Home / Romansa / Menjadi Istri Dadakan Presdir Tampan / Chapter 121 - Chapter 130

All Chapters of Menjadi Istri Dadakan Presdir Tampan: Chapter 121 - Chapter 130

298 Chapters

Bab 121 - Perang Berita

“Kalau begitu, maukah kamu membantuku lagi?” Alis Nicholas terangkat satu saat mendengar pertanyaan itu. Sekalipun terdengar mencurigakan, keponakan Kaisar Rahardja tersebut sama sekali tidak ragu saat menyanggupi pertanyaan Friska, sosok wanita yang baru saja ia kenal–yang tampaknya lebih tua darinya tersebut. “Oke.” Friska tertawa kecil. “Kamu tidak perlu waktu berpikir?” tanyanya. “Aku bahkan belum menjelaskan.” Nicholas mengangkat bahu. “Tampaknya menarik,” balas pria yang lebih muda dari Friska itu. “Dan menantang.” Jeda sejenak. “Sekaligus bisa membuatku mengenalmu lebih jauh.” Dengusan menjadi respons dari Friska atas ucapan terakhir Nicholas. Namun, gadis itu tidak berkomentar banyak. Ia tidak ada pilihan lain selain rencana gila ini. “Kalau begitu, ikut aku, Nic.” Sementara Friska menarik Nicholas pergi, di tempat lain, Embun tengah mengurus semua berkas-berkas terkait skandal yang menimpa dirinya. Wanita berambut sebahu itu berniat melakukan klarifikasi terkait semua p
last updateLast Updated : 2024-04-02
Read more

Bab 122 - Kaisar Turun Tangan

“Kamu sudah lacak sumbernya?” Kaisar sedang berada di kantornya, di balik meja kerja. Di hadapannya, Satria, asisten pribadinya, sedang berdiri menghadap sang atasan dengan raut wajah kaku yang sering diartikan orang-orang sebagai ekspresi profesionalnya saat bekerja. “Sudah, Pak,” ucap Satria sembari mengangguk. “Berita-berita itu, sekalipun diterbitkan oleh banyak wartawan di berbagai platform, kami menduga bersumber dari satu titik yang sama.” “Hm.” Kaisar kembali menatap ke arah layar monitornya, yang tengah menampilkan sebuah portal berita, dengan artikel mengenai Embun di hadapan. Sekalipun, Kaisar tidak meragukan sang istri melakukan perbuatan-perbuatan seperti yang tengah diberitakan. Namun, pengemasan artikel-artikel berita yang ada menampilkan Embun seperti sosok malaikat tanpa dosa–yang mana sangat berlebihan. Nyaris mustahil untuk dipercaya. Pada awalnya, suami Embun tersebut menduga bahwa sang istri sedang berusaha mengubur berita-berita negatif dengan menaikkan pe
last updateLast Updated : 2024-04-03
Read more

Bab 123 - Jika Saja

“Siapa…?”Embun menunggu jawaban sang asisten, karena memang belakangan ini banyak sekali yang mencarinya. Mulai dari wartawan hingga pihak-pihak yang sengaja ingin merugikannya. Asistennya sejauh ini sudah melakukan tugasnya dengan baik dengan memfilter tamu yang datang, tapi tetap saja Embun harus memastikan.“Seorang pria yang cukup berumur, Bu,” ucap si asisten yang baru bekerja pada Embun sejak ia menikah dengan Kaisar. “Beliau pernah mengobrol dengan Ibu sebelumnya di sini.”Mendengar itu, Embun tampak lega. Keterangan dari sang asisten membuatnya teringat pada Papa Surya.“Maaf, saya ada tamu,” ucap Embun pada pengacaranya. Kebetulan, ia memang butuh melarikan diri dari pria tersebut.Namun, tampaknya si pengacara tidak mempermasalahkan hal tersebut. Ia mengangguk. “Kalau begitu, saya akan kembali lagi nanti sore ya, Bu,” katanya ringan.Embun mengantarkan pria tersebut ke keluar terlebih dahulu sebelum kemudian menyapa ayah mertuanya.“Papa,” ucapnya, kemudian mencium tangan s
last updateLast Updated : 2024-04-04
Read more

