Home / Romansa / Saya Tiba-tiba Menjadi Ibu Anak CEO / Chapter 221 - Chapter 230

All Chapters of Saya Tiba-tiba Menjadi Ibu Anak CEO: Chapter 221 - Chapter 230

660 Chapters

Bab 221 Minder

Di depan gerbang Vila Purnomo.Tiga mobil Bentley berhenti.Satpam yang berada di depan gerbang pun segera membukakan pintu mobil.Orang pertama yang turun adalah Samuel.Dia mengenakan setelan jas berwarna hitam. Sosoknya sangat tinggi dan tegap, auranya juga mengesankan.Setelah turun dari mobil, dia membungkukkan setengah badannya untuk mempersilakan Yulia turun.Yulia tersenyum kepada Samuel sambil berkata, "Terima kasih.""Sama-sama," kata Samuel sambil mengangguk, dia terlihat sangat sopan.Yulia masih mempertahankan senyumnya, dia tampak seperti tidak peduli dengan sikap Samuel.Setelah mereka berdua turun, mereka berjalan ke mobil yang berada di samping, lalu memberi hormat.Tobby Tambunan alias Tuan Besar Tobby turun dari mobilnya sambil dipapah oleh kepala pelayan pribadinya.Meskipun dia sudah berusia lebih dari 70 tahun dan rambutnya sudah beruban, tubuhnya tegap dan masih terlihat sangat energik.Sementara orang tuanya Yulia, Dito Tambunan dan Helen Javino, serta kakaknya
Read more

Bab 222 Dasar Pria Berengsek!

Yang kedua adalah Miya selalu mengira bahwa dirinya adalah tokoh utama malam ini. Dia datang untuk bertemu dengan keluarga Jimmy. Namun, tidak ada satu orang pun dari Keluarga Purnomo yang menganggapnya. Perasaan tidak dihargai ini membuatnya sulit untuk menerimanya.Tentu saja, dia juga tidak berani menunjukkannya.Di depan orang-orang ini, untuk pertama kalinya dia merasa dirinya bukan apa-apa.Setelah percakapan singkat antara Frans dan Tobby, mereka pun masuk ke aula Keluarga Purnomo.Mereka langsung berjalan ke ruang makan yang mewah.Di sana ada meja perjamuan yang sangat besar. Satu per satu orang duduk sesuai prioritas.Para pelayan melayani mereka dari samping.Di meja makan, orang yang paling banyak mengobrol adalah Frans dan Tobby. Mereka berdua mengobrol banyak tentang kejadian masa lalu mereka, mereka mengobrol dengan sangat bahagia."Tadi malam, sebenarnya aku mau pergi menghadiri perayaan ulang tahun Grup Purnomo yang ke-60, tapi pada saat itu aku diatur untuk pergi ke J
Read more

Bab 223 Akhirnya Bisa Berbicara Empat Mata

Samuel dan Tobby saling berbincang-bincang.Kedua keluarga ini saling menghargai dan merasa senang satu sama lain.Satu-satunya orang yang marah hanya Lily. Saking marahnya, Lily sampai ingin melemparkan sendoknya dan pergi.Ketika teringat dengan Cintia …. Lily menyuruh dirinya untuk tetap tenang."Sekarang Lily sudah umur berapa?" Tobby tiba-tiba menyebut nama Lily.Lily langsung tersentak.Tampaknya, pada saat-saat seperti ini, tidak ada hal baik yang bisa diharapkan.Dengan sopan, Lily meletakkan sendoknya sambil tersenyum dan berkata, "Kakek Tobby, sebentar lagi aku sudah berumur 25 tahun.""Sudah lama tak bertemu kamu jadi makin cantik saja. Dengar-dengar kamu masuk industri hiburan, ya?""Nilaiku tidak terlalu bagus, jadi hanya bisa berakting." Lily menertawakan dirinya sendiri.Tobby tertawa karena perkataan Lily, kemudian dia berkata, "Banyak orang yang pandai belajar, tapi tidak banyak orang yang bisa berakting.""Kalau begitu, tolong Kakek Tobby bantu bujuk kakekku. Dia ter
Read more

Bab 224 Sampai Kapan Harus Dikekang?

