Home / Romansa / Menjadi Istri Dadakan Presdir Tampan / Chapter 141 - Chapter 150

All Chapters of Menjadi Istri Dadakan Presdir Tampan: Chapter 141 - Chapter 150

298 Chapters

Bab 141 - Sebuah Keputusan

“Nicholas, cucu Surya Rahardja yang itu, bukan?”Mendengar itu, ibu Friska langsung menoleh ke arah Nicholas dengan ekspresi terkejut. Dari situ Nicholas menduga bahwa tampaknya Friska tidak mengatakan apa pun terkait latar belakang Nicholas kepada keluarganya.Oleh karena itu, saat ini Nicholas tengah tersenyum canggung sembari berkata, “Senang bertemu dengan Anda sekalian.”Rombongan itu terkesiap, kemudian hening selama beberapa saat sebelum semuanya kembali berebutan mengajak Nicholas mengobrol.“Astaga~ Pantas saja wajahmu tidak asing. Ternyata keluarga Rahardja yang itu!”“Benar kamu pacarnya Friska? Sudah berapa lama?”Nicholas masih saja tampak canggung, tapi ia mencoba menjawab pertanyaan-pertanyaan itu satu per satu selihai mungkin. Sementara, ibu Friska masih saja terdiam di sampingnya, seakan tidak percaya bahwa ia melewatkan informasi terpenting tersebut.Bagaimana tidak? Saat itu, Friska memang hanya mengatakan padanya bahwa, “Kenalkan, ini Nic. Pacarku.”Awalnya, Bu Nin
last updateLast Updated : 2024-04-27
Read more

Bab 142 - Kehadiran Gadis Kecil

“Lima puluh?”Embun terkejut ketika mendengar jumlah peserta yang mendaftar kelasnya. Jumlah itu adalah dua kali lipat dari keseluruhan siswa yang ada di kelas hariannya. Oleh karena itu, pada akhirnya kelas Embun dibagi menjadi dua kelas, otomatis mengambil waktu Embun lebih banyak daripada hari=hari biasanya.Itu adalah salah satu sebab Embun memutuskan untuk menginap selama beberapa hari di sini, alih-alih pulang setiap hari ke apartemen.“Ini bulan keduamu di sini, kan, Embun?” ucap Gina, salah satu rekan Embun di sana. Wanita muda yang tampaknya berusia sekitar 25 tahun tersebut jugalah yang bersedia membagi kamarnya dengan Embun selama beberapa malam. “Bagaimana menurutmu?”“Sejauh ini, semua tampak oke,” jawab Embun disertai senyum.Gina tertawa ringan. “Yah, nanti kutanya lagi ya setelah kamu mengajar di masa liburan ini.”Benar, Bulan kedua Embun bekerja di situ bertepatan dengan liburan sekolah, yang biasanya akan membuat tempat itu dikunjungi oleh banyak anak-anak dan remaj
last updateLast Updated : 2024-04-28
Read more

Bab 143 - Sepasang Suami Istri dan Komunikasi

“Kenapa aku memikirkan ini sekarang?” Embun menatap gadis cilik yang sedang bersamanya sementara gadis cilik itu sedang menyodorkan sepiring pancake dan sendok pada Embun. “Ayo dimakan, Kak!” ucap gadis cilik itu, membuat Embun tersenyum dan mencoba hidangan buatan si koki kecil. Namun, di otaknya, dia ada pikiran lain selain menganalisis rasa dari apa yang baru saja Embun makan. Kira-kira, bagaimana sikap Kaisar di sekitar anak kecil ya? Jelas, Embun tahu kalau Kaisar tidak mengharapkan anak karena obrolan itu sama sekali tidak pernah disinggung oleh Kaisar sebelumnya, sejak mereka menikah dan sepakat tentang apa yang mereka harapkan dari pernikahan ini. Toh, Papa Surya juga tidak menekan mereka. Beliau sudah memiliki cucu dari kakak-kakak Kaisar, jadi tidak ada tekanan. Akan tetapi, Embun penasaran. Jika dihadapkan dengan anak kecil, bagaimana Kaisar akan bersikap. “Bagaimana, Kak? Enak?” Si gadis cilik itu tampaknya menunggu reaksi Embun. Karenanya, istri Kaisar tersebut te
last updateLast Updated : 2024-04-29
Read more