Bab 124 - Perkembangan Tak Terduga

Jika sebelumnya ia menerima … bantuan Kaisar, apakah kejadiannya tidak akan seperti sekarang? Sayangnya, kini Embun tidak akan tahu. Karenanya, Embun hanya tersenyum menanggapi ucapan ayah mertuanya. “Aku tahu, Papa,” ucapnya kemudian. “Semua pasti akan baik-baik saja.” Surya tersenyum, tampak sedikit lega usai Embun mengatakan hal tersebut. Pria itu menyentuh tangan Embun dan menepuk-nepuknya pelan. “Jangan lupa, Papa ada di pihak kamu ya,” kata Surya lagi. “Anak baik….” Mendengar itu, Embun tersenyum lebih lebar. Ada sedikit kelegaan saat ia menyaksikan sendiri dukungan dari ayah mertuanya. Ada satu orang lagi yang mendukungnya, sekalipun semua manusia di luar sana mengatakan bahwa Embun adalah seorang pebisnis kotor dan wanita yang mengambil segala kesempatan yang ada, serta seorang pembohong, orang-orang di dekatnya tidak berpikir demikian. “Terima kasih, Papa.” Surya mengangguk. Senyumnya menjadi lebih lebar, apalagi ketika Embun melemparkan topik lain dan memancingnya un
last updateLast Updated : 2024-04-06
Read more

Bab 125 - Tawaran Tepat Waktu

“Aku ingin menawarkan sesuatu untuk kamu yang pasti sedang pusing ini.” Sekali lagi, Embun melirik ke arah jam dinding, kemudian ke arah konter kasir. Hanya tersisa beberapa karyawan saja di sana, karena meskipun masih pukul sembilan malam, Kafe Senjakala yang sepi akibat ulah Aletta menjadi sebab utama kenapa Embun mengizinkan para karyawan pulang lebih awal. Jika ini berlangsung lebih lama, kemungkinan Embun harus memulangkan beberapa karyawan baru yang belum lama bekerja di sini, demi memangkas pengeluaran. Haruskah Embun pindah lokasi dan berganti nama kafe? Tapi jika demikian– “Bagaimana, Embun?” Pikiran Embun terputus saat Dion kembali memanggilnya. Ia membiarkan otaknya berkelana ke tempat lain meski hanya sebentar. “... Baiklah, Dion.” Embun akhirnya menyanggupi. “Saya masih punya waktu. Namun, tidak lama.” Bukan apa-apa. Embun mempertimbangkan ucapan Dion tadi, bahwa pria itu tetap akan mendatangi Embun jika memang Embun tidak ada waktu malam ini. Artinya, jika Embun
last updateLast Updated : 2024-04-07
Read more

Bab 126 - Jawaban Embun

“Selain itu, kamu bisa kabur sejenak dari rumitnya pemberitaan ibu kota ini.” Embun tertegun sejenak. Sejujurnya, ajakan Dion ini di luar ekspektasinya. Hal tersebut membuat Embun menimbang ulang penilaiannya terhadap penawaran dari pria tersebut. “... Tolong jelaskan lebih lanjut mengenai penawaranmu itu, Dion.” Pada akhirnya, Embun berkata. “Apa yang kamu maksud mentor?” Mendengar respons Embun tersebut, Dion menahan senyum puas miliknya agar tidak keluar. Pria itu tetap tampil tenang, seakan tidak ada perubahan berarti dalam dirinya. Normalnya, pria itu pasti akan berkomentar, “Apakah ini berarti aku bisa mengambil waktumu lebih banyak, Embun?” Namun, Dion tidak melakukannya karena itu akan membatalkan suasana yang telah dibangunnya dengan baik bersama Embun. Selain itu, mungkin saja Embun akan batal tertarik dengannya dan proyek yang sedang Dion tawarkan. Ia tidak mau itu. Dion ingin Embun ikut bersamanya. Karenanya, pria itu menahan segala komentar dan kata-kata menggoda
last updateLast Updated : 2024-04-08
Read more

Bab 127 - Proyek Apa, Embun?

“Hubungan ini adalah bisnis berdasarkan kontrak kerja. Jadi, seharusnya demikian, kan?” Embun tidak ingin melakukan kesalahan yang sama, pun terkesan jatuh ke dalam lubang yang serupa. Sebelumnya, Embun melakukan kerja sama atas rekomendasi Kaisar. Tidak ada yang salah dengan itu, tapi Embun menyadari bahwa sebelumnya, hanya karena Kaisar, ia tidak meninjau isi kontrak baik-baik dan langsung menandatanganinya. Selanjutnya, ia tidak boleh seperti itu. Ia tidak boleh memasrahkan dirinya sepenuhnya pada orang lain. Karena sekalipun orang-orang itu berada di pihaknya, Embun-lah yang harus bertanggung jawab atas semuanya. Satu kasus lain adalah di mana tanpa kontrak. Sekalipun itu hanyalah akal-akalan Aletta, Embun seharusnya lebih jeli lagi terhadap gerak-gerik pihak-pihak yang berkaitan dengan bisnis. Tidak ada yang gratis, ia harus menanamkan itu dalam dirinya. Orang yang ia kira bisa dipercaya, bisa saja menusuknya dari belakang sewaktu-waktu. Ia dan Rindang sudah mengalaminya d
last updateLast Updated : 2024-04-09
Read more

