Share

Bab 145 - Sebuah Peringatan

Penulis: Creative Words
last update Terakhir Diperbarui: 2024-04-30 23:30:34

“Ada keperluan apa Anda di sini?”

Kaisar menatap Dion selama beberapa saat tanpa mengatakan apa pun. Sebagian dari dirinya memikirkan hal remeh yang tidak penting seperti kenyataan bahwa ini adalah pertama kalinya Dion menyapa Kaisar. Sebelumnya, pemilik DairyDeluxe ini mengabaikan Kaisar secara terang-terangan dan hanya berfokus pada Embun.

Sekarang, putra tunggal Pradana itu menyapa Kaisar? Tepat saat ia akan menemui Embun?

Benar kata Nicholas. Kaisar patut waspada pada pria ini.

“Ini sedang masa liburan. Apakah Pak Kaisar juga sedang berlibur?” tanya Dion lagi, terdengar ramah. “Kalau begitu, mari saya ajak berkeliling. Saat ini memang sedang ramai, tapi Pak Kaisar bisa dapat keuntungan khusus, kalau ikut saya.”

Kaisar mengamati setiap gerak-gerik Dion yang masih mencoba mengajaknya mengobrol. Putra tunggal Pradana itu terlihat amat santai saat mengobrol dengan Kaisar, seakan-akan mereka berdua adalah teman baik.

“Tidak, terima kasih.” Akhirnya Kaisar membalas. “Saya masih ingin di
Bab Terkunci
Lanjutkan Membaca di GoodNovel
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi
Komen (2)
goodnovel comment avatar
Waode Nuraini
terus terang saja kalau Embun istrimu Kaisar
goodnovel comment avatar
Novita M Nur
kaisar please berhentilah lambat dlm mengungkapkan perasaan dan bertindak kalo tdk mau kehilangan embun
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

  • Menjadi Istri Dadakan Presdir Tampan   Bab 146 - Mirip Kaisar

    “Dia mengobrol dengan Dion?” batin Embun. Ia sedikit terkejut dengan perkembangan tersebut karena sepengetahuan Embun, Kaisar tidak suka segala jenis hal yang berhubungan dengan Dion.Kaisar bahkan menginterogasinya saat suaminya itu tahu kalau Embun bekerja dengan Dion.Jadi, kenapa sekarang mereka terlihat akrab mengobrol?Ralat, ada yang aneh. Sepertinya yang terlihat santai hanyalah Dion. Sementara Kaisar, masih seperti biasa, dengan wajah datarnya.“Kak Embun, Kak Embun! Aku nggak mau satu kelompok sama dia!”Perhatian Embun yang tertuju pada Kaisar terpaksa harus teralihkan ketika seorang anak menarik ujung bajunya, meminta perhatian Embun. “Ya?” Embun berucap lembut, akhirnya memberikan fokusnya pada anak kecil tersebut. “Aku nggak mau satu kelompok sama dia!” ulang anak itu sambil menunjuk ke arah seorang gadis kecil yang terdiam di pojok ruangan, seperti sedang menghindari keramaian. “Dia dari tadi diam terus. Sombong banget!” Embun mengalihkan fokusnya, mengikuti arah yan

    Terakhir Diperbarui : 2024-05-01
  • Menjadi Istri Dadakan Presdir Tampan   Bab 147 - Bertatap Muka

    “Embun. Hei.” Panggilan itu membuat Embun membalikkan badan dan mendapati rekannya di belakangnya. “Hei.” Embun tersenyum pada Kia. “Ada apa?” “Aku harus pergi sekarang. Ada kelas lain di sore hari dan aku harus istirahat dulu sebelum bersiap.” Embun mengedarkan pandangan ke sekitar. Semua anak-anak tampaknya sudah dijemput oleh orang tua masing-masing, kecuali Kia. “Oke. Aku akan menunggu sebentar lagi sampai orang tua Giselle menjemput,” ucap Embun. Toh, ia tidak keberatan. Lalu dengan suara pelan, ia menambahkan, “Mereka sudah tahu kalau kelas berakhir sekarang, kan?” “Semua orang tua menerima jadwal, jadi seharusnya mereka tahu,” balas Kia. Ia menghela napas. “Maaf sudah menyusahkanmu, Embun. Terima kasih banyak.” “Sama-sama.” Embun mengangguk. Usai Kia pergi, wanita itu kembali menoleh pada Giselle. “Hei,” panggilnya lembut. “Keberatan kalau aku menunggu di sini bersama kamu?” Perlahan, Giselle menggeleng. “Milkshakenya enak?” tanya Embun kemudian. Ia berusaha mengajak