Dia menarik kakaknya ke sudut halaman belakang Vila Purnomo yang agak gelap, kemudian berkata, "Kak, apa yang terjadi padamu dan Yulia?"Lily sangat marah, tetapi dia harus menurunkan suaranya.Sesekali, dia melihat ke arah ruang santai karena takut ada orang yang datang."Bagaimana kabarnya?" tanya Samuel dengan suara rendah.Tentu saja "dia" itu merujuk kepada Cintia.Lily berkata dengan marah, "Kamu masih bisa tanya kabarnya? Dua hari ini kamu menghilang tidak ada kabar, telepon juga tidak bisa dihubungi. Menurutmu bagaimana keadaannya? Dia terus berpura-pura kuat, kalau tidak apakah dia harus menangis terus?""Ponselku diambil Kakek dan aku juga terus diawasi Kakek," kata Samuel."Sudah kubilang Kakek ini memang licik. Jadi sekarang apa yang harus kita lakukan? Apakah kamu benar-benar akan menikahi Yulia? Kamu tidak mempermainkan Cintia, bukan?" tanya Lily.Tatapan Samuel membuat Lily langsung terdiam.Kakaknya tidak mungkin melakukan hal seperti itu!"Bagaimana kalau kamu meminjam
Read more

Bab 225 Karma Telah Datang

Miya juga melihat Lily di pintu masuk.Saat ini, Jimmy dipanggil oleh Tuan Besar Frans dan meminta Miya untuk menunggu sebentar di dalam kamar sebelum mengantarnya pulang.Sebenarnya, Miya tidak tahu mengapa dirinya datang ke sini malam ini.Dari awal hingga akhir, tidak ada satu pun dari Keluarga Purnomo yang menanggapi keberadaannya, Keluarga Tambunan pun begitu.Sekarang, melihat Lily menimbulkan rasa canggung yang besar.Mengingat sindiran dan sikap merendahkan yang pernah dia tunjukkan kepada Lily, kata-kata sombong yang pernah diucapkannya, Miya merasa sangat malu.Miya tidak berani membayangkan bagaimana dunia akan mengejek dan mencemooh dirinya jika mereka tahu identitas Lily.Lily juga merasakan kecanggungan Miya dan tertawa dingin.Lily tidak punya simpati untuk wanita seperti ini.Saat berjalan melewati Miya, dia menatapnya dengan sombong.Miya merasa tercekik. Di masa lalu, dia memperlakukan Lily seperti itu juga dan sekarang dirinya harus menahan sikap sombong Lily. Miya h
Read more

Bab 226 Kamu Seharusnya Sadar Diri

Saat tiba di depan pintu ruang kerja Tuan Besar Frans, Jimmy berhenti dan berkata, "Ayahku menunggumu di dalam.""Kamu tidak masuk?" tanya Miya."Dia hanya ingin bertemu denganmu," balas Jimmy."Jimmy ...." Miya benar-benar gugup."Bicaralah apa adanya," ucap Jimmy, "Dia tidak akan menyakitimu."Miya menarik napas dalam-dalam.Meskipun ini pertama kalinya datang ke rumah Keluarga Purnomo, Miya tahu aturan Keluarga Purnomo dan sadar dia tidak akan bisa menolak undangan ini.Dia hanya bisa mengetuk pintu dan masuk.Di dalam ruang kerja, Kakek Frans duduk di meja sambil minum teh.Setelah Miya masuk, pintu langsung ditutup.Miya melihat Kakek Frans dengan hati-hati dan memberanikan diri menyapa, "Paman."Dia memanggilnya sesuai dengan status Jimmy."Duduklah," kata Frans sambil memberi isyarat kepada Miya.Miya segera duduk.Mungkin karena terlalu gugup, kakinya tanpa sengaja terbentur kursi kayu merah saat hendak duduk, menghasilkan suara yang menusuk telinga."Oh, maaf .... " Miya terli
Read more

Bab 227 Komedi Malam Hari

Setelah membuat kesepakatan.Miya keluar dari ruang kerja Tuan Besar Frans.Tuan Besar Frans menghela napas sambil menyeruput tehnya, "Dua pasangan terpisah dalam dua hari.""Nona Cintia wajib, tapi Nona Miya tidak," kata pengurus rumah, Agus Kurniadi. Setelah melayani Tuan Besar Frans selama bertahun-tahun, pengurus ini tentu saja memahami pikiran tuannya."Memanggil Nona Miya hari ini hanyalah sebuah uji coba, belum tentu akan menyarankan perpisahan. Hanya saja Nona Miya memang tidak bisa memenuhi standar Tuan Besar Frans."Sebenarnya, itu tidak ada hubungannya dengan Keluarga Halim dan skandal sebelumnya.Frans tersenyum samar, memang seperti itu.Jika Cintia dan Miya bertukar tempat, hasilnya akan berbeda.…Setelah keluar dari ruang kerja, Miya menangis begitu melihat Jimmy.Jimmy tentu saja tahu apa yang dilakukan ayahnya.Pertemuan tadi sudah dijelaskan dengan rinci, untuk menjadi bagian Keluarga Purnomo, harus melewati tes dari Tuan Besar. Tampaknya, Miya tidak memenuhi standar
Read more

