"Om Sayang!" teriak Ciara. "Kenapa wajah kamu begitu?" "Ada yang diam-diam lewat di belakang mobil kita," bisik Ciara. "Yakin? Mana?" "Itu tuh, lari ke kiri." Ciara menunjuk larinya sosok berhodi hitam. "Biar Om suruh orang buat menelusuri. Yang penting sekarang mobil beres, kamu bisa cepet istirahat." Haidar melanjutkan untuk mengantar istrinya ke masjid. Haidar menelpon Spion, karyawan yang sekaligus sahabat bermuka dua itu untuk diuji coba. Karena ia curiga bahwa pelaku ban kempes itu ialah dia, dengan motif kecemburuan dan keserakahannya ingin merebut warisan keluarga jenggala. Ditambah, ia yang akan menempati jabatan CEO-nya saat itu jikalau Haidar tak bisa meluluhkan Ciara. Hal inilah yang menjadi alasan di atas alasan, papanya Haidar sangat mempercayai Spion, dan belum tahu mengenai sikap serta niat buruknya. Membangun perusahaan sampai sebesar itu tidak melalui cara yang tiba-tiba, Haidar menghargai perjuangan para leluhurnya , sehingga tetap mempertahankan perusahaan di
"Pripun hasile, Nduk?" tanya Haidar "Huaaaaaa! Om liat sendiri!" Dengan berlinang air mata, Ciara keluar kamar mandi dan memeluknya. "Alhamdulillah, Masyaallah, Tabarakallah, nggak apa-apa ya, berarti masih saatnya kita berdua," kata Haidar. Ciara jadi kecewa meskipun awalnya tadi sudah bicara untuk tidak kecewa.Tak ada sahutan bicara lagi, istrinya tidur dengan menangis. Haidar tetap berada di samping sang istri, bahkan untuk tidurnya menunggu Ciara untuk tidur pulas. *** "Malam ini, fix?" tanya Ciara. "Iya, sekarang nonton dulu, yuk! " ajak Haidar. Mereka berdua nonton drama bersama. Niatnya, mau ajak istri ke bioskop. Akan tetapi, Ciara sudah bilang malam itu ia ingin di rumah saja. Cukup nonton di sosial media berdua bersama Haidar, menurut Ciara itu sudah sangat memuaskan. "Kamu kenapa gak milih nonton di bioskop?" tanya Haidar. "Gak mau, di sana kan banyak orang," jawab Ciara. Haidar mengernyitkan kening. "Memangnya mau nyari yang banyak hewan?" "Om apa-apaan coba, ya
"Ngomong aja," kata Haidar. "Serius amat, Om hahaha," celetuk Ciara. "Kamu sih yang bikin serius." Haidar mengeratkan dekapannya. "Jadi ... Ciara denger kalau Om---" "Minta dicium sampai gak bisa napas kah kamu, Sayang? Ngomong kok gak jadi-jadi," "Mati dong, mau istrimu ini mati, hah?" "Gak dong, gak bisa napas bukan mati, mati itu udah nggak bernapas. Gak sah bahas napas, apa yang kamu dengar di kantor?" jawab Haidar. "Apa bedanya Sayangku? Astaghfirullah!" "Tulisannya aja udah beda. Cepat dong ngomong apa yang kamu denger!" "Berchandya ... berchandya ... hahaha, ngapunten Om Gantengku, istrimu cuma bercanda," kata Ciara tertawa. "WANITA ITU RUMAH UNTUK LELAKINYA. RUMAH AKAN RAPI JIKA YANG PUNYA PEDULI, RUMAH AKAN NYAMAN JIKA YANG PUNYA BERIMAN, RUMAH AKAN TERANG JIKA YANG PUNYA TAK LUPA KASIH SAYANG." Haidar bisa saja menghindari jebakan istrinya dengan membuatnya salah tingkah sendiri dengan ucapannya barusan. Mungkin Ciara sedang lupa bahwasanya suaminya bukan orang yan
