All Chapters of Istri yang Tak Kau Percaya Ternyata Kaya Raya: Chapter 101 - Chapter 110

360 Chapters

Bab 101. Dia Putri Kita

"Apaa? Menikah? Tidak. Mereka tidak boleh menikah. Pastikan agar mereka tidak jadi menikah hari ini!" Maira terduduk lemas di kursi kebesaran yang ada di ruang presdir Eternal Group. Tubuhnya gemetar dengan pandangan kosong pada langit-langit. "Ya Tuhan. Apa yang harus aku lakukan. Jika benar Analea putriku, pernikahan mereka tidak akan sah. Karena wali Analea masih hidup. Analea masih memiliki Ayah. Aku tidak boleh membirkan mereka menjalani pernikahan itu sebelum adanya bukti tentang dugaanku selama ini." Pikiran Maira terus berkecamuk. Ia terus berpikir mencari cara untuk mencari jawaban atas keresahannya selama ini tanpa diketahui Rein dan Analea. Ia akan mengatakan pada mereka jika memang terbukti bahwa Analea adalah putrinya.Tapi bagaimana caranya? Maira masih gelisah. Beberapa kali ia menghela napas berat. Sesaat ia berdiri, lalu melangkah kesana dan kemari. Terus berpikir mencari jalan keluar. Beberapa menit kemudian, ia menarik napas panjang dan meraih ponselnya. "Hallo
last updateLast Updated : 2023-12-19
Read more

Bab 102. Rencana yang tertunda

"Pak Rein ...!" Analea dan Fabian yang sedang duduk di hadapan penghulu, wali hakim dan saksi, spontan berdiri dan menoleh ke arah pintu. Suara hantaman pintu yang cukup keras pada dinding membuat semua orang yang ada di ruangan itu menoleh dan terpekik. Rein menggandeng tangan Maira dan melangkah masuk ke dalam ruangan. "Ada apa ini?" Ada apa?" Terdengar suara pak penghulu dan lainnya yang berada.di sekitar meja itu. Mereka berdiri dan memandang ke arah Rein dan Maira yang semakin mendekat. "Bu Maira ... Ya, Tuhan ..." Analea kembali terkejut melihat kehadiran Maira. Ia semakin merasa bersalah. "Maaf, saya Rein dan ini istri saya Maira. Kami minta maaf. Kami mohon agar pernikahan ini ditunda. Karena ..." Kalimat Rein terhenti, pria itu menoleh pada Maira. Ia masih ragu untuk mengatakan hal yang sebenarnya. "Maaf, Pak penghulu dan bapak-bapak lainnya. Pernikahan ini sebaiknya ditunda dulu. Karena ... kemungkinan wali dari pengantin wanita masih hidup. Jika pernikahan ini tetap
last updateLast Updated : 2023-12-21
Read more

Bab 103. Sesakit Ini Rasanya

"Saya mohon jangan pergi!" Tangan kekar Rein mencekal lengan Analea lebih erat. "Tapi, Pak ..." "Saya mau bicara." Rein menatap Analea begitu lekat dengan tatapan memohon. Analea diam sejenak, lalu kembali bicara. "Bapak mau bicara apa? Tapi tolong lepaskan tangan saya!" ujar Analea dingin. "Baiklah." seketika Rein melepaskan cengkraman tangannya. Sejurus kemudian Analea duduk kembali di kursi taman itu, diikuti oleh Rein yang kini berada di sebelahnya. "Ana, saya minta maaf. Selama ini sikap saya ... mungkin ... kurang berkenan di hatimu. Saya ... sudah menyinggung perasaanmu." Rein memandang Analea lebih intens. Kamu mau, kan, maafin, saya?" Analea mengangguk cepat. Ia hanya ingin segera pergi dari sana. Ada rasa yang tertahan dari dalam dirinya. Ia tak ingin Rein mengetahui hal itu. "Saya sudah maafin Bapak. Jadi, biarkan saya pergi." Analea berdiri lagi dan mulai melangkah mundur. Kali ini Rein tak bisa lagi mencegah kepergian Analea. Ia menatap punggung ramping Analea y
last updateLast Updated : 2023-12-22
Read more

