"Apa! Nggak usah jeda-jeda gitu napa sih kalau ngomong!" rajuk Ciara. "Isbay-Isbay, oke bicara ... dan Om tuh hutangnya banyak banget sama kamu," jawab Haidar. "Hutang apaan? Gak ada hutang apapun," jawab Ciara. "Hutang perasaan," kata Haidar. "Sudahlah, Cia gak permasalahin itu. Lagian, kata Om yang harus dipikir tuh senengnya aja, bukan sedihnya jika ingin bahagia. Lebih baik fokus doa deh di sini, semoga Allah cepat memberi Huda, Dhuha, dan Badri." "Aamiin. Ya udah kita langsung ke makam sekarang," ucap Haidar. "Mengke riyen, mau makan brem dulu, hehe." Ciara mengedipkan matanya dan melirik tangan Haidar yang membawa bremnya. Haidar belajar banyak belajar mengenali wanita dari istrinya. Mulai dari wanita yang telah terkoordinasi dengan sensitif, peka, cemburuan, dan dan lain-lain. Ciara memberi banyak bahasa untuk Haidar rangkai dalam hidupnya. Kisah pertemuannya tiba-tiba, tapi memberi ruang yang begitu luas untuk kebahagiaannya. "Mau disuapin?" tanya Haidar. "Maulah, menu
Last Updated : 2023-11-01 Read more