    Terakhir Diperbarui : 2024-05-01
  • Menjadi Istri Dadakan Presdir Tampan   Bab 148 - Bersama Dengan Embun

    “Tidakkah kamu berpikir kita perlu bicara?” Embun berkedip. “Ya?” “Tidak apa-apa. Itu bisa menunggu,” ujar Kaisar kemudian setelah menghela napas. “Ayo kita antar gadis kecil ini jalan-jalan dulu.” Sebenarnya, akibat ucapan Dion, Kaisar ingin membawa Embun pulang. Mereka juga mungkin akan lebih nyaman mengobrol di apartemen mereka, jauh dari Dion yang mungkin akan menginterupsi. Namun, melihat kepedulian Embun pada gadis kecil tersebut membuat Kaisar melunak. Dan lagi, ia tidak ingin memaksakan kehendaknya pada Embun. Ia ke sini bukan untuk memancing perdebatan dengan Embun, melainkan untuk menyelesaikan masalah mereka dengan bicara baik-baik, seperti saran Nicholas. Kaisar menunduk, menatap gadis kecil yang dipanggil “Giselle” oleh Embun. Usianya sekitar 6 tahun, Kaisar mengira-ngira. Gadis itu balas menatap Kaisar dengan matanya yang besar, tapi hanya beberapa detik sebelum ia kemudian menunduk dan menyembunyikan diri di belakang Embun sembari mencengkeram ujung baju istri Ka

    Terakhir Diperbarui : 2024-05-02
  • Menjadi Istri Dadakan Presdir Tampan   Bab 149 - Kaisar Sudah Mulai Terbuka

    Embun menunduk dan mengamati ekspresi Giselle saat pemandu grup yang tidak jauh dari posisi mereka. Gadis kecil itu tampak kebingungan, tidak mengerti dengan apa yang orang tersebut katakan. Dengan lembut, Embun menarik tangan Giselle yang masih ada dalam genggamannya, membuat gadis kecil itu mengalihkan perhatiannya pada Embun. “Bingung ya?” tanya Embun dengan ramah. Wanita itu tersenyum kecil. “Kakak juga.” Istri Kaisar tersebut kemudian berjongkok agar tinggi Embun sama dengan Giselle, kemudian ia menjelaskan mengenai bagaimana susu-susu yang saat ini sedang diambil dari sapi dengan cara diperah tersebut bisa diolah menjadi produk seperti yogurt, cokelat, keju, dan lain sebagainya sebelum nanti bisa dijual di supermarket, lalu masuk ke perut Giselle. Embun menjelaskan dengan bahasa yang lebih mudah, bahkan bisa dibilang bahasa anak-anak. Dengan segala jenis intonasi dan suara yang beragam, serta ekspresi wajah yang menarik. Tidak hanya Giselle yang kini fokus pada Embun. Melain

    Terakhir Diperbarui : 2024-05-02
  • Menjadi Istri Dadakan Presdir Tampan   Bab 150 - Keluarga Bahagia?

    “Kamu populer ya ternyata. Sesuai dugaan.”Embun mengernyit mendengar komentar suaminya. “Apa maksudnya itu?” tanyanya.Namun, Kaisar tidak menjelaskan lebih jauh. Ia hanya membetulkan posisi Giselle dalam gendongannya sembari tersenyum pada Embun.Pada akhirnya, Embun tidak menuntut jawaban lebih dan hanya mengehela napas. Ia menatap ke arah Giselle dan mengelus rambut gadis kecil itu pelan.“Oke. Sekarang kamu mau ke mana, Cantik?” tanya Embun.Suara perut Giselle menjadi jawaban dari pertanyaan Embun, membuat wanita berambut sebahu itu menahan senyumnya, khawatir kalau-kalau Giselle berpikir bahwa Embun tengah mentertawakannya.“Mau makan?” Embun bertanya lagi.Giselle mengangguk, sementara Embun masih mengelus rambut gadis itu yang berwarna kecokelatan..Pemandangan ketiga orang itu benar-benar terlihat seperti sebuah keluarga bahagia.“... Paman, mau turun,” gumam Giselle pada Kaisar saat keduanya hampir sampai di restoran di lahan tersebut. “Yakin?” balas Kaisar, sedikit sangs