"Wa'alaikumussalam." Siapa lagi wanita yang membuat Ciara cemburu kalau bukan Bening. Bening datang sendiri ke rumah sakit untuk menjenguk Haidar. Sebenarnya, Bening bukan perempuan gatal juga, tetapi Ciara cemburu dengan kebersamaanbya yang begitu akrab saat di kantor. "Sendiri aja, Nduk?" tanya Sita. "Nggih, Tante. Mumpung jam istirahat, jadi Bening saget mriki," katanya. "Memange ada jadwal sibuk toh hari ini?" tanya Haidar. "Wonten, kan jadwal meeting, tapi sampun dibatalkan untuk hari ini, karena njenengan masih sakit," ungkap Bening. "Sayang, aku mau VC temen kampus dulu nggih di luar. Gerah pol di sini!" Ciara tak melihat dan menyapa Bening sedikit pun, ia langsung membalikkan badan dan keluar. "Hati-hati Cintanya Om." Ada hati yang tersakiti. Dulu, Bening dan Haidar sempat sama-sama jatuh cinta yang mana mereka saling tahu karena dibocorkan temannya. Memang Haidar sudah bisa secepat itu beralih hati. Namun, tidak dengan Bening yang sampai sekarang masih belum bisa melep
Sita dan Ciara meninggalkan Haidar sendirian. Mereka mengecek suara apa yang berada di depan. Karena suaranya sangat mengagetkan. Terkejut bukan main, ternyata suara itu ialah suara petugas makanan yang mengerem mendadak dan makanannya banyak yang tumpah karena brankar yang membawa pasien gawat darurat kecelakaan tepat di depan rumah sakit. Sisi yang membuatnya sangat terkejut ialah mengenai wanita yang kecelakaan—Bening Ramadhan. "Innalillah, Ya Allah Mam, B-bening." Ciara langsung menangis dan memeluk mertuanya. Kecelakaannya parah, sampai Bening masuk ruang ICU. Para saksi mengatakan bahwasanya Bening kecelakaan saat menyebrang dengan melamun. Mendengar kabar tersebut, amarah Haidar seperti tergugah untuk menyalahkan istrinya. "Gara-gara kamu ini, Ci!" teriak Haidar. "Kenapa jadi menyalahkan Cia? Om cinta sama Bening sampai berani berkata seperti ini! Jelas-jelas perkara ini tadi sudah selesai!" Sebenarnya, dalam diri Ciara juga merasa bersalah. Akan tetapi, dia tidak terima ka
"Noval! Kita selesaikan bersama saya, biarkan Haidar bicara dengan istrinya!" Bunder Jenggala, ayahnya Haidar menyela ucapan Noval. Lelaki tampan itu melanjutkan langkahnya bersama Ciara untuk menjauh dulu dari Noval yang emosinya membara. Hampir saja telat makan, untungnya Haidar ingat kalau istrinya belum makan siang. Mereka ke tempat makan samping rumah sakit. "Sayang, kita makan dulu, di sana ada kok sate," ujar Haidar. "Males," jawab Ciara lesu. "Selama kita tidak bertengkar, urusan tidak terlalu dalam, Nduk! Jadi nggak perlu sepaneng gitu," kata Haidar. "Bukan kita, tapi nyangkute nggih ke kita. Riweh banget!" "Lupain dulu dari bahas itu. Beri kesempatan otakmu untuk direfresh, yuk makan!" ajaknya. Haidar menggandeng tangan istrinya. Sampai di tempat, ia langsung pesan. Sate ayam khasnya Ponorogo memang sangat lezat, apalagi bagi Ciara sebagai makhluk pecinta sate. Sebisa mungkin Haidar mengalihkan Ciara dari memikirkan perkara poligami maupun cerai. "Isbay, suapin dong!"
