Yang kedua adalah Miya selalu mengira bahwa dirinya adalah tokoh utama malam ini. Dia datang untuk bertemu dengan keluarga Jimmy. Namun, tidak ada satu orang pun dari Keluarga Purnomo yang menganggapnya. Perasaan tidak dihargai ini membuatnya sulit untuk menerimanya.Tentu saja, dia juga tidak berani menunjukkannya.Di depan orang-orang ini, untuk pertama kalinya dia merasa dirinya bukan apa-apa.Setelah percakapan singkat antara Frans dan Tobby, mereka pun masuk ke aula Keluarga Purnomo.Mereka langsung berjalan ke ruang makan yang mewah.Di sana ada meja perjamuan yang sangat besar. Satu per satu orang duduk sesuai prioritas.Para pelayan melayani mereka dari samping.Di meja makan, orang yang paling banyak mengobrol adalah Frans dan Tobby. Mereka berdua mengobrol banyak tentang kejadian masa lalu mereka, mereka mengobrol dengan sangat bahagia."Tadi malam, sebenarnya aku mau pergi menghadiri perayaan ulang tahun Grup Purnomo yang ke-60, tapi pada saat itu aku diatur untuk pergi ke J
Samuel dan Tobby saling berbincang-bincang.Kedua keluarga ini saling menghargai dan merasa senang satu sama lain.Satu-satunya orang yang marah hanya Lily. Saking marahnya, Lily sampai ingin melemparkan sendoknya dan pergi.Ketika teringat dengan Cintia …. Lily menyuruh dirinya untuk tetap tenang."Sekarang Lily sudah umur berapa?" Tobby tiba-tiba menyebut nama Lily.Lily langsung tersentak.Tampaknya, pada saat-saat seperti ini, tidak ada hal baik yang bisa diharapkan.Dengan sopan, Lily meletakkan sendoknya sambil tersenyum dan berkata, "Kakek Tobby, sebentar lagi aku sudah berumur 25 tahun.""Sudah lama tak bertemu kamu jadi makin cantik saja. Dengar-dengar kamu masuk industri hiburan, ya?""Nilaiku tidak terlalu bagus, jadi hanya bisa berakting." Lily menertawakan dirinya sendiri.Tobby tertawa karena perkataan Lily, kemudian dia berkata, "Banyak orang yang pandai belajar, tapi tidak banyak orang yang bisa berakting.""Kalau begitu, tolong Kakek Tobby bantu bujuk kakekku. Dia ter
Dia menarik kakaknya ke sudut halaman belakang Vila Purnomo yang agak gelap, kemudian berkata, "Kak, apa yang terjadi padamu dan Yulia?"Lily sangat marah, tetapi dia harus menurunkan suaranya.Sesekali, dia melihat ke arah ruang santai karena takut ada orang yang datang."Bagaimana kabarnya?" tanya Samuel dengan suara rendah.Tentu saja "dia" itu merujuk kepada Cintia.Lily berkata dengan marah, "Kamu masih bisa tanya kabarnya? Dua hari ini kamu menghilang tidak ada kabar, telepon juga tidak bisa dihubungi. Menurutmu bagaimana keadaannya? Dia terus berpura-pura kuat, kalau tidak apakah dia harus menangis terus?""Ponselku diambil Kakek dan aku juga terus diawasi Kakek," kata Samuel."Sudah kubilang Kakek ini memang licik. Jadi sekarang apa yang harus kita lakukan? Apakah kamu benar-benar akan menikahi Yulia? Kamu tidak mempermainkan Cintia, bukan?" tanya Lily.Tatapan Samuel membuat Lily langsung terdiam.Kakaknya tidak mungkin melakukan hal seperti itu!"Bagaimana kalau kamu meminjam