    Terakhir Diperbarui : 2024-05-02
  • Menjadi Istri Dadakan Presdir Tampan   Bab 151 - Kesalahpahaman Kecil

    “Mereka adalah penculik putri kami!” Embun terkejut mendengar tuduhan itu, terlebih saat sepasang manusia itu menyerbu ke arah mereka. Seorang pria yang tampak garang bahkan berniat menyentuh Embun, tapi Kaisar dengan segera menghalangi pria tersebut. “Lepaskan saya!” Pria asing itu membentak. Kemarahan tercermin dalam tatapan serta suaranya. “Mari kita bicara baik-baik,” ucap Kaisar dengan suara rendah. Namun, wanita yang datang bersama pria asing itu berhasil menggapai Embun dan mendorong istri Kaisar tersebut ke samping. Embun yang terkejut nyaris saja terjatuh jika ia terlambat menyeimbangkan diri. Sementara itu, si wanita asing dengan penampilan glamor tersebut langsung saja memeluk Giselle. “Nyonya–” “Diam kamu, dasar penculik!” sergah si wanita asing, membentak Embun. Pelukannya pada Giselle semakin erat hingga gadis kecil itu tampak tidak nyaman. “Perempuan jahat!” “Nyonya, sebaiknya Anda jaga bicara Anda pada istri saya.” Kaisar menegur. Sepasang mata hitamnya menyorot

    Terakhir Diperbarui : 2024-05-03
  • Menjadi Istri Dadakan Presdir Tampan   Bab 152 - Sebuah Percakapan

    Ada yang aneh pada sorot mata Kaisar saat mereka bertukar pandangan. Namun, Embun tidak tahu apa itu, karena Kaisar langsung mengalihkan pandangan ke pria asing di hadapan mereka. Manik cokelat Embun mengikutinya, sementara ia terus memeluk Giselle yang masih terisak. “Beliau sudah tidak tampak marah,” batin Embun, merujuk pada ayah Giselle. Kini, pria itu bahkan terlihat bersalah dan kecewa. Embun mengalihkan pandangannya pada ibu Giselle. Wanita itu kini melangkah mendekati suaminya dan mengatakan sesuatu yang tidak bisa Embun dengar. “... Kak, aku tidak mau pulang,” bisik Giselle saat itu, membuat Embun kembali memfokuskan perhatiannya pada gadis kecil dalam pelukan. “... Karena kamu berpikir kalau Mama dan Papa kamu tidak ingin kamu ada bersama mereka?” tanya Embun dengan lembut. Ucapannya membuat isakan Giselle lebih keras saat gadis itu mengangguk pelan. “Tapi, Cantik,” ucap Embun lagi. “Kalau Mama dan Papa tidak ingin bersama dengan kamu, mereka tidak mungkin ada di sini.

    Terakhir Diperbarui : 2024-05-05
  • Menjadi Istri Dadakan Presdir Tampan   Bab 153 - Pengakuan Hati

    “Sebenarnya, untuk apa kamu ke sini, Kaisar?”Embun tidak dapat menahan pertanyaan tersebut agar tidak keluar dari bibirnya, membuat Kaisar tertegun. Dan Embun bisa melihatnya.Namun, wanita itu penasaran.Dengan alasan apa Kaisar datang ke sini? Apakah untuk mengecek kebenaran Embun bekerja sama dengan Dion? Atau apa?Sementara itu, saat mendengar pertanyaan dari Embun, Kaisar merasa terusik. Untuk apa? Memangnya harus ada alasan bagi seorang suami untuk menemui istrinya? Istri yang begitu sibuk dan jarang ditemuinya ini? Kenapa Embun harus menanyakan pertanyaan yang sudah jelas-jelas ia tahu alasannya apa?“Kaisar?” panggil Embun lagi karena Kaisar tidak kunjung menjawab. “Apa kamu ke sini untuk mengecek apakah aku benar bekerja atau tidak?”“Tidak,” balas Kaisar pada akhirnya, langsung detik itu juga, Sejak awal, bukan itu alasan ia memutuskan untuk mengajukan cuti dan datang kemari, meskipun saat sampai, Kaisar tidak tahan untuk tidak mengecek tempat kerja Embun dan keseriusa