"Arrggggh! Om!" "Anak-anak Mama lagi apa ini kok dipanggil belum dateng-dateng?" Sita menghampiri mereka. "Anak Gantengnya Mama ini yang bikin lama, Mam. Masa jilbab Cia malah disembunyiin, padahal Cia udah kesel nyari gak ketemu-ketemu!" omel Ciara. "Hahaha, udah jadi hobi," sahut Haidar. "Hehe, Mama hanya bisa senyam-senyum liat kalian," kata Sita. Ciara segera memakai jilbabnya. Haidar menunggunya dengan bertanya-tanya kepada Sita siapa yang sebenarnya datang di malam tersebut. Ternyata orang tua Ciara yang datang. "Ummi, Abi!" Ciara sangat bahagia dan memeluk mereka. Malam ini mereka akan menginap di rumah Haidar. Berhubung juga dengan penyelesaian masalah yang berkaitan dengan Bening. Namun, belum membicarakan saat ada Ciara. Bukan karena apa, takutnya malah drop, tidak nafsu lagi untuk makan, Ciara mudah sekali untuk tidak nafsu makan saat berpikir keras. "Anak Abi makin cantik aja," kata Banter Basma—ayahnya Ciara. "Harus dong Bi, entar Om Hai kecantol yang lain," jawab
Ciara sudah dipastikan cemburunya bukan main. Ditambah mereka punya janji? Pikiran Ciara sudah langsung tentang pernikahan. Haidar malah tidak ingat apa-apa, dia merasa tidak mempunyai janji dengan perempuan tersebut. "Janji apa?" tanya Haidar. "Aku bisa telat, Sayang!" rengek Ciara. "Ya udah kita berangkat. Maaf, harus pergi dulu Toy," katanya. "Mmm, tapi ini penting!" "Kamu ngerti ini suami orang gak, sih!" celetuk Ciara kesal. "Loh, apa salahnya? Memangnya aku selingkuhi suamimu?" tanya Toya. "Udah! Ayo Sayang kita berangkat!" Haidar menarik tangan Ciara untuk menghindari dari Toya. Toya sangat kesal dengan ulah Haidar maupun Ciara. Ia terus mengikuti mereka ke kampus tanpa sepengetahuannya. Menjadi mata-mata juga, ternyata Toya bekerjasama dengan Spion. *** "Sayang," sapa Haidar setelah pulang kerja. "Apa!" jawabnya ketus. Haidar pulang malam yang ternyata istrinya masih juga belum tidur. Kagetnya, suhu badan Ciara panas karena kehujanan mengintip Haidar di kantor. Ia m
Haidar segera bangun lagi dan berharap tangis yang didengar bukanlah tangis untuk kematian sang istri dan anak. Bendera kuning yang tertancap, Haidar harap itu hanya salah penempatan. Mencoba berlari meskipun kakinya seperti tetap berhenti di tempat."Assalamu'aalikum. Mama, ini ada apa!" Haidar mengepalkan tangan, melihat semua keluarga berkumpul dengan tangis."Abiiiiiiiiii! Huaaaaaaaa!" Ketiga anak kembarnya langsung memeluk Haidar."Nak, i-ibu sama adik masih di rumah sakit sudah membaik kan? Iya kan?" tanya Haidar.Masih belum ada jawaban. Kembar tiga justru semakin menangis saat dagu mereka diraba oleh Haidar. Jika tidak ada jawaban, jawaban dari diam itu sudah bisa diartikan. Emosi Haidar membludak, ia justru bertanya dengan berteriak!"Orang sebanyak ini kenapa tidak ada yang menjawab!" Air matanya tidak mampu ditahan, ini terlalu sakit.KLING.[ "Selama
Keadaan Ciara dan Kiara kritis. Tentunya tidak berada di ruang biasa. Sita segera menghubungi Haidar akan kabar tersebut. Firasat Haidar nyata, Ciara bukannya melanggar perintah Haidar,melainkan terpaksa ke luar karena mengejar putrinya. Sita: "Hai, pulang sekarang." Haidar: "Ada apa, Mam?" Sita: "(Mengirim foto rumah sakit)" Sita tak mampu mengatakan secara langsung. Raganya terasa lemah sembari memangku ketiga cucu kembarnya yang kini tengah menangis. Ia juga berpikir, pasti di sana Haidar sedang hancur dengan kabar yang akan diberitahukan. Haidar: "Mam, siapa yang sakit? Perasaan Haidar dari kemarin gak enak. Siapa Mam?" Sita: "Yang penting kamu pulang, Nak." Haidar: "Siap pulang, Haidar segera urus, tapi siapa yang sakit? Anak-anak sama Ciara baik-baik saja?" Sita: "Ciara sama Adik Kia." Haidar: "Ya Allah, sakit barengan?" Sita: "Kecelakaan di depan rumah." Haidar: "Innalillaah, kenapa mereka ke luar? Mama kenapa juga membiarkan? Sudah Haidar bilang loh, jangan ke luar!