Miya juga melihat Lily di pintu masuk.Saat ini, Jimmy dipanggil oleh Tuan Besar Frans dan meminta Miya untuk menunggu sebentar di dalam kamar sebelum mengantarnya pulang.Sebenarnya, Miya tidak tahu mengapa dirinya datang ke sini malam ini.Dari awal hingga akhir, tidak ada satu pun dari Keluarga Purnomo yang menanggapi keberadaannya, Keluarga Tambunan pun begitu.Sekarang, melihat Lily menimbulkan rasa canggung yang besar.Mengingat sindiran dan sikap merendahkan yang pernah dia tunjukkan kepada Lily, kata-kata sombong yang pernah diucapkannya, Miya merasa sangat malu.Miya tidak berani membayangkan bagaimana dunia akan mengejek dan mencemooh dirinya jika mereka tahu identitas Lily.Lily juga merasakan kecanggungan Miya dan tertawa dingin.Lily tidak punya simpati untuk wanita seperti ini.Saat berjalan melewati Miya, dia menatapnya dengan sombong.Miya merasa tercekik. Di masa lalu, dia memperlakukan Lily seperti itu juga dan sekarang dirinya harus menahan sikap sombong Lily. Miya h
Saat tiba di depan pintu ruang kerja Tuan Besar Frans, Jimmy berhenti dan berkata, "Ayahku menunggumu di dalam.""Kamu tidak masuk?" tanya Miya."Dia hanya ingin bertemu denganmu," balas Jimmy."Jimmy ...." Miya benar-benar gugup."Bicaralah apa adanya," ucap Jimmy, "Dia tidak akan menyakitimu."Miya menarik napas dalam-dalam.Meskipun ini pertama kalinya datang ke rumah Keluarga Purnomo, Miya tahu aturan Keluarga Purnomo dan sadar dia tidak akan bisa menolak undangan ini.Dia hanya bisa mengetuk pintu dan masuk.Di dalam ruang kerja, Kakek Frans duduk di meja sambil minum teh.Setelah Miya masuk, pintu langsung ditutup.Miya melihat Kakek Frans dengan hati-hati dan memberanikan diri menyapa, "Paman."Dia memanggilnya sesuai dengan status Jimmy."Duduklah," kata Frans sambil memberi isyarat kepada Miya.Miya segera duduk.Mungkin karena terlalu gugup, kakinya tanpa sengaja terbentur kursi kayu merah saat hendak duduk, menghasilkan suara yang menusuk telinga."Oh, maaf .... " Miya terli
Setelah membuat kesepakatan.Miya keluar dari ruang kerja Tuan Besar Frans.Tuan Besar Frans menghela napas sambil menyeruput tehnya, "Dua pasangan terpisah dalam dua hari.""Nona Cintia wajib, tapi Nona Miya tidak," kata pengurus rumah, Agus Kurniadi. Setelah melayani Tuan Besar Frans selama bertahun-tahun, pengurus ini tentu saja memahami pikiran tuannya."Memanggil Nona Miya hari ini hanyalah sebuah uji coba, belum tentu akan menyarankan perpisahan. Hanya saja Nona Miya memang tidak bisa memenuhi standar Tuan Besar Frans."Sebenarnya, itu tidak ada hubungannya dengan Keluarga Halim dan skandal sebelumnya.Frans tersenyum samar, memang seperti itu.Jika Cintia dan Miya bertukar tempat, hasilnya akan berbeda.…Setelah keluar dari ruang kerja, Miya menangis begitu melihat Jimmy.Jimmy tentu saja tahu apa yang dilakukan ayahnya.Pertemuan tadi sudah dijelaskan dengan rinci, untuk menjadi bagian Keluarga Purnomo, harus melewati tes dari Tuan Besar. Tampaknya, Miya tidak memenuhi standar
Miya berpikir, masih banyak kesempatan.Sekarang berpisah, bukan berarti mereka tidak bisa bersama di masa depan.Miya setuju untuk berpisah sekarang hanya sebagai taktik perang, dia tidak pernah berpikir untuk menyerah begitu saja pada Jimmy!Mobil tiba di Vila Halim.Miya turun dari mobil."Aku memerlukan bantuanmu," ujar Jimmy tiba-tiba.Miya heran.Jimmy perlu bantuan dirinya?"Tentang identitas Lily, aku harap kamu bisa merahasiakannya."Miya langsung merasa kesal.Miya menganggap Lily sebagai musuh bebuyutannya, Miya merasa jengkel ketika Jimmy menyebut nama Lily."Jika terungkap, tidak ada untungnya juga untukmu," jelas Jimmy dengan tegas."Kamu menyukai Lily, ‘kan?" tanya Miya sambil menatap Jimmy dengan tajam.Ketika seorang wanita menghadapi saingan cinta, kecerdasannya meningkat secara signifikan."Tidak.""Kalau tidak suka, kenapa kamu begitu baik padanya?""Kami dari Keluarga Purnomo.""Lily tidak menganggapmu sebagai Keluarga Purnomo. Apakah kamu lupa bagaimana dia mencem