Bab 228 Kamu Mau Menunggunya

Miya berpikir, masih banyak kesempatan.Sekarang berpisah, bukan berarti mereka tidak bisa bersama di masa depan.Miya setuju untuk berpisah sekarang hanya sebagai taktik perang, dia tidak pernah berpikir untuk menyerah begitu saja pada Jimmy!Mobil tiba di Vila Halim.Miya turun dari mobil."Aku memerlukan bantuanmu," ujar Jimmy tiba-tiba.Miya heran.Jimmy perlu bantuan dirinya?"Tentang identitas Lily, aku harap kamu bisa merahasiakannya."Miya langsung merasa kesal.Miya menganggap Lily sebagai musuh bebuyutannya, Miya merasa jengkel ketika Jimmy menyebut nama Lily."Jika terungkap, tidak ada untungnya juga untukmu," jelas Jimmy dengan tegas."Kamu menyukai Lily, ‘kan?" tanya Miya sambil menatap Jimmy dengan tajam.Ketika seorang wanita menghadapi saingan cinta, kecerdasannya meningkat secara signifikan."Tidak.""Kalau tidak suka, kenapa kamu begitu baik padanya?""Kami dari Keluarga Purnomo.""Lily tidak menganggapmu sebagai Keluarga Purnomo. Apakah kamu lupa bagaimana dia mencem
Read more

Bab 229 Tagar Populer

Sambil menyeruput kopi, Cintia menatap malam di luar jendela Kota Bandung.Dia tidak pernah meninggalkan kota ini.Kota Bandung sebesar ini, cepat atau lambat mereka pasti bertemu.Dia tidak bisa menghindarinya.Mau tidak mau, Samuel ingin bertemu dengannya dan itu adalah hal yang mudah.Mengapa Cintia harus bersikap keras kepala?"Baiklah, aku akan memberi tahu kakakku," ujar Lily sambil tersenyum ceria.Cintia benar-benar menyukai kepribadian Lily.Wanita itu tidak peduli dengan hal-hal kecil dan sangat ceria.Saat bersamanya, suasana hatinya seolah-olah akan menjadi lebih optimis."Sudah malam, istirahatlah lebih awal," ujar Cintia."Kamu juga. Kalau kamu terus-terusan bekerja keras seperti ini, tubuhmu pasti sudah sangat lelah. Sudah makan malam belum?" tanya Lily."Sudah," jawab Cintia."Jaga dirimu baik-baik, besok aku akan kembali menemanimu," ujar Lily"Ya," jawab Cintia.Lily menutup teleponnya dengan senang, lalu langsung pergi ke kamar Samuel.Di depan pintu kamar, ada beber
Read more

Bab 230 Pertemuan Saingan Cinta

Cintia mulai merasa bosan.Dia menelepon Paman John. "Paman John, halo, aku Cintia," sapa Cintia."Nona Cintia, halo, aku ada menyimpan nomor teleponmu. Ada yang bisa kubantu?" tanya Paman John dengan sopan."Hari ini akhir pekan, apa Erik ada di rumah?""Ada.""Boleh aku menjemputnya untuk menginap di tempatku semalam?" tanya Cintia.Lily tidak ada di rumah selama dua hari ini karena ada pekerjaan di kota lain."Nona Cintia, tunggu sebentar, aku akan tanyakan dulu," ujar Paman John dengan sopan."Tanya pada Samuel? Dia mungkin tidak bisa mengangkat teleponmu," kata Cintia dengan jujur."Bukan. Tuan Samuel pernah berpesan jika Nona Cintia ingin datang menjemput Tuan Muda Erikson, kapan saja boleh. Aku hanya ingin menanyakan Tuan Muda Erikson, sekarang dia sedang asyik dengan mainan lego, saat sedang fokus pada sesuatu, dia tidak ingin diganggu.""Baik, terima kasih banyak," ujar Cintia dengan ramah.Untuk beberapa kata yang diucapkan Paman John, Cintia memilih untuk mengabaikannya.Seb
Read more
PREV
1
...
2122232425
...
66
Scan code to read on App
DMCA.com Protection Status