Bab 104. Test DNA

"Mari Pak Rein, Bu Maira! Mobil yang akan mengantar kita ke bandara sudah datang." Fabian melirik arlojinya dan bergegas melangkah menuju lobi utama hotel. Analea berjalan anggun di sebelahnya. Sementara Maira dan Rein mengikuti di belakang mereka. Rein yang berada tepat di belakang Analea seketika terpukau melihat cara jalan Analea yang begitu anggun dan berwibawa. Kemudian tanpa sadar ia menoleh pada Maira yang sedang melangkah di sampingnya. Sesaat ia terkesiap karena mereka begitu mirip. Lagi-lagi Rein merutuki dirinya. Kenapa baru sekarang ia menyadari kemiripan itu. Fabian memilih duduk di kursi depan bersama supir. Analea membuka pintu geser mobil alphard yang menjemput mereka dan memilih untuk duduk di kursi belakang. Sedangkan Maira dan Rein duduk di kursi tengah. Selama berada di dalam mobil mereka berbicara hanya seperlunya saja. Sampai tiba di bandara hingga naik ke pesawat, Analea lebih banyak menyendiri. Ia juga tidak banyak bicara dengan Fabian, walau duduk bersebela
last updateLast Updated : 2023-12-24
Read more

Bab 105. Pertemuan Tak Terduga

"Ikutlah dengan kami, Ana ...!" Maira semakin mempererat lingkaran tangannya pada lengan Analea. "Ibu mohon ... !" lanjut Maira lagi Analea tidak mungkin menolak Maira. Wajah wanita paruh baya itu sangat berharap. Analea tidak kuasa mengecewakan wanita yang sejak lama ia kagumi itu. "Baiklah, Bu. Kak Bian, aku ikut Bu Maira dan Pak Rein." Fabian mengangguk. Sedangkan Elkan tersenyum karena sudah bisa membaca situasi dan mengetahui permasalahan yang ada. Dua pria tampan beda usia itu memandang Analea masuk ke dalam mobil yang telah menjemput Maira dan Rein. Analea duduk tepat di sebelah Maira. Sedetik kemudian Analea terkejut karena Rein ikut masuk dan duduk di sebelahnya. Analea gugup karena saat ini ia diapit oleh sepasang suami istri itu. Ia pikir Rein akan duduk di depan di samping supir. Tapi ternyata tidak. Diam-diam ia merasakan sebuah kehangatan yang seumur hidupnya belum pernah ia rasakan. Fabian dan Elkan masih berdiri hingga mobil yang membawa Rein tak terlihat lagi. "
last updateLast Updated : 2023-12-25
Read more

Bab 106. Berita mengejutkan

"Astaga! Kenapa aku jadi tidak tenang begini? Perasaanku tidak enak." Beberapa saat setelah kepergian Ratu, Alif terus gelisah. Pikirannyabterus tertuju pada Ratu. Apalagi ia melihat kondisi Ratu yang tidak memungkinkan untuk menyetir sendiri. "Anak itu lagi mabuk. Bisa-bisa dia ... Astaga! Aku harus menyusulnya. Tetapi ..., dia pasti ke Jakarta lewat pintu tol yang ada di depan sana." Alif memijit pelipisnya. Perasaannya seperti tidak karuan. Baru kali ini ia merasakan kegelisahan yang begitu dalam. "Sumi, kamu ada di mana, sih, sebenarnya?" Alif memandang layar ponselnya, juga terus berpikir kemana perginya istri sirinya itu. Sumi sama sekali tidak menjawab ponselnya. Pesannya juga hanya dibaca saja tanpa dibalas. "Pak, apa di sini ada orang yang bisa menyewakan mobil?" Alif bangkit dan bertanya pada pemilik warung. "Ada, Bang. Di belakang warung ini ada mobil bak angkut barang yang sering disewa-sewain. Yang punya mobil ngontrak di situ juga." Mendengar jawaban bapak pemilik
last updateLast Updated : 2023-12-26
Read more

Bab 107. Kecocokan Darah

"Rein ... Rein ... bagaimana? Apa benar Ratu kecelakaan?" Maira panik melihat wajah Rein memucat. Ia menggenggam tangan suaminya dan ikut menjatuhkan tubuhnya ke sofa. "Rein ..." suara Maira makin pelan, ia melihat kekhawatiran yang mendalam dari wajah suaminya. Beberapa kali Rein mengusap kasar wajahnya. Tenggorakan Rein tercekat. Ia tak mampu bicara. Beberapa detik kemudian pria berperawakan bule itu menghela napas berat, lalu mulai bicara pada Maira. "Ya, Ratu kecelakaan. Sebaiknya kita segera ke rumah sakit." Rein perlahan bangkit berdiri. Ia memaksakan diri agar terlihat tenang di depan Maira dan semua orang. "Astaga Ratu ...," lirih Maira tak kalah panik. Dadanya tiba-tiba terasa sesak dan nyeri. Terlintas dibenaknya bahwa belakangan ini Maira sering berbeda pendapat hingga terjadi keributan dengan putrinya itu "Sumi, ambilkan tas saya! Lalu katakan pada Pak Pardi agar segera siapkan mobil!" lanjut Maira kembali berdiri, lalu mondar-mandir di ruangan itu. "Iy-iyaa, Bu." Su
last updateLast Updated : 2023-12-26
Read more