    Terakhir Diperbarui : 2024-05-06

Bab terbaru

  • Menjadi Istri Dadakan Presdir Tampan   Bab 298 - Bahagia Selamanya

    Beberapa tahun kemudian .... Seorang anak berusia 4 tahun tengah sibuk berlarian di dalam supermarket. Ia menjelajahi lorong dan sempat berhenti di estalase yang memampangkan makanan manis sebelum akhirnya kembali berlari. Pada akhirnya, anak itu berhenti di pojok ruangan dan berjongkok, bersembunyi di balik tumpukan kotak berisi stok makanan ringan. "Hehehe~" Anak itu tertawa kecil, sebelum kemudian menutup mulutnya sendiri. Ia tengah bersembunyi. Dan yakin bahwa tidak akan ada yang menemukannya di sini. Namun, sepertinya anak itu terlalu percaya diri. "Nathan." Tiba-tiba seorang pria yang tampaknya berada di usia tiga puluhan datang. Tubuhnya yang tinggi besar menjulang di depan tumpukan kardus yang dipakai bocah 4 tahun itu untuk bersembunyi. "Sudah main-mainnya. Ayo pulang." Si bocah yang dipanggil 'Nathan' itu langsung cemberut. "Papa kok tahu aku di sini si?" ucapnya. "Aku lagi main petak umpet, Pa." "Sama siapa?" tanya sang ayah. "Nala." Bocah itu menyebutkan nama saud

  • Menjadi Istri Dadakan Presdir Tampan   Bab 297 - Karunia Terindah

    "Istriku memang cantik. Tidak perlu pengakuan orang lain lagi." Keheningan menyambut ucapan Kaisar tersebut, sementara Embun tersenyum kikuk akibat ulah sang suami. "Haha, saya setuju, Pak Kaisar. Saya setuju." Orang yang tadi berkomentar menanggapi dengan canggung. "... Bicara yang baik," bisik Embun pelan agar tidak didengar orang lain selain sang suami. "Memang aku sedang menjelekkan orang lain?" balas Kaisar sama pelannya. "Jangan pura-pura tidak tahu seperti itu, Kaisar Rahardja." Kaisar menghela napas. "Baiklah." Keduanya kemudian kembali menghadapi para tamu di depan mereka. "Oh, saya dengar Nyonya Embun sedang hamil, Pak?" Salah seorang tamu mengalihkan topik pembicaraan. "Semoga sehat-sehat selalu ya, baik ibu dan bayinya." Mendapatkan doa baik untuk istri dan anaknya, Kaisar tampak lebih ramah. "Terima kasih. Mohon doanya untuk keluarga kecil kami." Pria itu berkata. Seperti mendapatkan sinyal aman, semua tamu langsung mengobrol mengenai kehamilan Embun. "Apakah

  • Menjadi Istri Dadakan Presdir Tampan   Bab 296 - Janji Setia Selamanya

    "Saya, Kaisar Rahardja, menjadikan Embun Prajaya sebagai istri saya," ucap Kaisar, lurus menatap Embun dengan sorot matanya yang lembut dan penuh kasih. "Pada hari yang istimewa ini, di hadapan semua tamu yang menjadi saksi, saya berjanji akan selalu berada di sisi Embun, setia kepada wanita ini." Ada debar asing dalam dada Embun saat ia mendengarkan janji pernikahan Kaisar. Sebelumnya, mereka hanya menikah di kantor catatan sipil, tanpa berpikir bahwa hubungan mereka akan berkembang seperti ini. Tanpa berekspektasi bahwa mereka akan sama-sama mengikrarkan janji suci sekarang ini. Tidak ada yang romantis, sebelumnya. Embun membutuhkan suami agar ia bisa keluar dari rumah iparnya, dan Kaisar ingin menuruti kata sang ayah. Namun, semuanya sudah berbeda sekarang. "Sebagai suami, saya berjanji dan bersedia akan selalu mencintai Embun. Selalu ada untuk Embun, dalam suka maupun duka, sedih dan senang, sakit dan sehat, dan mendampingi istri saya hingga maut memisahkan." Kaisar mencium