"Hmmm, nggaklah menurut Ocyang, dia ya dia, Toya ya Toya. Saudara jauh juga, gak terlalu kelihatan deket mereka," kata Haidar. "Kita nggak tahu secara onlinennya!" sahut Ciara. "Sayang ...." Haidar hanya menatap istrinya dengan lama kemudian memberinya pelukan. Sempat berdebat juga antara ada ulah campur tangan Toya. Pikiran Ciara memang suka begitu, tetapi cepat juga kembali ke mode awal. Bodoamat pun menjadi jurus, mereka diamkan sosmednya dulu, baru besok pagi dilihat. *** Haidar: "Sayangku." Ciara: "Iya Sayang." Haidar: "Perasaan Ocyang gak enak. Jangan keluar rumah." Ciara: "Terus? Anak-anak sekolahnya gimana?" Haidar: "Izin aja." Ciara: "Ada apa sebenarnya? Ocyang dapet kabar?" Haidar: "Iya, Sayang." Ciara: "Izin alasannya apa coba?" Haidar: "Biar Ocyang yang izinin. Kamu gak usah mikir itu." Ciara: "Emang ada apa? Ngomong yang jelas dong!" Haidar: "Ada yang berulah karena salah paham." Ciara: "Hah?" Haidar: "Hati-hati lagi dengan Toya dan Galaxy. Galaxy tidak ik
Haidar: "Ibu Cia ...." Ciara: "Tau ah. Nggak chat nggak langsung, bikin kesel terus." Haiadar: "Tau gitu kenapa dirindukan?" Ciara: "Ini nih bodohnya cinta." Haidar: "Kangen, asli pengen ucel-ucel kamu!" Ciara: "Parah sekali OM-OM ini! Apaucel-ucel?" Haidar: "Aisshh pura-pura gak paham." Ciara: "Ucel-ucel itu kan bahasa meremas-remas untuk baju." Haidar: "Kamu dikasih kata yang terfilter dikit gak paham, giliran meremas-remas pasti langsung paham." Ciara: "Hahaha, ciri-ciri istrimu ini cerdas." Haidar: "Kok malah cerdas?" Ciara: "Iya dong, denger kata meremas-remas pasti Ocyang di sana langsung----" Haidar: "Wanitaku, hahaha ... cerdasnya gak ketulungan. Video Call yok!" Ciara: "Haaahh? Pasti mau liat itunya aku." Haidar: "Pikiran kamu .... huuuhhhhh, ya liat wajah kamulah, di sini Ocyang lagi kumpul dengan Segara dan yang lain." Ciara: "Eh, wkwkwk." Tidak lupa Ciara bercerita tentang kejadian-kejadian bersama kembar tiga dan juga Kiara hari ini. Seperti bikin konten a
Ketenangan jiwa dan raga itu sebenarnya terdapat di mana, bisa diperoleh dari mana dan kapan saja hal tersebut bisa singgah dengan sungguh? Jawabannya, setiap detik itu adalah kesempatan untuk meraih pernyataan tersebut. Ciara belum jadi menghidupkan mobilnya dan melihat ke belakang tentang berita penumpahan ice cream. Jika dia sekarang tidak tenang, mendengar pernyataan dari Mas Uja tadi akan langsung marah seperti waktu di rumah kala itu. "Tumpah?" "Iya, kena celana Mas Uja! Adik kok nggak flend, sih!" celetuk Mas Uja. "Maaf, Adik no cengaja, Ibu." Kiara memeluk Mas Uja, tetapi justru Mas Uja menghindari. "Huaaaaaa!" Kiara menangis karena dicuekin Mas Uja. "Mas Uja, nggak boleh gitu dong sama Adik. Adik kan nggak sengaja. Peluk Adiknya dan Adik juga hati-hati kalau makan nggak boleh sambil loncat-loncat. Mas Uja ganti celana dulu itu di belakang Mas, Ibu mau beliin ice cream lagi." Ciara mencium dulu ke keempat anaknya. Mumpung masih di tempat ice cream, Ciara membelikan kembal