Bab 128 - Momen yang Diusahakan

“Proyek apa, Embun?” Pertanyaan Kaisar berdasar, karena beberapa hari ini, ia tidak mendengar apa pun terkait proyek baru Embun. Pun, jika Embun memiliki proyek dengan Asthana Hotel, sudah pasti Kaisar mengetahuinya. Apakah proyek mandiri? Dengan kafe? Sepertinya tidak juga. Jika iya, Kaisar pasti paling tidak mendapatkan laporan mengenai hal itu. Pria itu berpikir bahwa beberapa hari ini Embun sibuk dengan pengacara dan urusan kafenya, yang meskipun sudah Kaisar bantu, tapi ada beberapa hal yang butuh perhatian Embun. Karenanya, ia cukup terkejut dengan kabar baru ini. “Aku mendapatkan penawaran sebagai pekerja lepas sebagai pengajar kelas memasak,” jelas Embun. Ia berjalan menghampiri Kaisar yang duduk di sofa ruang tamu. Tidak sopan jika ia tetap berdiri di depan pintu, sementara sang suami mengajaknya bicara. “Hanya dua sampai tiga kali seminggu, meski lokasinya di luar kota. Tapi aku pikir, ini adalah tawaran baik. Sekalian aku mau menyegarkan pikiran.” Kaisar bergumam pela
last updateLast Updated : 2024-04-10
Read more

Bab 129 - Memancing Kemarahan

“Pak Kaisar. Kita harus segera ke perusahaan.”Kaisar menoleh pada sang asisten saat Satria mengatakan hal tersebut tepat ketika mereka baru turun dari pesawat pribadinya. Mereka baru saja kembali dari luar pulau untuk mengurus cabang hotel pariwisata yang di sana, memanfaatkan kosongnya apartmen Kaisar karena Embun sudah di luar kota selama beberapa hari. Pria itu mengernyit, menatap haran ke arah sang asisten.“Ada apa?” tanya Kaisar kemudian.Tampaknya Satria sendiri agak kebingungan dalam menjelaskan kepada sang atasan, karenanya hal pertama yang ia lakukan untuk menjawab pertanyaan Kaisar adalah menyodorkan ponselnya kepada pria itu.Sepasang mata Kaisar menyipit memandang ke layar ponsel di hadapannya. Namun, hanya sejenak, karena kemudian ia terbelalak.Berani-beraninya para orang tua itu!“Undangan itu dikirimkan satu jam yang lalu, tepat saat kita akan lepas landas, Pak,” jelas Satria. “Saya juga terlambat mengecek saat di pesawat. Mohon maaf.”Sang asisten membungkuk, jelas
last updateLast Updated : 2024-04-11
Read more

Bab 130 - Kaisar Rahardja sebagai Presdir

“Pak Kaisar. Kami tidak bermaksud demikian.” Henri Pradana. Kaisar masih mengingat pria paruh baya itu dari pertemuan terakhir mereka di pesta pernikahan keluarga Subagja. “Saya mohon penjelasannya, jika demikian,” ucap Kaisar, setelah membiarkan beberapa saat terlewat dengan keheningan. “Kenapa diadakan rapat dadakan, padahal situasinya tidak sedang mendesak.” “Mungkin Pak Kaisar kurang mengikuti perkembangan,” sahut Henri dengan lancar. Suaranya terdengar percaya diri. “Sebenarnya situasinya sendiri memang cukup darurat. Sebagai salah seorang pemegang saham Asthana sendiri, saya cukup khawatir. Apalagi para anggota dewan yang saat ini hadir, yang pastinya, sahamnya jauh lebih besar dari saya.” “Dari perkataan Pak Henri,” balas Kaisar. Sorot matanya tidak berubah. “Kekhawatiran utama yang menjadi latar belakang diadakannya rapat ini adalah tentang saham. Benar demikian?” Henri mengangguk. “Sekaligus mengenai reputasi Asthana, Pak,” jawabnya. Pria paruh baya tersebut kemudian memb
last updateLast Updated : 2024-04-14
Read more
PREV
1
...
1112131415
...
30
Scan code to read on App
DMCA.com Protection Status