  • Menjadi Istri Dadakan Presdir Tampan   Bab 295 - Pernikahan Embun dan Kaisar

    [Info Mengejutkan! Presdir Rahardja Group Ternyata Sudan Menikah Diam-Diam!] Berita itulah yang sedang menjadi perbincangan ramai di media. Banyak pihak yang terkejut dengan kenyataan bahwa Kaisar Rahardja ternyata sudah menikah dan mempunyai istri. Oleh karena itu, banyak wartawan dan rekan media massa lain yang menyesaki Ashtana Hotel, tempat Embun dan Kaisar akan melangsungkan pesta pernikahan, sekalipun mereka tidak diizinkan masuk karena Kaisar sudah mewanti-wanti ibunya agar tidak mengundang orang media. Sepertinya pria itu khawatir pemberitaan hanya akan membuat Embun stres dan berdampak pada kehamilan istrinya. "Kaisar, bukankah ini terlalu mewah?" tanya Embun. Wanita itu sedang didandani saat Kaisar mengunjunginya di ruang ganti hotel. "Berapa banyak tamu yang akan datang?" "Tidak banyak," jawab Kaisar, tanpa mengatakan informasi bahwa ibunya hampir mengundang 500 tamu. "Tapi nyaris semuanya teman-teman Mama." Embun menghela napas. "Meski begitu, Mama turut mengundang

  • Menjadi Istri Dadakan Presdir Tampan   Bab 294 - Perhiasan Keluarga Rahardja

    "Meskipun terlihat main-main, Nic adalah anak yang baik dan bertanggung jawab. Saya bisa menjamin itu." Usai mengatakan itu, Kaisar menoleh pada keponakannya dan menepuk bahu Nicholas. Sementara Friska diam saja. Seperti sudah berhenti berfungsi. "Nic, bawa pacarmu duduk." Kaisar tiba-tiba berucap. Nicholas menoleh menatap Friska yang wajahnya masih merah, lalu menarik tangan gadis itu pelan. "Mau keluar dulu saja?" bisiknya menawarkan. Nicholas seperti memahami kalau Friska perlu waktu untuk memproses timbunan informasi yang baru saja jatuh di depan matanya. Samar, Friska mengangguk. "Paman. Aku keluar sebentar. Mau cari minum yang manis-manis. Haus." Nicholas langsung izin. "Mau titip sesuatu?" Kaisar menoleh pada Embun, bertanya tanpa kata-kata. "Tidak. Sedang tidak ngidam." Embun tersenyum kecil. "Yakin?" Kaisar mengusap perut Embun. "Kadang si kecil ini berulah tiba-tiba." "Tapi nanti kalau ada apa-apa, apakah aku boleh telepon?" Embun bertanya pada Nic kemudian. "Ap

  • Menjadi Istri Dadakan Presdir Tampan   Bab 293 - Sudah Direstui

    "Kamu kenal dengan Nic?" Kini, Embun yang tampak heran. Meski begitu, ia mengangguk. "Kamu kenal juga?" balas istri Kaisar itu kemudian. "Dia keponakan suamiku." Friska makin terkejut saat mendengarnya. "Suamimu seorang Rahardja?" tanya Friska, campuran antara keterkejutan dan tidak percaya, karena ia baru tahu bahwa sahabatnya menikahi keluarga Rahardja. Sementara itu, Embun tampak bingung dengan reaksi Friska. "Hm? Ya?" tanggap istri Kaisar tersebut. "Memang aku belum pernah cerita? Nama suamiku Kaisar Rahardja." "Wah." Friska berdeham, lalu menoleh pada Nicholas yang baru bergabung dengan mereka. "Wah. Kebetulan macam apa ini?" "Aku juga sedikit terkejut saat menyadari ini," ungkap Nicholas. Pria itu menggenggam tangan Friska dengan kasual sembari tersenyum pada Embun. "Halo, Tante. Wajah Tante terlihat lebih segar sekarang." "Wah." Friska masih tampak terkesan, apalagi saat mendengar bagaimana Nicholas memanggil sahabatnya. Kalau begini, pria itu makin terdengar jauh leb

  • Menjadi Istri Dadakan Presdir Tampan   Bab 292 - Kalian Saling Kenal?