Manja itu suatu sifat yang misterinya melekatkan antara yang satu dengan yang lain. Orang kalau terlalu mandiri juga tidak baik karena dengan terlalu mandiri, dia tidak punya akses antara keduanya yang lebih menonjol dan terkesan seperti orang lain itu tidak terangkat. Namun, kalau terlalu manja bisa juga menimbulkan sebuah pertengkaran hebat karena adanya hal tidak sesuai antara diri yang satu dengan yang lain. Musalkan, yang ini ingin melangkah ke A, tetapi dipaksa untuk lebih dahulu ke B demi menuruti keinginannya si A."Isbay nggak pernah bosan," jawab Ciara."Nah, itu sudah terjawab. Gak ada rasa bosan untuk kamu, Cantik.Pernikahan bukan jalan bubar, termasuk kesehatan kamu.” Haidar mengecup kening istrinya sejenak."Uwaahh, bangga rasanya punya njenenengan. Makasih udah perhatian dengan banyak hal. Apapun seperti istimewa karena bersamamu," ungkap Ciara."Iya, karena membahagiakanmu, membuatmu ny
"Kamu pura-pura nggak tahu, kan?” tanya Haidar.“Pura-pura? Enggak! Emang apa yang benar?”Haidar tak kuat untuk menahan tawa lagi ketika istrinya tidak paham dengan apa yang ia maksud. Padahal, itu adalah sesuatu yang sudah melekat dalam diri mereka ketika berada di dalam kamar dan sudah menjadi kebiasaan tradisi terindah sepanjang jalan. Ya seperti tidak mungkin saja kalau Ciara tidak paham dengan apa yang Haidar ucapkan, padahal arahnya sudah jelas ke sana.Namun, memang malam itu Ciara tidak paham apa-apa. Pahamnya tentang sekedar energi yang terkuras karena mereka marah-marah. Waktu awal pembicaraan juga sudah membicarakan tentang energinya yang keluar penuh karena menghadapi emosi-emosi menghadapi mereka berdua. Haidar masih terdiam dan terus memandang ke arah wajah Ciara sampai salting akut dan ujung-ujungnya kembali ke area ngambek lagi.“Aku bukan boneka, Oc!”Sekalinya Haidar sudah mengataka
"Kapok tuh aquarium kesayangan njenengan pecah! Isbay gak ngerasa bersalah, terserah mau dibenci karena di situ gak ada ikannya! Beresin sendiri Isbay gak mau ngeberesin!" Ciara meninggalkan Haidar dan kamar yang berantakan."Kalau kamu memang minta Ocyang marah, baik. Ocyang tidak keberatan untuk menuruti."Jujur, Haidar sangat kecewa. Setiap orang itu punya barang berharga. Aquariumnya kecil, tetapi itu sangat dirawat oleh Haidar. Sampai segitunya Ciara marah, mana malah melawan. Sebenarnya, kecewa besarnya Haidar bukan perkara aquarium pecah, Haidar kecewa besar dengan langkah Ciara yang terkesan tidak menghargai keberadaan Haidar sebagai suami.KLING KLING."Hallo, gimana? Oh, ada kerja sama ke luar kota, sipp. Besok kita berangkat," ucap Haidar dalam telepon."Ternyata cari gara-gara. Pengen trending kasus perselingkuhan, begitu hah?" bentak Ciara.Sukses membuat Ciara semakin geram.
Yang harus dipikirkan lagi setelah perkara Gus Fahim beres, tidak ada. Tinggal menunggu pulih dan mempersiapkan pernikahan Tiara dengan Gus Fahim. Kabarnya, Kang Musa juga akan segera melamar Bening. Haidar terdiam dan menatap Ciara yang sedang berkomunikasi dengan putra dan putrinya. Dua tahun kemudian Putra kembar tiganya sudah berusia 4 tahun, sedangkan putri kecilnya itu sekarang sudah berusia 2 tahun. Kalau berbicara dengan waktu dan memikirkan dengan yang terjadi, hari tentu terkesan begitu cepat. Akan tetapi, berjalannya sudah begitu jauh, tak menyangka ternyata rumah tangga mereka sudah berjalan selama 5 tahun lebih. Hubungan antara keluarga Haidar dengan Toya Galaxy pun juga membaik. Mereka sering bersama dan berbagi tips ketika mengantarkan Uda, Uha, dan Uja belajar di tempat yang sama dengan Barbie. Sekarang Uja yang sangat manja itu sudah semakin pintar saja, tetapi tetap memiliki sifat khasnya, yaitu manja. Meskipun sering cemburu juga, dia sangat perhatian dengan adik