Sambil menyeruput kopi, Cintia menatap malam di luar jendela Kota Bandung.Dia tidak pernah meninggalkan kota ini.Kota Bandung sebesar ini, cepat atau lambat mereka pasti bertemu.Dia tidak bisa menghindarinya.Mau tidak mau, Samuel ingin bertemu dengannya dan itu adalah hal yang mudah.Mengapa Cintia harus bersikap keras kepala?"Baiklah, aku akan memberi tahu kakakku," ujar Lily sambil tersenyum ceria.Cintia benar-benar menyukai kepribadian Lily.Wanita itu tidak peduli dengan hal-hal kecil dan sangat ceria.Saat bersamanya, suasana hatinya seolah-olah akan menjadi lebih optimis."Sudah malam, istirahatlah lebih awal," ujar Cintia."Kamu juga. Kalau kamu terus-terusan bekerja keras seperti ini, tubuhmu pasti sudah sangat lelah. Sudah makan malam belum?" tanya Lily."Sudah," jawab Cintia."Jaga dirimu baik-baik, besok aku akan kembali menemanimu," ujar Lily"Ya," jawab Cintia.Lily menutup teleponnya dengan senang, lalu langsung pergi ke kamar Samuel.Di depan pintu kamar, ada beber
Hanya dengan melihatnya saja semua orang sudah tahu bahwa gelang ini tak ternilai harganya. Ini juga sejenis harta karun yang tak ternilai.Tidak mungkin dapat Cintia terima."Ini tidak ada hubungannya dengan Natasya. Kamu baru saja pulang kembali ke Keluarga Anggono. Ini adalah pertemuan pertama kita dan ini adalah hadiah dari Nenek. Tak perlu malu-malu. Kalau kamu masih tak mau menerimanya, aku pasti akan marah," ujar Nyonya Besar Ria dengan sengaja."Kak Cintia, jangan sungkan. Ini adalah niat baik dari nenekku, kamu ambil saja." Natasya yang berada di samping Nyonya Besar Ria melanjutkan omongannya, "Gelang ini sebenarnya kami pilih dari kotak perhiasan gelang giok nenek untuk waktu yang cukup lama. Leon dan aku merasa ini cocok untukmu, coba kamu pakai dan lihatlah."Cintia benar-benar tidak ingin berutang budi kepada siapa pun."Cintia, karena Nenek Ria yang memberikannya padamu, kamu ambil saja," sebut Tuan Besar Ricky yang berada di sampingnya.Cintia tidak punya pilihan selai
"Kamu tak mau pulang?" Cintia mengangkat alis matanya."Bukan itu, hanya saja ...."Hanya saja karena Leon, 'kan?Karena Erikson berpikir Leon adalah papinya, jadinya Erikson ingin menghabiskan lebih banyak waktu dengan Leon.Cintia bahkan mulai meragukan apakah Erikson sebenarnya pergi mencari Leon hari ini.Terpikirkan akan kemungkinan ini, Cintia semakin kukuh dengan pendiriannya dan berencana untuk meninggalkan Kota Jakarta. "Oke." Erikson berkompromi.Bagaimana pun juga, Mami sudah tidak suka Papi lagi.Papi memang sudah keterlaluan.Kemarin, dia masih bisa melihat muka Mami, kemudian pergi melindungi perempuan lain dan memarahi Mami. Mami membencinya, pasti begitu."Mami, aku akan kembali tidur. Selamat tidur.""Selamat tidur."Erikson kembali ke kamarnya.Dia melihat hasil tes DNA yang berada di meja dan ingin menunjukkannya kepada Maminya.Hari ini, hanya demi kertas hasil tes DNA ini, Erikson sudah menghabiskan waktunya seharian. Namun sekarang, itu sudah tidak berguna lagi