Bab 144 - Nasehat Keponakan

Beberapa hari yang lalu .... “Paman harus hati-hati. Pria itu tampaknya memang benar-benar mengincar Tante Embun.” Kaisar yang mendengar kalimat dari Nicholas itu sampai harus menghentikan aktivitasnya mengecek surel. “Maksud kamu?” tanya suami Embun tersebut. Nicholas bangkit dari sofa yang ia duduki dan berjalan menghampiri sang paman. Keduanya sedang berada di ruang kerja Kaisar di apartemen. Awalnya, Nicholas hanya berniat menyerahkan beberapa berkas sembari bertamu, menyapa tantenya. Namun, ternyata Embun sedang tidak ada di sana. Pada akhirnya, Nicholas beristirahat sebentar di sana sembari menemani pamannya yang, menurut Nicholas, sedang tampak menyedihkan. Pria muda itu kemudian menyodorkan tablet di tangannya yang sedang menampilkan sebuah foto dan berita terkini hari ini. Kaisar mengalihkan fokusnya dari layar laptop dan melihat foto yang sedang ditunjukkan oleh Nicholas. Itu adalah potret Henri Pradana dan putra tunggalnya, Dion. Kaisar kemudian kembali mengarahkan
last updateLast Updated : 2024-04-30
Read more

Bab 145 - Sebuah Peringatan

“Ada keperluan apa Anda di sini?”Kaisar menatap Dion selama beberapa saat tanpa mengatakan apa pun. Sebagian dari dirinya memikirkan hal remeh yang tidak penting seperti kenyataan bahwa ini adalah pertama kalinya Dion menyapa Kaisar. Sebelumnya, pemilik DairyDeluxe ini mengabaikan Kaisar secara terang-terangan dan hanya berfokus pada Embun.Sekarang, putra tunggal Pradana itu menyapa Kaisar? Tepat saat ia akan menemui Embun?Benar kata Nicholas. Kaisar patut waspada pada pria ini.“Ini sedang masa liburan. Apakah Pak Kaisar juga sedang berlibur?” tanya Dion lagi, terdengar ramah. “Kalau begitu, mari saya ajak berkeliling. Saat ini memang sedang ramai, tapi Pak Kaisar bisa dapat keuntungan khusus, kalau ikut saya.”Kaisar mengamati setiap gerak-gerik Dion yang masih mencoba mengajaknya mengobrol. Putra tunggal Pradana itu terlihat amat santai saat mengobrol dengan Kaisar, seakan-akan mereka berdua adalah teman baik.“Tidak, terima kasih.” Akhirnya Kaisar membalas. “Saya masih ingin di
last updateLast Updated : 2024-04-30
Read more

Bab 146 - Mirip Kaisar

“Dia mengobrol dengan Dion?” batin Embun. Ia sedikit terkejut dengan perkembangan tersebut karena sepengetahuan Embun, Kaisar tidak suka segala jenis hal yang berhubungan dengan Dion.Kaisar bahkan menginterogasinya saat suaminya itu tahu kalau Embun bekerja dengan Dion.Jadi, kenapa sekarang mereka terlihat akrab mengobrol?Ralat, ada yang aneh. Sepertinya yang terlihat santai hanyalah Dion. Sementara Kaisar, masih seperti biasa, dengan wajah datarnya.“Kak Embun, Kak Embun! Aku nggak mau satu kelompok sama dia!”Perhatian Embun yang tertuju pada Kaisar terpaksa harus teralihkan ketika seorang anak menarik ujung bajunya, meminta perhatian Embun. “Ya?” Embun berucap lembut, akhirnya memberikan fokusnya pada anak kecil tersebut. “Aku nggak mau satu kelompok sama dia!” ulang anak itu sambil menunjuk ke arah seorang gadis kecil yang terdiam di pojok ruangan, seperti sedang menghindari keramaian. “Dia dari tadi diam terus. Sombong banget!” Embun mengalihkan fokusnya, mengikuti arah yan
last updateLast Updated : 2024-05-01
Read more

Bab 147 - Bertatap Muka

“Embun. Hei.” Panggilan itu membuat Embun membalikkan badan dan mendapati rekannya di belakangnya. “Hei.” Embun tersenyum pada Kia. “Ada apa?” “Aku harus pergi sekarang. Ada kelas lain di sore hari dan aku harus istirahat dulu sebelum bersiap.” Embun mengedarkan pandangan ke sekitar. Semua anak-anak tampaknya sudah dijemput oleh orang tua masing-masing, kecuali Kia. “Oke. Aku akan menunggu sebentar lagi sampai orang tua Giselle menjemput,” ucap Embun. Toh, ia tidak keberatan. Lalu dengan suara pelan, ia menambahkan, “Mereka sudah tahu kalau kelas berakhir sekarang, kan?” “Semua orang tua menerima jadwal, jadi seharusnya mereka tahu,” balas Kia. Ia menghela napas. “Maaf sudah menyusahkanmu, Embun. Terima kasih banyak.” “Sama-sama.” Embun mengangguk. Usai Kia pergi, wanita itu kembali menoleh pada Giselle. “Hei,” panggilnya lembut. “Keberatan kalau aku menunggu di sini bersama kamu?” Perlahan, Giselle menggeleng. “Milkshakenya enak?” tanya Embun kemudian. Ia berusaha mengajak
last updateLast Updated : 2024-05-01
Read more