    "Oh? Mau mengadakan pesta pernikahan?" Embun mendengar keterkejutan dalam suara Rindang. Ia berniat menyahuti sang kakak, tapi sebelum ia sempat mengucapkan apa pun, Rindang sudah melanjutkan. "Embun kurang suka pesta. Tapi saya setuju kalau akan diadakan pesta. Menikah hanya sekali. Sayang jika tidak membuat kenangan baik." Istri Kaisar itu akhirnya menyerah. Ia tidak menanggapi, sementara Lidya dan Rindang justru terlibat obrolan seru soal pesta pernikahan. Ia belum membicarakan hal ini pada Kaisar, sekaligus mendengar tanggapan pria itu. Hingga akhirnya, Lidya pamit karena ia ada janji dengan Surya. Wanita itu berniat menjemput suaminya di kantor. "Kamu istirahat yang cukup. Makan yang benar," ucap Lidya. "Jangan terlalu membebani dirimu. Soal pesta, biar aku yang urus." Tersenyum lemah karena pasrah, Embun mengangguk. "Terima kasih, Ma," ucapnya. Dalam beberapa hari saja, keduanya sudah cukup dekat. Embun harus akui ini semua berkat kegigihan dan keterbukaan Lid

  • Menjadi Istri Dadakan Presdir Tampan   Bab 291 - Rencana Pesta Pernikahan

    "Embun anak baik. Dia tidak akan membencimu." Lidya teringat ucapan suaminya sebelum ia memutuskan untuk bertemu dengan Embun. Namun, sesaat sebelumnya, bukan hanya itu yang dikhawatirkan Lidya. Wanita itu juga ingin mengakui dosanya pada sang suami. Bahwa ia telah berselingkuh dengan Henri Pradana. Bahwa, sekalipun Lidya melakukan itu karena pernikahan mereka yang sudah dingin, sama sekali tidak membenarkan alasannya mengkhianati sang suami. "Mas Surya, aku--" Namun, sebelum Lidya sempat melakukannya, Surya sudah memotong kalimatnya. "Lidya." Tubuh Lidya membeku saat tiba-tiba Surya menangkup sisi wajahnya, membuat wanita itu menatap sang suami. Surya tersenyum kecil. "Sepertinya kamu sudah kembali," ucapnya pelan. "Menjadi istri yang dulu kucintai." Tangis Lidya pecah. Baru kemudian ia terpikir, perubahan sikap sang suami bisa jadi karena tingkahnya yang tidak karuan; hobi berfoya-foya dan menghabiskan uang suaminya di luar negeri tanpa meluangkan waktu untuk suami dan para

  • Menjadi Istri Dadakan Presdir Tampan   Bab 290 - Terima Kasih Karena Menyelamatkan Kami, Ma

    "Selamat sore." Lidya melangkah lebih dekat ke tempat tidur Embun setelah memutus kontak mata dengan yang lebih muda. "Aku tunggu di luar ya," ucap Surya kemudian, membuat baik Embun maupun Lidya menoleh ke arahnya. "Kalau ada apa-apa, panggil saja." Embun melihat ayah mertuanya itu berbalik dan berniat melangkah pergi, sebelum kemudian Lidya menggenggam tangannya. "Pa," bisik ibu Kaisar tersebut. Surya menatap sang istri dan tersenyum lembut. "Tidak apa-apa, dia anak baik," kata pria tua itu. "Bicaralah pada menantu kita. Semuanya akan baik-baik saja." Pria itu meremas tangan istrinya pelan sebelum kemudian melepaskan genggamannya dan berlalu keluar. Meninggalkan Embun berdua dengan Lidya. Hening. Lidya tidak mengatakan apa pun, dan Embun menunggu wanita itu memulai karena ia pikir, akan lebih baik jika ia memberikan kesempatan pada ibu mertuanya untuk menyampaikan niatnya lebih dahulu. Sekalipun Embun juga punya hal untuk dikatakan. Namun, saat Lidya tidak kunjung bi

Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status