"Oh, begitu." Keraguan Laura terhapuskan.Dalam kehidupan Cintia, selain Erikson, hanya ada Erikson.Apa pun yang Erikson mau, sudah pasti tidak akan Cintia tolak. "Omong-omong, aku sudah mulai sedikit merindukan Erik." Lily tiba-tiba mengirimkan pesan itu."Apa kamu mau menemuinya? Dia sudah tumbuh menjadi seorang pria ganteng, tinggi badannya juga kurang lebih sama denganku." Cintia berinisiatif untuk mengundang teman-temannya."Lupakan saja, kita bicarakan lagi sewaktu aku sudah mapan." Lily menolak ajakan itu dan melanjutkan mengirim pesan, "Dulunya aku hidup dengan glamor, aku tak bisa membiarkan Erik berpikir aku sudah tidak sesuai lagi. Apa pun yang kuperbuat, juga tidak terlalu rendah dari yang Tammy miliki, 'kan?""Kamu masih saja peduli dengan keberadaan Tammy," sela Laura."Omong kosong, memangnya kamu tidak? Aku hanya menerima ujian yang diberikan pencipta padaku. Tunggu aku sampai berhasil, namaku pasti akan melejit sampai ke langit."Cintia tidak bisa menahan dirinya unt
Erikson baru kembali pulang rumah larut malam.Kalau bukan karena panggilan yang terus terhubung, Cintia sudah pasti akan mengira Erikson telah diculik."Kamu pergi bermain ke mana, kenapa sangat lama?" Cintia bukan sedang menyalahkan Erikson.Cintia juga tidak akan menyalahkan Erikson.Cintia hanya merasa penasaran. Erikson selalu patuh dengan ibunya, tetapi setelah tahu kalau Erikson sudah terlalu lama jauh dari ibunya, tentu ibunya akan menjadi sangat khawatir, tetapi Erikson tetap memilih untuk pulang larut malam. Erikson lantas melihat Cintia, tidak mengatakan apa pun.Erikson masih belum sempat menjawab."Sudah pulang saja sudah bagus. Erik, lain kali harus pulang lebih awal, ya. Mami-mu hampir mau menelepon polisi, loh," canda Tuan Besar Ricky."Iya, Kakek Buyut," ujar Erikson sembari menganggukkan kepalanya."Kamu pasti lapar, ya. Mari kita makan malam." Tuan Besar Ricky menarik tangan Erikson dengan hangat dan pergi berjalan ke meja makan.Erikson berbalik dan melihat pada Ci
Leon melihat ke arah Cintia dan melihat raut wajah Cintia yang sama sekali tidak memedulikannya.Sebelumnya, Leon selalu merasa mungkin Cintia memiliki udang di balik batu terhadap dirinya sendiri.Kalau dilihat-lihat kembali sekarang, Cintia benar-benar tidak punya niat yang lain juga. Cintia bahkan tampak seperti ingin menjauh dari Leon. Leon pun menelan ludahnya dan berkata, "Hati-hati di jalan."Leon dan Cintia juga benar-benar bertemu karena kebetulan saja.Tidak ada alasan kenapa mereka harus saling terlibat di kehidupan satu sama lain. Cintia mengangguk ringan, kemudian masuk ke dalam sedan Willy dan pergi. Di dalam mobil, Willy mengambil inisiatif untuk mulai berbicara, "Kenapa kamu tak membiarkan Leon meminta maaf?""Karena aku tahu dia itu orang yang tak punya perasaan. Untuk apa melihatnya meminta maaf?" ucap Cintia yang sedang bersandar di kursi mobil sambil melihat pemandangan di luar jendela."Apa kamu tidak menyimpan perasaan yang lain … kepada Leon?" Willy mengataka
Leon menggigit bibirnya dengan ringan dan masih tidak mengatakan apa-apa."Benar, dia memang benar-benar terlalu khawatir denganku. Kalau tidak, dia juga takkan langsung menyerangmu karena dia tak tahu situasi sebenarnya. Leon biasanya bukan orang yang seperti itu," Natasya menjelaskan kepada Leon.Tampaknya, Natasya memang benar-benar ingin meredakan konflik antara Leon dan Cintia.Sebenarnya, tidak seorang pun tahu kalau Natasya sedang memamerkan hubungan yang dirinya miliki dengan Leon. Namun, karena Natasya dapat mengalirkan perasaannya itu dengan secara alami, orang-orang pun tidak merasa gusar dengan sikapnya itu."Orang-orang akan bersikap seperti itu kepada orang yang mereka sayangi." Cintia mengamini ucapan Natasya.Cintia juga merasa cukup jika permasalahannya sudah diselesaikan. Cintia sebenarnya juga tidak membutuhkan permintaan maaf apa pun. Benar-benar, sungguh-sungguh tidak memerlukan hal demikian. Karena ini bukanlah masalah yang begitu besar. "Jangan khawatir, Kak