Bab 148 - Bersama Dengan Embun

“Tidakkah kamu berpikir kita perlu bicara?” Embun berkedip. “Ya?” “Tidak apa-apa. Itu bisa menunggu,” ujar Kaisar kemudian setelah menghela napas. “Ayo kita antar gadis kecil ini jalan-jalan dulu.” Sebenarnya, akibat ucapan Dion, Kaisar ingin membawa Embun pulang. Mereka juga mungkin akan lebih nyaman mengobrol di apartemen mereka, jauh dari Dion yang mungkin akan menginterupsi. Namun, melihat kepedulian Embun pada gadis kecil tersebut membuat Kaisar melunak. Dan lagi, ia tidak ingin memaksakan kehendaknya pada Embun. Ia ke sini bukan untuk memancing perdebatan dengan Embun, melainkan untuk menyelesaikan masalah mereka dengan bicara baik-baik, seperti saran Nicholas. Kaisar menunduk, menatap gadis kecil yang dipanggil “Giselle” oleh Embun. Usianya sekitar 6 tahun, Kaisar mengira-ngira. Gadis itu balas menatap Kaisar dengan matanya yang besar, tapi hanya beberapa detik sebelum ia kemudian menunduk dan menyembunyikan diri di belakang Embun sembari mencengkeram ujung baju istri Ka
last updateLast Updated : 2024-05-02
Read more

Bab 149 - Kaisar Sudah Mulai Terbuka

Embun menunduk dan mengamati ekspresi Giselle saat pemandu grup yang tidak jauh dari posisi mereka. Gadis kecil itu tampak kebingungan, tidak mengerti dengan apa yang orang tersebut katakan. Dengan lembut, Embun menarik tangan Giselle yang masih ada dalam genggamannya, membuat gadis kecil itu mengalihkan perhatiannya pada Embun. “Bingung ya?” tanya Embun dengan ramah. Wanita itu tersenyum kecil. “Kakak juga.” Istri Kaisar tersebut kemudian berjongkok agar tinggi Embun sama dengan Giselle, kemudian ia menjelaskan mengenai bagaimana susu-susu yang saat ini sedang diambil dari sapi dengan cara diperah tersebut bisa diolah menjadi produk seperti yogurt, cokelat, keju, dan lain sebagainya sebelum nanti bisa dijual di supermarket, lalu masuk ke perut Giselle. Embun menjelaskan dengan bahasa yang lebih mudah, bahkan bisa dibilang bahasa anak-anak. Dengan segala jenis intonasi dan suara yang beragam, serta ekspresi wajah yang menarik. Tidak hanya Giselle yang kini fokus pada Embun. Melain
last updateLast Updated : 2024-05-02
Read more

Bab 150 - Keluarga Bahagia?

“Kamu populer ya ternyata. Sesuai dugaan.”Embun mengernyit mendengar komentar suaminya. “Apa maksudnya itu?” tanyanya.Namun, Kaisar tidak menjelaskan lebih jauh. Ia hanya membetulkan posisi Giselle dalam gendongannya sembari tersenyum pada Embun.Pada akhirnya, Embun tidak menuntut jawaban lebih dan hanya mengehela napas. Ia menatap ke arah Giselle dan mengelus rambut gadis kecil itu pelan.“Oke. Sekarang kamu mau ke mana, Cantik?” tanya Embun.Suara perut Giselle menjadi jawaban dari pertanyaan Embun, membuat wanita berambut sebahu itu menahan senyumnya, khawatir kalau-kalau Giselle berpikir bahwa Embun tengah mentertawakannya.“Mau makan?” Embun bertanya lagi.Giselle mengangguk, sementara Embun masih mengelus rambut gadis itu yang berwarna kecokelatan..Pemandangan ketiga orang itu benar-benar terlihat seperti sebuah keluarga bahagia.“... Paman, mau turun,” gumam Giselle pada Kaisar saat keduanya hampir sampai di restoran di lahan tersebut. “Yakin?” balas Kaisar, sedikit sangs
last updateLast Updated : 2024-05-02
Read more
PREV
1
...
1314151617
...
30
Scan code to read on App
DMCA.com Protection Status