Bab 108. Kekhawatiran Sumi

"Rein, Rein, tunggu ...!" Maira bergegas menyusul suaminya yang telah melangkah lebih dulu mengikuti perawat. "Rein, kamu sadar nggak sih, kalau hasil darah kita nggak cocok dengan Ratu. Itu artinya dia bukaaan ..." Seketika langkah Rein terhenti. Wajahnya menegang dengan pandangan matanya tajam pada Maira. "Bukan apa? Kamu mau bilang kalau Ratu bukan anak kandung kita? Maira, disaat Ratu sedang kritis seperti ini kamu masih memikirkan siapa anak kandung dan bukan? Ibu macam apa kamu?" Maira tersentak mendengar ucapan Rein. Suaminya itu bicara pelan, namun dengan penuh penekanan dan tatapan yang begitu dingin. Dada Maira terasa sesak. Baru kali ini Rein bicara dengan kalimat sedikit kasar padanya. Namun, wanita itu tak ingin emosinya terpancing. Ia berusaha memahami perasaan Rein saat ini. Suaminya itu memang sangat menyayangi Ratu. Maira menghirup udara banyak-banyak demi mengurangi rasa sesak itu. Lalu mulai menyusul Rein lagi yang kembali melanjutkan langkahnya. "Bukan itu m
last updateLast Updated : 2023-12-30
Read more

Bab 109. Bertemu Sumi

Tak terasa hari sudah pagi. Alif baru saja terjaga, semalaman ia tidur di kursi ruang tunggu pasien yang berada di sekitar lorong. "Dimana kamu sebenarnya sekarang, Sumi? Apa kamu nggak takut ketemu Bang Begenk dan kamu akan ditagih utang sama preman brengsek itu?" Alif kembali memandang layar ponselnya. Menarik napas panjang berkali-kali. Lalu pria gondrong itu membuka dompetnya. Hatinya miris melihat isi dompet lusuh itu tinggal lima ribu rupiah. Uang dari Mela sudah habis. Bahkan ia belum mengembalikan mobil bak yang ia sewa. Biasanya Sumi akan memberinya uang jika dompetnya kosong. Lagi-lagi Alif menghela napas panjang. Sejak semalam ia bahkan belum makan. Pagi ini ia janji akan mengembalikan mobil itu pada pemiliknya. Alif bangkit berdiri, lalu berjalan menuju lobi utama rumah sakit. Namun saat tiba di lobi, ia melihat seorang pria dan wanita berjalan bergandengan, hingga langkah Alif terhenti. "Bukankah itu calon suaminya Ratu? Kurang ajar! Kenapa dia malah menggandeng pere
last updateLast Updated : 2023-12-30
Read more

Bab 110. Pengakuan Alif

"Ya Tuhan, apa itu benar suara Bang Gondrong yang panggil-panggil aku barusan? Aku enggak berani nengok, kalau memang benar Bang Gondrong, bisa kacau nantinya. Dia pasti akan ganggu aku terus." Sumi berjalan tergesa-gesa menuju kamar VVIP. Sesekali ia menoleh ke belakang, khawatir ada yang mengikuti. "Ada apa, Mbak Sumi? Kenapa seperti orang ketakutan gitu? Ada yang kejar?" Saat tiba di depan ruang rawat Ratu, Maira terheran melihat wajah Sumi memucat dan napas terengah-engah. "Oh, engg ... enggak, Bu. Tadi ... saya ketemu orang nggak waras di kantin. Makanya ... saya buru-buru," sahut Sumi tergagap dan terpaksa berbohong. "Ya sudah, Mbak Sumi istirahat saja. Saya mau ke kantor. Tolong jaga Ratu dengan baik. Jangan diambil hati kalau dia bicara kasar. Lakukan saja tugas Mbak Sumi dengan benar!" Maira kembali masuk dan meraih tas cangklongnya. Ia harus ke kantor hari ini. Kaisar pulang dan dia akan bicara dengan putranya itu atas semua yang terjadi dalam beberapa hari ini. "Bapak j
last updateLast Updated : 2023-12-31
Read more
PREV
1
...
910111213
...
36
DMCA.com Protection Status