum ringan.Cintia sangat takut untuk memberi tahu Willy bahwa sebenarnya Cintia sendiri juga bersikap baik kepada Willy!Sama persis seperti bibinya Willy."Masuklah."Leon tiba-tiba keluar dari dalam ruangan."Natasya ingin bertemu denganmu.'""Akhirnya dia terbangun juga," ujar Willy den
"Aku akan menemanimu." Willy memperjelas arah keberpihakannya.Willy berharap agar Cintia pergi.Namun, dia juga takkan membiarkan Cintia diperlakukan secara tidak adil."Tak perlu. Kamu sudah terjaga sepanjang malam tadi. Untuk hari ini, istirahat saja dulu.""Energiku masih banyak. Ayo, pergi."Cintia sempat ragu-ragu sebentar, pada akhirnya tidak menolak tawaran Willy.Willy sendiri ingin menyelesaikan masalah ini dengan baik-baik. Lagi pula, Willy adalah cucu tertua dari keluarganya dan memiliki kewajiban untuk membantu ayahnya. Kakeknya juga bertanggung jawab untuk menyelesaikan segala perkara besar dan kecil dalam keluarga. Di sisi lain, Willy juga ingin agar Cintia tahu bahwa Willy akan selalu berada di samping Cintia dan menjadi pelindungnya.Sebenarnya, Cintia sungguh tidak tahu mengapa Willy memperlakukan dirinya dengan begitu baik.Benar. Sekarang, Cintia memiliki reputasi yang besar dan sumber daya keuangan yang kuat di dunia luar, tetapi Cintia benar-benar berpandangan bah
"Jangan khawatir, aku pasti akan tumbuh tinggi." "Ya." Erikson pun mengangguk. "Aku pasti lebih tinggi dari Leon.""…."Ya, itu tidak perlu.Kalau lebih tinggi dari Leon, itu berati tinggi Erikson akan lebih dari 1,9 meter, bagaimana bisa lebih mudah menemukan jodoh?Setelah Erikson pergi.Cintia pun melepas penyamarannya.Hari ini sungguh, bukan hari yang menyenangkan.Dini hari berikutnya.Ada ketukan di pintu kamar Cintia.Cintia pun membuka pintu.Willy telah berdiri di depan pintu, wajahnya agak lelah.Bagaimana bisa ke rumah sakit, jika kamu jam segini baru pulang?Bagaimana dengan Natasya?Willy berkata, sambil minta maaf, "Maaf, telah membangunkanmu pagi-pagi sekali."Willy tidak mengetahui kalau Cintia menderita insomnia.Beberapa hari ini, di rumah Keluarga Anggono, Cintia selalu lupa membeli obat tidur.Sehingga, beberapa malam belakangan ini, Cintia hampir tidak tidur.Sebenarnya, tidak bisa dikatakan telah membangunkan."Bagaimana kabar Natasya?" Cintia berkata dengan lug