Leon pun masuk ke dalam ruangan.Saat ini, Willy juga ikut terbangun karena suara bising.Willy juga tipe orang yang sangat mudah terbangun.Willy lantas melihat selimut yang ada di tubuhnya, kemudian melihat Cintia dan bertanya, "Sudah berapa lama aku tertidur?""Belum sampai sepuluh menit." Cintia merasa sedikit tidak berdaya.Cintia juga merupakan penderita insomnia kronis. Dia sangat paham betapa tidak nyamannya ketika tiba-tiba terbangun. Willy sendiri tidak terbangun dengan rasa marah karena kantuk, dia hanya meregangkan pinggangnya sambil mengatakan, "Aku sebenarnya tak kelelahan. Aku tak tahu kenapa aku bisa tertidur. Selimut ini, kamu yang berikan, ya?""Hanya kebiasaanku.""Oke."Willy senyum ringan.Cintia sangat takut untuk memberi tahu Willy bahwa sebenarnya Cintia sendiri juga bersikap baik kepada Willy!Sama persis seperti bibinya Willy."Masuklah."Leon tiba-tiba keluar dari dalam ruangan."Natasya ingin bertemu denganmu.'""Akhirnya dia terbangun juga," ujar Willy den
"Aku akan menemanimu." Willy memperjelas arah keberpihakannya.Willy berharap agar Cintia pergi.Namun, dia juga takkan membiarkan Cintia diperlakukan secara tidak adil."Tak perlu. Kamu sudah terjaga sepanjang malam tadi. Untuk hari ini, istirahat saja dulu.""Energiku masih banyak. Ayo, pergi."Cintia sempat ragu-ragu sebentar, pada akhirnya tidak menolak tawaran Willy.Willy sendiri ingin menyelesaikan masalah ini dengan baik-baik. Lagi pula, Willy adalah cucu tertua dari keluarganya dan memiliki kewajiban untuk membantu ayahnya. Kakeknya juga bertanggung jawab untuk menyelesaikan segala perkara besar dan kecil dalam keluarga. Di sisi lain, Willy juga ingin agar Cintia tahu bahwa Willy akan selalu berada di samping Cintia dan menjadi pelindungnya.Sebenarnya, Cintia sungguh tidak tahu mengapa Willy memperlakukan dirinya dengan begitu baik.Benar. Sekarang, Cintia memiliki reputasi yang besar dan sumber daya keuangan yang kuat di dunia luar, tetapi Cintia benar-benar berpandangan bah
"Jangan khawatir, aku pasti akan tumbuh tinggi." "Ya." Erikson pun mengangguk. "Aku pasti lebih tinggi dari Leon.""…."Ya, itu tidak perlu.Kalau lebih tinggi dari Leon, itu berati tinggi Erikson akan lebih dari 1,9 meter, bagaimana bisa lebih mudah menemukan jodoh?Setelah Erikson pergi.Cintia pun melepas penyamarannya.Hari ini sungguh, bukan hari yang menyenangkan.Dini hari berikutnya.Ada ketukan di pintu kamar Cintia.Cintia pun membuka pintu.Willy telah berdiri di depan pintu, wajahnya agak lelah.Bagaimana bisa ke rumah sakit, jika kamu jam segini baru pulang?Bagaimana dengan Natasya?Willy berkata, sambil minta maaf, "Maaf, telah membangunkanmu pagi-pagi sekali."Willy tidak mengetahui kalau Cintia menderita insomnia.Beberapa hari ini, di rumah Keluarga Anggono, Cintia selalu lupa membeli obat tidur.Sehingga, beberapa malam belakangan ini, Cintia hampir tidak tidur.Sebenarnya, tidak bisa dikatakan telah membangunkan."Bagaimana kabar Natasya?" Cintia berkata dengan lug